Hijrahnya
Shuhaib
Ibnu Hisyam berkata
bahwa dikatakan kepadaku dari Abu Utsman An-Nahdi bahwa ia berkata, “Ketika
Shuhaib hendak hijrah, orang-orang Quraisy berkata kepadanya, “Engkau datang ke
tempat kami dalam keadaan miskin dan hina, kemudian engkau kaya di tempat kami
dan engkau menjadi tehormat. Apakah setelah itu engkau akan pergi dengan
membawa kekayaanmu dan dirimu? Demi Allah, ini tidak boleh terjadi.”
Shuhaib berkata kepada
mereka, “Apakah kalian tidak mengganggu perjalananku jika kekayaanku aku
serahkan kepada kalian?” Mereka menjawab, “Ya.” Shuhaib berkata, “Sesungguhnya
semua kekayaanku aku berikan kepada kalian.”
Hal ini didengar
Rasulullah ShalIallahu Alaihi wa Sallam,
kemudian beliau bersabda, “Shuhaib telah beruntung. Shuhaib telah beruntung.” (Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah (terjemahan)
Dari Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan):
Firman Allah Swt.:
“Dan di antara manusia
ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.”
(al-Baqarah: 207)
Setelah Allah
menyebutkan sifat-sifat orang munafik yang tercela itu, pada ayat berikutnya
Allah menyebutkan sifat orang-orang mukmin yang terpuji. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
“Dan di antara manusia
ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.”
(al-Baqarah: 207)
Menurut Ibnu Abbas,
Anas, Sa’id ibnul Musayyab, Abu Utsman An-Nahdi, Ikrimah, dan sejumlah ulama
lainnya, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Shuhaib Ibnu Sinan Ar-Rumi.
Demikian itu terjadi ketika Suhaib telah masuk Islam di Makkah dan bermaksud
untuk hijrah, lalu ia dihalang-halangi oleh orang-orang kafir Makkah karena
membawa hartanya. Mereka mensyaratkan “jika Shuhaib ingin hijrah, ia harus
melepaskan semua harta bendanya, maka barulah ia diperbolehkan hijrah.”
Ternyata Shuhaib
bersikeras hijrah, dan melepas semua harta bendanya, demi melepaskan dirinya
dari cengkeraman orang-orang kafir Makkah; maka ia terpaksa menyerahkan harta
bendanya kepada mereka, dan ikut hijrah bersama Nabi Saw.
Lalu turunlah ayat
ini, dan Umar Ibnul Khattab beserta sejumlah sahabat lainnya menyambut
kedatangannya di pinggiran kota Madinah, lalu mereka mengatakan kepadanya,
“Alangkah beruntungnya perniagaanmu.”
Shuhaib berkata kepada
mereka, “Demikian pula kalian, aku tidak akan membiarkan Allah merugikan
perniagaan kalian dan apa yang aku lakukan itu tidak ada apa-apanya.” Kemudian
diberitakan kepadanya bahwa Allah telah menurunkan ayat ini berkenaan dengan peristiwa
tersebut.
Menurut suatu riwayat,
Rasulullah Saw. bersabda kepada Shuhaib:
“Shuhaib telah
beruntung dalam perniagaannya.”
Ibnu Mardawaih
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abdullah ibnu Rustuh, telah menceritakan kepada
kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Sulaiman
ad-Dhabbi, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Abu Utsman an-Nahdi, dari
Shuhaib yang menceritakan:
“Ketika aku hendak
hijrah dari Makkah kepada Nabi Saw. (di Madinah), maka orang-orang Quraisy
berkata kepadaku, “Hai Shuhaib, kamu datang kepada kami pada mulanya tanpa
harta, sedangkan sekarang kamu hendak keluar meninggalkan kami dengan harta
bendamu. Demi Allah, hal tersebut tidak boleh terjadi selamanya.”
Maka kukatakan kepada
mereka, “Bagaimanakah menurut kalian jika aku berikan kepada kalian semua
hartaku, lalu kalian membiarkan aku pergi?”
Mereka menjawab, “Ya,
kami setuju.”
Maka kuserahkan
hartaku kepada mereka dan mereka membiarkan aku pergi. Lalu aki berangkat
hingga sampai di Madinah.
Ketika berita ini
sampai kepada Nabi Saw., maka beliau bersabda, “Shuhaib
telah beruntung dalam perniagaannya, Shuhaib telah beruntung dalam
perniagaannya,” sebanyak dua kali.”
Hammad ibnu Salamah
meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid, dari Sa’id ibnul Musayyab yang menceritakan
bahwa Shuhaib berangkat berhijrah untuk bergabung dengan Nabi Saw. (di
Madinah), lalu ia dikejar sejumlah orang-orang Quraisy. Maka Shuhaib turun dari
unta kendaraannya dan mencabut anak panah yang ada pada wadah anak panahnya,
lalu ia berkata, “Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian telah mengetahui
bahwa aku adalah orang yang paling mahir dalam hal memanah di antara kalian
semua. Demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku hingga aku melemparkan
semua anak panah yang ada pada wadah panahku ini, kemudian aku memukul dengan
pedangku selagi masih ada senjata di tanganku. Setelah itu barulah kalian dapat
berbuat sesuka hati kalian terhadap diriku. Tetapi jika kalian suka, aku akan
tunjukkan kepada kalian semua harta bendaku dan budak-budakku di Makkah buat
kalian semua, tetapi kalian jangan menghalang-halangi jalanku.” Mereka
menjawab, “Ya.”
Ketika Shuhaib datang
ke Madinah, maka Nabi Saw. bersabda:
“Beruntunglah jual-belinya.”
Perawi melanjutkan
kisahnya, bahwa sehubungan dengan peristiwa tersebut turunlah ayat berikut,
yaitu firman-Nya:
“Dan di antara manusia
ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah
Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (al-Baqarah: 207)
Menurut kebanyakan mufassirin, ayat ini diturunkan berkenaan
dengan semua mujahid yang berjuang di jalan Allah…
(Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan)