Oleh:
Rokhmat S. Labib, MEI
“Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (TQS al-Taubah: 71)
Allah SWT
berfirman: Wa al-mu'minuun wa al-mu'minaat
ba'dhuhum awliyaa' ba'dh (dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebagian mereka [adalah] menjadi penolong bagi sebagian yang Iain).
Kata al-awliyaa' merupakan bentuk jamak
dari kata al-waliyy.
Secara
bahasa, kata tersebut memiliki beberapa makna. Di dalam kamus al-Muhiith, kata al-waliyy
diartikan al-nashiir (penolong), al-muhibb (yang mencintai), al-shadiiq (sahabat). Sedangkan menurut
al-Zuhaili dalam tafsirnya, selain makna tersebut, juga bermakna al-mu’iin (pembantu). Al-Raghib menjelaskan
secara lebih definitif, bahwa sebutan al-waliyy
dapat disematkan kepada setiap orang yang mengurus urusan orang lain.
Karena
tidak ada indikasi yang membatasi makna-makna itu, maka semua makna itu
tercakup dalam ayat ini. Bahwa sesama kaum Mukmin, mereka saling menolong dan
membantu. Sesama mereka tertanam perasaan saling mencintai dan menyayangi
hingga terjalin persahabatan yang erat. Sesama mereka juga saling memperhatikan
dan mengurusi urusan mereka. Pendek kata, di antara kaum Mukmin terjalin
solidaritas yang tinggi, persatuan yang erat, dan kasih sayang yang kuat.
Patut
dicatat, sifat saling menolong dan melindungi itu bukan dilandasi karena
kesamaan suku, bangsa, atau kepentingan, namun semata dilandasi oleh kesamaan
akidah. Kesimpulan ini dapat dipahami dari penggunaan lafazh al-mu'minuun dan al-mu'minaat.
Dua kata tersebut termasuk kata sifat. Itu berarti, siapapun yang berstatus
Mukmin, tercakup di dalamnya. Sementara status mereka sebagai mu'min atau mu'minah
disebabkan karena akidah yang mereka peluk. Dengan demikian, yang menyebabkan
sebagian mereka bisa menjadi wali bagi sebagian yang lain adalah karena
kesamaan akidah yang dipeluk.
Oleh sebab
itu, tepat sekali pernyataan al-Syaukani tatkala menjelaskan ayat ini, bahwa
persatuan hati kaum Mukmin dalam kasih sayang, cinta, dan rasa simpati
disebabkan oleh perkara yang menyatukan mereka, yakni perkara agama dan iman
kepada Allah SWT.
Sifat ini
menjadi ciri khas seorang Mukmin. Sebab, jika dia seorang kafir, tentulah yang
dia angkat sebagai wali adalah sesama kaum kafir (QS. al-Maidah: 51, al-Anfal:
73). Demikian juga orang zhalim. Mereka juga menjadikan sesama orang zalim
sebagai wali (QS. al-Jatsiyah: 19). Lebih dari itu, kaum Mukmin dilarang
mengangkat orang kafir sebagai wali mereka (lihat: QS al-Mujadilah: 22, Ali
Imran: 118, an-Nisa: 144, al-Mumtahanah: 1, dan al-Maidah: 51-52).
Sifat-Sifat
Terpuji
Setelah itu
Allah SWT menyebutkan beberapa sifat kaum Mukmin yang terpuji lainnya. Allah
SWT berfirman: ya'muruuna bi al-ma'ruuf wa
yanhawna 'an al-munkar (mereka menyuruh [mengerjakan] yang ma'ruf,
mencegah dari yang munkar).
Menurut al-Qurthubi, yang dimaksud al-ma'ruuf adalah
penyembahan kepada Allah SWT dan segala yang mengikutinya. Sedangkan al-munkar adalah penyembahan kepada berhala dan segala yang
mengikutinya. Al-Thabari tidak jauh berbeda. Menurutnya, al-ma'ruuf adalah iman kepada Allah dan rasul-Nya, dan segala
yang dibawa Rasulullah ﷺ dari-Nya.
Bertolak
dari penafsiran itu, maka kategorisasi al-ma'ruuf
dan al-munkar ditentukan oleh syara'.
Sehingga, perkara ma'ruf adalah yang ditetapkan ma'ruf oleh syara'. Demikian
pula yang munkar, penentuannya pun diserahkan kepada syara'.
Dalam
kaitannya dengan perkara yang ma'ruf dan perkara yang munkar, kaum Mukmin tidak
sebatas mengerjakan dan meninggalkan untuk dirinya sendiri. Namun mereka juga
menyerukan hal serupa kepada orang lain. Karena menjalankan aktivitas inilah,
sehingga mereka dinobatkan menjadi umat terbaik (khairu
ummah, lihat: QS. Ali Imran: 110).
Sifat ini
juga menjadi sifat khas kaum Mukmin. Sebab, kaum kafir jelas akan bertindak
sebaliknya. Sifat orang-orang munafik digambarkan selalu memerintahkan yang
munkar dan melarang yang ma'ruf (lihat: QS. al-Taubah: 67).
Sifat
terpuji yang disebut berikutnya adalah ketaatan dan ketekunan mereka dalam
beribadah. Allah SWT berfirman: Wa yuqiimuuna
al-shalaah wa yu'tuuna al-zakaah (mendirikan shalat, menunaikan zakat).
Mendirikan shalat juga menjadi sifat khas kaum Mukmin. Orang-orang kafir jelas
tidak akan mengerjakannya. Sebab, bagaimana mungkin ada orang yang ingkar
kepada-Nya, sementara dia mau menyembah-Nya. Tak mengherankan jika kaum munafik
-orang kafir yang berpura-pura memeluk Islam- merasa berat mengerjakannya.
Pasalnya, mereka mengerjakan itu bukan dilandasi ikhlas karena Allah, namun
bisa dilihat manusia (lihat: QS. an-Nisa: 142).
Pun
demikian, menunaikan zakat, sifat itu hanya dimiliki kaum Mukmin saja.
Sementara orang munafik berlaku kikir (lihat: QS. al-Taubah: 68). Menurut
al-Syaukani, disebutkannya dua ibadah itu secara khusus karena keduanya
merupakan rukun yang agung yang berkaitan dengan badan dan harta.
Kemudian Allah SWT menggambarkan sifat mereka secara umum. Mereka adalah
orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasulullah ﷺ.
Allah SWT berfirman: wa
yuthii'uunaLlaah wa Rasuulah (mereka
taat pada Allah dan Rasul-Nya). Menaati Allah SWT dan Rasul-Nya berarti
menjalankan perntah-perintah keduanya dan menjauhi larangan-larangan keduanya.
Kendati
sifat-sifat tersebut diungkapkan dalam bentuk kalimat berita (khabar), namun juga memberikan makna tuntutan
dilaksanakan dalam perbuatan (thalab al-fi'l).
Buktinya, semua amal kebaikan dijanjikan akan mendapat ganjaran dari Allah SWT.
Allah Swt. berfirman: Ulaaika
sayarhamuhumuLlaah (mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah). Mereka
juga akan diberikan Surga, yang di bawahnya ada sungai-sungai mengalir, dan
keridhaan-Nya (QS. al-Taubah: 72).
Demikianlah.
Orang-orang Mukmin memiliki banyak sifat. Di antaranya, sesama mereka saling
membantu dan tolong-menolong. Sungguh aneh jika ada orang yang mengaku Mukmin
bersikap sebaliknya. Suka memusuhi umat Islam, namun justru berkasih sayang
dengan orang kafir. Di samping itu, mereka juga memerintahkan yang ma'ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat
pada Allah dan Rasul-Nya. Atas semua yang mereka kerjakan itu, mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah. Semoga kita termasuk di dalamnya. WaL-laah a'lam bi al-shawaab.[]
Ikhtisar:
1.
Orang-orang Mukmin memiliki kepribadian khas yang berbeda dengan yang lainnya.
2. Di
antara sifat mereka adalah mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah
dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada
Allah dan Rasul-Nya.
3. Atas
sifat mulia mereka itu, Allah SWT memberikan rahmat kepada mereka.[]
Sumber:
Tabloid Media Umat edisi 197