Oleh:
Rokhmat S. Labib, MEI
“Dan (Kami
binasakan) kaum ‘Ad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi)
generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut. Dan Kami jadikan bagi
masing-masing mereka perumpamaan dan masing-masing mereka itu benar-benar telah
Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya.” (TQS. al-Furqan [25]: 38-39).
Di daIam
Al-Qur’an banyak dikisahkan tentang peristiwa yang dialami kaum-kaum terdahulu.
Termasuk, kaum-kaum yang mendustakan Allah SWT dan kesudahan hidup mereka.
Semua itu dikisahkan agar menjadi pelajaran penting bagi generasi berikutnya.
Ayat ini
memberitakan tentang kisah yang dialami kaum 'Ad, Tsamud, dan penduduk Rass.
Juga, kaum-kaum yang hidup di antara masa mereka. Semuanya mendapatkan nasib
yang sama, yakni ditimpakan azab. Penyebabnya, mereka semuanya mendustakan
petunjuk dan peringatan rasul-rasul Allah SWT.
Kisah
Kedurhakaan
Allah SWT
berfirman: Wa 'Aad wa Tsamuud wa Ashhaab
al-Rass (dan [Kami binasakan] kaum ‘Aad dan Tsamud dan penduduk Rass).
Setelah dalam ayat sebelumnya dikisahkan kaum Nuh yang ditenggelamkan lantaran
mendustakan Nabi Nuh As, lalu dilanjutkan ayat ini yang mengisahkan beberapa
kaum terdahulu lainnya.
Mereka
adalah kaum ‘Ad, Tsamud, dan penduduk Rass. Kaum 'Aad adalah nama satu kabilah
Arab pada masa dahulu. Mereka hidup setelah lenyapnya kaum Nabi Nuh As. Di
antara keistimewaan mereka adalah tubuh mereka yang kuat dan perkasa. Allah SWT
berfirman: “Dan Tuhanmu telah melebihkan
kekuatan tubuh dan perawakanmu” (TQS. al-A'raf [7]: 69). Juga kemampuan
mereka dalam membuat bangunan-bangunan yang tinggi. Allah SWT berfirman: “Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah yang
tinggi bangunan untuk bermain-main? Dan kamu membuat benteng-benteng dengan
maksud supaya kamu kekal (di dunia)?” (TQS. al-Syu'ara' [26]:128-129).
Sebagaimana
kaum 'Ad, kaum Tsamud juga termasuk bangsa Arab terdahulu. Mereka tinggal di
daerah Hijr (lihat: QS. al-Hijr [15]: 80), sebuah daerah yang berada di antara
Hijaz dan Tabuk. Mereka hidup setelah dibinasakannya kaum 'Ad (QS. al-A’raf
[7]: 74). Sedangkan penduduk Rass, terdapat perbedaan di antara para mufassir
tentang siapa mereka. Menurut Imam al-Qurthubi, kata Rass dalam bahasa Arab berarti sumur yang tidak kering. Bentuk
jamaknya adalah rassaas. Ibnu 'Abbas
berkata, "Saya bertanya kepada Ka'ab tentang ash-haab
al-Rass.” Dijawab olehnya, "Mereka adalah kaum yang disebutkan
dalam surat Yasin: Qaala yaa qawmii [i]ttabi'uu
al-mursaliin (“dia berkata, ”Wahai kaumku, ikutilah para utusan Allah).”
Kemudian dia dibunuh dan dikuburkan dalam sebuah sumur mereka, yang dinamai
sumur Rass, lalu mereka melemparkannya ke dalam sumur itu. Demikian menurut
Muqatil, sebagaimana dikutip al-Qurthubi.
Menurut Ali
ra., mereka adalah kaum yang menyembah pohon Shaunabir, lalu didoakan keburukan
oleh nabi mereka, yang merupakan salah satu anak Yahudza. Maka, pohon itu pun
mengering. Kemudian mereka membunuh nabi itu dan menguburkannya di dalam sebuah
sumur. Mereka lalu dinaungi awan hitam. Sedangkan Ibnu Jarir mengemukakan bahwa
Ash-haab al-Rass adalah Ash-haab al- Ukhduud yang diberitakan dalam QS
al-Buruj.
Di samping
penjelasan tersebut, masih banyak penjelasan lain yang dikemukakan oleh para
mufassir. Perbedaan itu tidak mengherankan karena di dalam Qur’an tidak
diberikan keterangan yang jelas mengenai kaum Rass. Bahkan, kaum tersebut hanya
disebutkan di dalam dua ayat, yakni dalam ayat ini dan dalam QS. Qaf [50]: 12.
Kemudian
Allah SWT berfirman: Wa quruun[an] bayna
dzaalika katsiir[an] (dan banyak [lagi] generasi-generasi di antara
kaum-kaum tersebut). Di samping tiga kaum tersebut, masih ada kaum-kaum lain
yang hidup di antara masa mereka. Ditegaskan ayat ini, jumlah mereka banyak.
Kata al-quruun dalam ayat ini merupakan bentuk
jamak dari kata al-qarn. Menurut Ibnu
Katsir, makna al-qarn adalah suatu umat
dari kalangan manusia. Ini sebagaimana firman Allah SWT: Kemudian, Kami jadikan sesudah mereka qarn[an]
aakhariin, umat yang lain (TQS. al-Mukminun [23]: 31). Batas waktu di
antara mereka dengan genarasi lainnya adalah 120 tahun. Ada juga yang
mengatakan 100 tahun, 80 tahun, 40 tahun, atau jumlah lainnya. Yang jelas, al-qarn adalah umat yang berada dalam satu
zaman yang sama. Apabila mereka sudah tidak ada lagi, lalu digantikan oleh
generasi berikutnya.
Azab bagi yang
Durhaka
Kemudian
Allah SWT berfirman: Wa kulla[n] dharabnaa lahu
al-amtsaal (dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan).
Kata kulla[n] menunjuk kepada semua kaum
yang disebutkan tersebut. Yakni, ‘Ad, Tsamud, penduduk Rass, dan semua kaum di
antara mereka yang tidak disebutkan namanya satu per satu. Terhadap mereka,
Allah SWT telah memberikan petunjuk. Menurut Ibnu Katsir, ayat ini berarti:
”Kami telah menjelaskan kepada mereka berbagai hujjah, dan Kami telah
menerangkan kepada mereka petunjuk.”
Kepada kaum
‘Ad, petunjuk itu disampaikan oleh utusan-Nya, Nabi Hud as. Allah SWT
berfirman: “Dan (Kami telah mengutus) kepada
kaum ‘Ad saudara mereka, Hud” (TQS. al-A'raf [7]: 65). Sedangkan kepada
kaum Tsamud, Allah SWT mengutus Nabi Shaleh as. untuk menyampaikan
petunjuk-Nya. Allah SWT berfirman: “Dan (Kami
telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh” (TQS. al-A'raf
[7] 73). Sementara penduduk Rass dan generasi yang hidup di antara masa-masa
mereka tidak diberitakan nabi yang diutus kepada mereka. Meskipun demikian,
semuanya mendapatkan petunjuk dari-Nya. Allah SWT berfirman: “Dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi
petunjuk” (TQS. al-Ra'd [13]: 7). Para utusan Allah SWT itu termasuk
dalam kategori yang diceritakan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: “Dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami
ceritakan kepadamu” (TQS. al-Mu’min [40]: 78).
Sekalipun
telah mendapatkan petunjuk yang terang dan peringatan yang jelas, namun mereka
mendustakan rasul-rasul yang diutus untuk mereka. Allah SWT berfirman: “Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan
penduduk Rass dan Tsamud, dan kaum ‘Ad, kaum Fir'aun dan kaum Luth, dan
penduduk Aikah serta kaum Tubba‘, semuanya telah mendustakan rasuI-rasul, maka
sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan” (TQS.
Qaf [50]: 12-14).
Atas sikap
dan tindakan mereka itu, mereka pun harus menerima akibatnya. Yakni, ditimpa
azab yang dahsyat. Dalam firman Allah SWT disebutkan: Wa kulla[n] tabbarnaa tatbiir[an] (dan masing-masing mereka itu
benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya). Menurut al-Alusi,
kata al-tatbiir berarti al-taftiit (meremukkan, menghancurkan).
Dikatakan al-Zajjaj, kullu syay'[in] kasartuhu
wafatattu, faqad tabartuhu
(segala sesuatu yang saya pecahkan dan saya remukkan, sungguh telah
kuhancurkannya). Dan yang dimaksudkan dengannya adalah al-tamziiq wa al-ihlaak (mengoyak dan menghancurkan).
Dengan
demikian, ayat ini memberitakan bahwa mereka dihancurkan Allah SWT. Tentang
ayat ini, Ibnu Katsir berkata, ahlaknaa
ihlaakan, Kami menghancurkan (mereka) dengan sehancur-hancurnya. Ini
seperti firman Allah SWT: “Dan berapa banyaknya
kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan” (TQS. al-Isra’ [17]: 17).
Mengenai
azab yang ditimpakan kepada kaum-kaum tersebut, diberitakan dalam beberapa ayat
lain. Kaum ‘Ad binasa setelah diterjang angin yang sangat dingin dan amat
kencang, selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. Mereka pun mati
bergelimpangan seperti tunggul-tunggul pohon kurma yang telah lapuk. Setelah
itu, mereka tak tersisa (lihat: QS. al-Haqqah [69]:6-8).
Sedangkan
kaum Tsamud, setelah menyembelih unta yang menjadi mukjizat Nabi Shaleh, mereka
ditimpa azab tiga hari setelahnya. Mereka dibinasakan dengan suara keras yang
mengguntur, lalu mati bergelimpangan di rumahnya (lihat: QS. Hud [11]: 67). Di
samping itu, mereka juga ditimpa oleh gempa (lihat: QS. al-A'raf [7]: 78).
Demikianlah
kesudahan kaum-kaum yang mendustakan petunjuk dari Allah SWT. Karena
pembangkangan yang mereka lakukan, mereka harus menerima akibatnya. Masihkah
ada di antara kita yang berani menolak syariah -Nya? Wal-Laah a'lam bi al-shawaab.[]
Ikhtisar:
1.
Kaum ‘Ad, kaum Tsamud, dan penduduk Rass dan beberapa kaum yang hidup di antara
masa-masa mereka memiliki kesamaan
sikap, yakni mendustakan rasul.
2. Sebagai
balasannya, semua kaum tersebut mendapat azab di dunia dan akhirat.[]
Sumber:
Tabloid Media Umat edisi 148
Tidak ada komentar:
Posting Komentar