Bagi
para kekuatan kolonial, menghancurkan Khilafah saja tidaklah cukup. Mereka ingin
memastikan bahwa Khilafah tidak akan pernah bisa bangkit lagi di antara kaum
Muslimin.
Di
saat Umat mengingat kehilangan besar atas Khilafah di bulan Rajab ini, perlu
kiranya menilik kembali situasi historis dan melihat hari-hari kelam tanggal
26, 27, dan 28 Rajab.
Umat
ingat bagaimana musuh-musuhnya, Inggris dan Perancis, memainkan peran utama
dalam penghancuran Khilafah dan membagi-bagi negeri-negeri Muslim di antara
mereka. Inggris telah mendapatkan keberhasilan besar untuk agenda politiknya
menghapus Khilafah melalui agennya, Mustafa Kamal. Pada 3 Maret 1924 (28 Rajab
1342 H), Mustafa Kamal, menggunakan paksaan dan teror terhadap lawan-lawan
politiknya, berhasil menggolkan rancangan penghapusan Khilafah, yang dengannya
berhasil diraih penghapusan total Khilafah, pengusiran Khalifah ke luar batas
negara, perampasan aset-aset dan pendeklarasian Turki sebagai negara sekular.
Bagi
para kekuatan kolonial, menghancurkan Khilafah saja tidaklah cukup. Mereka ingin
memastikan bahwa Khilafah tidak akan pernah bisa bangkit lagi di antara kaum
Muslimin.
Lord
Curzon mengatakan, “Kita harus mengakhiri apapun yang bisa menghasilkan
persatuan apapun di antara putra-putra Muslim. Karena kita telah berhasil
mengakhiri Khilafah, maka kita harus memastikan bahwa persatuan bagi kaum
Muslimin tidak akan pernah bangkit lagi, apakah itu persatuan intelektual
maupun budaya.”
Sejak
menghancurkan Negara Islam, para kolonialis telah berjuang dalam rangka
memasang halangan-halangan di jalan menuju penegakan-kembali Negara Islam. Mereka
telah mengkonsentrasikan upayanya untuk menghambat perwujudannya kembali
setelah dihapuskan dari muka bumi. Mereka memasang sejumlah halangan di jalan
pendirian-kembali Khilafah seperti:
1.
Penyebaran konsep-konsep non-Islami di dunia
Islam semacam patriotisme, nasionalisme, sosialisme dan sekularisme; dan para
kolonialis mendorong gerakan-gerakan politik berdasarkan ide-ide itu.
2.
Kehadiran kurikulum pendidikan yang dirancang
oleh para kekuatan kolonial, yang terus saja terap selama 80 tahun, dan telah
membuat mayoritas pemuda lulusannya dan mereka yang ada di dalam institusi
pendidikan berjalan ke arah yang bertentangan dengan Islam.
3.
Lahirnya pemerintahan-pemerintahan di
negeri-negeri Muslim yang berasas sekular, menerapkan ideologi Kapitalis dan
sistem demokrasi atas masyarakat, punya ikatan politik kuat dengan negara-negara
Barat, dan didirikan atas nasionalisme.
4.
Pencekikan ekonomi atas dunia Muslim oleh
para pemerintah dan perusahaan Barat sehingga masyarakat dipaksa fokus semata
pada memberi makan dirinya sendiri dan keluarganya sementara tidak melihat peran
sesungguhnya yang dimainkan para kolonialis.
5.
Pemecah-belahan Umat secara sengaja dengan
mewariskan garis-garis batas dan wilayah sehingga kaum Muslimin akan selalu
terjangkiti banyak masalah kecil.
6.
Penciptaan berbagai organisasi, semacam Liga
Arab yang kemudian menjadi Organisation of Islamic Countries (OIC), yang
melunturkan ikatan Islam dan melanggengkan keterpecah-belahan dunia Muslim,
sementara terus menerus gagal memecahkan masalah atau kasus apapun.
7.
Penancapan negara asing, “Israel”, ke dalam
jantung Muslim yang menjadi ujung tombak bagi serangan para kekuatan Barat melawan
kaum Muslimin yang tak punya tameng, sementara terus melanggengkan mitos bahwa
Muslim itu lemah.
8.
Kehadiran para penguasa tiran di
negeri-negeri Muslim, yang loyalitasnya adalah untuk para tuan Barat mereka,
dan yang menindas serta menyiksa Umat; mereka tidaklah termasuk golongan Umat
dan mereka membenci Umat sebagaimana Umat membenci mereka.
Namun
demikian, meski ada rintangan-rintangan, tipudaya dan rencana para kolonialis
itu, tegaknya-kembali Khilafah, sekali lagi adalah sebuah realitas bagi dunia
Muslim. Kita harus mengambil kesempatan ini, di saat berulangnya tahun setelah
Khilafah diruntuhkan, untuk memikirkan situasi kaum Muslimin saat ini dan
memastikan bahwa hanya dengan berusaha mengembalikan Khilafah (yang akan
mengakhiri sistem bukan-Islam dan menegakkan seluruh sistem Islam) kita bisa
sungguh-sungguh meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat.
“Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara
kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia
benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka;
dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa...” (TQS. an-Nur [24]: 55)
Wahai Putra-Putra Umat Muslim yang Mukhlis,
yang
sedang di dalam barak-barak militer, saudara dan saudarimu di Kashmir, Palestina,
Suriah, Somalia, dll sedang menyerumu untuk memberikan Nushrah (dukungan
kekuatan) kepada Hizbut Tahrir untuk mendirikan Khilafah yang akan membebaskan
mereka dari penindasan, dan dengannya menyatukan Umat, militer dan wilayahnya
dan mulai mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia.
Tidakkah
kamu ingin dicatat sebagaimana Saad bin Muadz (ra.) yang ketika meninggal
Arsy-nya Allah (Swt.) bergetar dan untuknya pintu-pintu Surga dibuka dan yang
pemakamannya disaksikan para malaikat yang belum pernah turun ke bumi
sebelumnya dan mereka saling berebut tempat untuk menyaksikan pemakamannya dan
untuk mengusung kerandanya sebagai penghormatan dan pemuliaan atasnya?
Atau
kamu memilih untuk digunakan sebagai pion-pion dalam perang proxy yang hasil akhirnya
adalah kehinaan di Bumi dan Jahannam di Akhirat?
Fajar
masih terus hadir, setelah 97 tahun, Allah (Swt.) telah memberimu kesempatan
untuk dicatat dalam sejarah sebagaimana Khalid bin Walid (ra.). Lepaskanlah
dirimu sendiri dari ketundukan pada para penguasa antek dan ambillah seruan
Allah (Swt.) dan Rasul-Nya (Saw.).
“Mengapa
kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (menolong) orang-orang yang lemah
baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya
Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zhalim penduduknya dan
berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi
Engkau!” (TQS. an-Nisaa’: 75)
“…Mengapakah
kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika
kamu benar-benar orang yang beriman.” (TQS. at-Taubah: 13)
“Hai
orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu…” (TQS. al-Anfal:
24)
Bacaan: