Mufti Republik
Dagestan, Syeikh Ahmad Afandi, dalam sebuah pertemuan kaum Muslimin pernah
membolehkan pernikahan antara perempuan muslimah dan orang kristen, bahkan dia
berharap bisa ada lebih banyak pernikahan seperti itu di negaranya! Tokoh umat
Islam ini istrinya jadi kandidat pemilihan presiden di Rusia 2018!
Kita memahami bahwa
orang ini ditunjuk menduduki jabatannya oleh kekuatan dari Kremlin dalam rangka
menyebarkan kebingungan di antara kaum Muslimin di Dagestan, untuk menjauhkan
umat Islam dari agamanya, dan untuk menekan seruan Islam, dan menghentikan kebangkitan
ajaran dan sistem Islam di antara penduduk, yang pada akhirnya supaya penduduk
tidak berpotensi mendukung kebangkitan negara Khilafah Rasyidah yang kedua.
Umat Islam jelas tahu
bahwa tidak boleh menikahkan anak perempuannya dengan seorang non-Muslim. Umat
Islam membaca Qur’an dan tahu bahwa Allah yang Maha Kuasa secara jelas melarang
perempuan muslimah menikah dengan non-Muslim, dan umat Islam tidak menikahkan
anak-anak perempuan mereka kepada orang-orang non-Muslim. Allah Swt. berfirman
dalam Kitab Suci:
“…maka
jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah
kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka
tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal
pula bagi mereka…” (TQS. al-Mumtahanah: 10)
Mengenai fakta bahwa
istrinya menjago pemilu presiden Federasi Rusia, bisakah itu tidak menjadi hal yang
sangat memalukan bagi seorang laki-laki, yang duduk diam saja, dan istrinya
menyatakan di hadapan publik bahwa dia ingin memerintah negara itu dan memerintah
semua laki-laki di negara itu!? Di mana wibawa orang semacam ini!? Syariah
telah melarang perempuan menjadi penguasa, dan Nabi Muhammad Saw. melaknat
pemerintahan seorang perempuan. Imam al-Bukhari mengatakan: Abu Bakar ra.
berkata: “Segera setelah Rasulullah (SAW) mendapat kabar, bahwa kaum Persia
menjadikan anak perempuan Kisra sebagai raja mereka, beliau bersabda:
“Sekali-kali
tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (pemerintahan)
mereka kepada seorang perempuan.”
Orang ini pernah
mengatakan pada 16 Maret 2018 dalam khutbah Jum’at di Masjid Central Juma di
Makhachkala, “Jika kamu lihat apa yang sedang terjadi di dunia, sebagai contoh,
di Suriah, maka adalah Rusia yang berdiri mendukung umat Islam.”
Orang ini juga menyeru
kepada umat Islam untuk ikut memilih dalam pemilu Thaghut, “Aku menyeru semua
Muslim untuk pergi ke pemilihan dan memilih siapapun yang mereka pilih,
siapapun yang kamu inginkan sebagai kepala negara… Maka, aku tidak mendorong
kalian untuk memilih orang tertentu, aku mendorongmu untuk datang ke tempat
pemilihan dan memilih siapapun yang kamu mau…,” dan bahkan untuk memilih
siapapun meski seorang kafir sekalipun. Tidakkah dia tahu bahwa itu adalah
urusan pemerintahan!?
Lalu di khutbah Jum’at
itu dia juga mengatakan, “Terima kasih untuk negara yang kuat, makmur dan
digdaya, Rusia.”
Allah Swt. jelas
melarang kaum Muslimin menjadikan orang kafir sebagai kepala pemerintahan:
“…Allah
sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan
orang-orang yang beriman.” (TQS. an-Nisaa’: 141)
Pernyataan dalam ayat
ini dengan “lan” menunjukkan penafi’an
yang sempurna dan selamanya, yang menjadi indikasi pelarangan mutlak atas orang
kafir memerintah atas kaum Muslimin.
Allah Yang Maha Kuasa
mewajibkan untuk memerintah berdasarkan wahyu:
“dan
putuskanlah perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu…” (TQS. al-Ma’idah: 49)
Wahai kaum Muslimin,
mufti ini, anak didiknya Kremlin, yang menjual akhiratnya demi dunia yang
murah, sedang menyerumu untuk hancur!? Masalah-masalah kita tidak akan pernah
beres selama kita mendengarkan para imam rusak semacam itu dan mengikutinya!
Problem kaum Muslimin hanya akan bertambah karena para pelayan Thoghut semacam
itu, yang menyerukan untuk membangkangi Allah Yang Maha Kuasa!
Sejak awal berdirinya
negara Islam di tangan nabi tercinta Muhammad Saw. di tanah yang diberkahi,
Madinah, dan hingga pemimpin umat Islam terakhir Khalifah Abdul Hamid II di
Istanbul, kaum Muslimin tidak pernah memilih orang kafir atau perempuan sebagai
penguasa untuk diri mereka sendiri. Kaum Muslimin, lebih jauh, juga tidak
setuju pada fakta bahwa mereka diperintah oleh Thaghut!
Hari ini, ketika di
banyak bagian dunia orang-orang membicarakan tentang pembangkitan negara
Khilafah Rasyidah kedua, ketika bendera-bendera Islam naik kembali di banyak
bagian dunia, para kolonialis yang tidak beriman, termasuk mereka yang ditolong
oleh para imam yang rusak, berupaya maksimal untuk mematikan seruan bagi
kebangkitan jalan hidup Islam.
Bergeraklah bersama,
janganlah melayani para kolonialis tak beriman, janganlah merapat kepada para
tiran dan pengkhianat, dan mereka yang berupaya makar bersama kaum kafir
melawan Islam dan kaum Muslimin! Bergabunglah dengan Hizb ut Tahrir, yang
sedang berusaha mengembalikan negara Khilafah Rasyidah di atas manhaj Kenabian!
Dan semoga Allah menolong kita!