Tahap Terakhir Menegakkan Islam - Langkah Akhir Mendirikan Khilafah
Tahap Final Kemunculan Tata Dunia Baru
Survei objektif perasaan dan aspirasi Umat Islam yang dipimpin oleh partai-partai politik Islam global seperti Hizbut Tahrir di satu sisi dan penanganan putus asa yang diambil oleh Barat dan para sekutunya dengan bantuan para penguasa kriminal di tanah-tanah Muslim di sisi yang lain, menunjukkan bahwa; Umat berada pada kondisi mendidih seperti ‘air mendidih dalam ketel’. Hizbut Tahrir telah menyebarkan pesan penyatuan, Khilafah, Syariah di sekitar 50 negeri dari Maroko ke Indonesia dalam mencongkel topeng para kolonialis dan para kacungnya. Umat Islam tidak lagi berkumpul di belakang para penguasa pengkhianat seperti yang mereka lakukan di 50-an, 60-an, 70-an, dan 80-an.
Di tahap ini, kerja prioritas terfokus yang tetap ada adalah meyakinkan orang-orang ahli kekuatan di berbagai angkatan bersenjata negeri Islam, para jenderal seantero dunia tentang tugas mereka terhadap Allah Swt. Pesan untuk para ahli kekuatan di angkatan bersenjata negeri Islam adalah untuk membantu dien Allah Swt. Pesannya adalah ‘jadilah kaum anshar abad ke-21, seperti yang di Madinah selama masa Nabi Saw.’ Meminta para Jenderal di dalam Umat Islam untuk mendukung seruan Khilafah secara material fisik dan mendirikan negara Khilafah Islam dengan mencerabut sistem Kufur dan para kacung pengkhianat yang telah dicangkokkan oleh para kolonialis. Pesannya adalah ‘jadilah Sa’ad bin Muadz 31 dan Usaid bin Hujair-nya hari ini’. Tidak seharusnya ada ambiguitas mengenai peran angkatan bersenjata Muslim dan para jenderal pemegang komando. Mereka adalah Sa’ad bin Muadh-nya hari ini. Tidak seharusnya ada keraguan mengenai kerja final dan pengakhiran ini. Ini adalah sederhana; tidak pada demokrasi, tidak pada kediktatoran, tidak pada revolusi berdarah tapi iya untuk Khilafah dan Syariah. Prosesnya adalah sesederhana bahwa angkatan bersenjata mengambil kekuasaan dan memberikannya kepada Hizbut Tahrir sebab ini adalah bagaimana Sa’ad bin Mua’adh r.a. lakukan dengan menyerahkan kekuatan kepada Islam (Nabi Saw.) dan menjanjikan perlindungan kekuasaan Islam dengan mendirikan Negara Khilafah Islam pertama di Madinah al Munawarah. Sungguh propaganda Barat tidak bisa mencemari metode ini.
31 Baik Sa’ad bin Muadz r.a. maupun Usaid bin Hujair r.a. adalah para sahabat Nabi Muhammad Saw. Mereka adalah para pemimpin suku-suku terkenal di Madinah, yaitu suku ‘Aus’ dan ‘Khazraj’ secara berurutan. Selain itu, Saad bin Muadz adalah Jenderal sukunya. Mereka menyediakan dukungan material fisik kepada Nabi Muhammad Saw. dalam mendirikan negara Khilafah Islam yang pertama di Madinah di Aqabah di ‘baiat Aqabah ke-2’. Peristiwa ini sekali dan untuk selamanya mengubah sejarah dunia. Dengan kehendak Allah Swt. ketika Sa’ad bin Muadh r.a. meninggal, Nabi Saw. bersabda “Langit berguncang di kematian Sa’ad bin Muadz.” Demikian itu adalah Sa’ad yang ketika ruhnya dibawa ke Penciptanya, ketika Jibril a.s. menemui Nabi Saw. dan mengatakan: “Ruh yang baik siapa yang telah mati? Gerbang-gerbang langit terbuka untuknya dan Arsy berguncang.” Hadits ini diriwayatkan oleh Hakim dan dinilai otentik oleh al-Dhahabi; juga Imam Ahmad melaporkannya dengan rantai periwayatan yang otentik.
Alhamdulillah tanda-tanda ada bahwa, para angkatan bersenjata Kaum Muslimin punya kecenderungan Sa’ad versi hari ini. Menurut pejabat senior Pemerintahan Obama yang diwawancarai oleh jurnalis Seymour Hersch di 2009, pejabat itu mengetahui bahwa “Hizb ut-Tahrir telah mempenetrasi militer Pakistan dan sekarang punya sel-sel di dalam angkatan bersenjata.” Pastinya mereka adalah anak-anak laki-laki Umat Muhammad Saw. untuk memberikan loyalitas pada Islam dan akan membuat dien Allah Swt. menang! Suap, ancaman, penghinaan, propaganda dan paksaan Barat tidak bisa mengalihkan tujuan manusia tak terhindarkan ini. Pastilah angkatan bersenjata Muhammad Saw. akan kembali.
§ Baru-baru ini seorang delegasi berkewenangan tinggi angkatan bersenjata Pakistan telah ‘membatalkan’ tour mereka ke Amerika Serikat karena sikap tidak hormat yang ditunjukkan kepada mereka oleh para petugas Amerika Serikat. Angkatan bersenjata Umat Islam telah mulai menyadari bahwa ‘Amerika sedang jatuh’ dan ‘Umat Islam ingin melihat kembalinya Islam’. Mantan kepala ISI, Letnan Jenderal Hamid Gul dalam sebuah wawancara dengan Al-Jazeera pada Februari 2010 menyatakan bahwa, ketika ‘kepercayaan dan kemerdekaan diserang … bagi mereka menyerah bukanlah pilihan dan ketakutan bukanlah kebijakan’. Ini adalah testimoni jelas moral yang dipegang bersama oleh mayoritas luas angkatan bersenjata Islam dalam mempertahankan tanah-tanahnya dan mempertahankan dien mereka. Selain itu, dalam perang melawan Islam angkatan bersenjata Pakistan enggan untuk bertempur melawan rakyatnya.
§ Lagi, di Mesir di tahun 2008-2009 pemerintah mendepak sejumlah pejabat Angkatan Bersenjata terkait ketidakpuasan mereka tentang bagaimana Hosni Mubarak bersekutu dengan Israel dalam menyerahkan orang-orang Gaza ke Israeli Defense Force – Pasukan Pertahanan Israel. Kejadian itu menyulut kemarahan di antara pejabat tinggi angkatan bersenjata di Mesir dan Hosni Mubarak mendepak sekitar 20 pejabat angkatan bersenjata.
§ Di Bangladesh di tahun 2008, Perdana Menteri kriminal Sheikh Hasina berkonspirasi melawan militer menurut arahan India dalam suatu upaya India untuk memperlemah angkatan bersenjata Bangladesh, yang punya sejarah bersikap keras terhadap India musyrik. Dengan dukungannya, India mampu menginspirasi pemberontakan BDR yang membunuh 57 pejabat tingkat tinggi angkatan bersenjata di Bangladesh. Kemudian Angkatan Bersenjata Bangladesh menentang secara keras dan emosional melawan pemerintahan Hasina dan dalam prosesnya, Hasina selama periode sekitar 2 tahun yang lalu, mendepak sekitar lebih dari 50 pejabat angkatan bersenjata. Sungguh itu adalah tanda kebencian angkatan bersenjata Islam terhadap para antek sekular, demokratis Barat.
§ Selain itu, baru-baru ini, di Azerbaijan, di mana 98% populasinya adalah Muslim, Menteri Pertahanan telah melaporkan pelarangan para tentara negeri sangat Muslim dari melakukan ibadah harian di dalam barak-barak mereka. Menurut Centre for Protection of Freedom of Conscience and Faith (DEVAM) Azerbaijan, para pejabat angkatan bersenjata di kota Goranboy telah melarang ibadah harian berdasarkan keputusan verbal dari Menteri Pertahanan negara itu. Ini telah menciptakan pergolakan di antara para pejabat tinggi angkatan bersenjata negara itu.
§ Menurut ‘The Nation’ pada 14 September 2010 Foreign & Commonwealth Office (FCO) – Kantor Luar Negeri & Persemakmuran Inggris mengakui bahwa kemungkinan kudeta militer adalah nyata dan ia punya “rencana-rencana alternatif untuk staf Inggris dan warga negara Inggris di Pakistan jika terjadi situasi darurat atau kudeta militer”.
§ Di Indonesia di tahun 2009 mantan kepala Angkatan Bersenjata telah secara terbuka menyerukan Khilafah di tanah-tanah Muslim dan menjanjikan dukungannya bagi kerja Khilafah.
Akhirnya dengan kemungkinan yang luar biasa besar, militer sangat besar, kendali atas berbagai sumberdaya dan lokasi strategis, keinginan Umat Islam, perjuangan Islam politik dan intelektual terus-menerus di seantero dunia Islam, dan pergolakan di dalam angkatan bersenjata Muslim di satu sisi dan sikap Barat terhadap Umat Islam, penjajahan di Irak dan Afganistan, dukungan untuk para diktator kejam dan para demokrat sekular, pertarungan tiada henti hati dan pikiran, Islamophobia di Barat, penghinaan dan pembakaran Quran yang Mulia, pelecehan Nabi Muhammad Saw., kepatuhan para penguasa Kaum Muslimin terhadap Barat dan para musuh Islam telah mengaspal jalan menuju kelahiran ‘tata dunia baru’.
Sekarang ini terserah pada para Jenderal Angkatan Bersenjata Muslim di Kairo, Karachi, Rawalpindi, Dhaka, Jakarta, Tehran, Istanbul, Tripoli dan lainnya di tanah-tanah Islam untuk mendukung dien Allah Swt. dengan menyediakan dukungan material fisik, yaitu berarti mengikuti jejak langkah Sa’ad bin Muadz r.a., kepada partai-partai politik Islam seperti Hizb ut-Tahrir bekerja untuk mendirikan kembali Negara Khilafah Islam; sehingga janji Allah terealisasi di masa kita.
Sehingga kita menjadi Umat pemimpin, saksi atas umat manusia, ‘suhada Ala’nnas’ sebagaimana Allah Swt. firmankan dan wajibkan.
Allah Swt. berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu, dan meneguhkan kedudukanmu.” [Terjemah Makna Qur’an Surat Muhammad: 7]
Ya Allah! Kami generasi sekarang Umat Islam ingin melihat kembalinya Amir ul-Mukminin kami. Ya Allah kami ingin melihat Amir al-Jihad untuk mengadakan pelajaran kepada berbagai kekuatan kolonial dan membebaskan hamba-hambaMu di seantero dunia dan menyempurnakan kehendakMu atas kami. Ya Allah! Kami generasi sekarang Umat Islam ingin melihat Amir ul-Mu’minin kami memimpin kami dalam sholat di Masjidil Aqsa setidaknya satu kali dalam masa hidup kami. Aamiin, aamiin, aamiin.
Sesungguhnya semuanya ada di tangan Allah Swt., Penguasa ‘Asr’.
Alec Rasizade (2003) “Entering the Old “Great Game” in Central Asia “ Orbis, Volume 47, Issue 1, Pages 41-58.
Ariel Cohen, Ph.D. (2003) “Hizb ut-Tahrir: An Emerging Threat to U.S. Interests in Central Asia” Heritage Foundation, Published on May 30, 2003.
Campos (1994) ‘Why Does Democracy Foster Economic Development: An Assessment of the Empirical Literature’, unpublished, USC, Los Angeles.
Christian Bjørnskov (July 2010) ‘Do elites benefit from democracy and foreign aid in developing countries?’ Journal of Development Economics, Volume 92, Issue 2, Pages 115-124.
Cicely D. Williams (1966) “Population Problems in Developing Countries” Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene, Volume 60, Issue 1, 1966, Pages 23-39
George B. Simmons (1977) “People versus Development: An Overview of the Economics of Population Growth” Preventive Medicine, Volume 6, Issue 1, March 1977, Pages 4-29
J. O’Loughlin (2009) “Superpower” International Encyclopedia of Human Geography, Pages 82-86.
Jan Fidrmuc (2003) “Economic reform, democracy and growth during post-communist transition” European Journal of Political Economy Volume 19, Issue 3, September 2003, Pages 583-604.
Jonathan D. Pollack (2007) “Chinese Military Power: What Vexes the United States and Why?” Orbis, Volume 51, Issue 4, Pages 635-650.
John A. Loraine (1967) “The Dominance of the Population Problem” Atmospheric Environment, Volume 7, Issue 12, December 1973, Pages 1213-1216
Khan Adnan (2009) ‘The end of American Century and the Rise of the Rest’. Khilafah Publication. Accessed from
www.Khilafah.com Kenneth Waltz (1983). “The Use of Force: Military Power and International Politics”. The University Press of America, New York.
Kim Richard Nossal (1999) “Lonely Superpower or Unapologetic Hyperpower? Analyzing American Power in the Post-Cold War Era” Paper for presentation at the biennial meetings of the South African Political Studies Association; Saldanha, Western Cape, July 1999 retrieved from (
http://post.queensu.ca/~nossalk/papers/hyperpower.htm). (12/08/2010).
L. Sirowy and A. Inkeles (1991) ‘The Effects of Democracy on Economic Growth and Inequality: A Review’ in A. Inkeles (ed.), On Measuring Democracy: Its Consequences and Concomitants, Transaction Publishers, New Brunswick.
Masson David S (2009) ‘The End of American Century” Rawman and Littlefield Publishers Inc. Maryland, USA.
Mustafa Aydin, Çınar Özen (2010) “Civilizational futures: Clashes or alternative visions in the age of globalization?” Futures, Volume 42, Issue 6, August 2010, Pages 545-552.
Michael T. Rock (2009). “Has Democracy Slowed Growth in Asia?” World Development, Volume 37, Issue 5, May 2009, Pages 941-952
M. R. Woodward (2004) “Islam: Asia” International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, Pages 7916-7920.
Oyvind Osterud (1988) "The Uses and Abuses of Geopolitics", Journal of Peace Research, no. 2, p. 192
Rachel Rinaldo (2010) “The Islamic revival and women's political subjectivity in Indonesia” Women's Studies International Forum, Volume 33, Issue 4, Pages 422-431.
Roy O. Greep (1998) “Whither the Global Population Problem” Biochemical Pharmacology, Volume 55, Issue 4, 15 February 1998, Pages 383-386.
Sanjida O'Connell (2010) “The House of Wisdom will rise again” The New Scientist, Volume 205, Issue 2743, Pages 24-25.
Taylor, Alan JP (1954). “The Struggle for Mastery in Europe 1848–1918”. Oxford: Clarendon. p. xxiv
Thomas R. McCabe (2007) “The Muslim Middle East: Is There a Democratic Option?” Orbis, Volume 51, Issue 3, Pages 479-493.
W. Parker Mauldin (1977) “World Population Situation: Problems and Prospects” World Development, Volume 5, Issues 5-7, May-July 1977, Pages 395-405.
Tahap Terakhir Menegakkan Islam - Langkah Akhir Mendirikan Khilafah