Oleh:
Rokhmat S. Labib, MEI
“Sesungguhnya
kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan
bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta
harta-hartamu. Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya
memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan
kedengkianmu.” (TQS. Muhammad [47]: 36-37)
Kehidupan
dunia itu amat singkat. Terlebih jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat
yang selama-lamanya. Jelas tidak ada apa-apanya. Oleh karena itu, kecintaan
terhadap dunia tidak melupakan dan menghalangi manusia untuk beriman dan
beramal shalih. Termasuk dalam memenuhi panggilan jihad.
Inilah di
antara yang dikandung oleh ayat ini.
Hanya Permainan
Dan Senda Gurau
Allah SWT
berflrman: Innamaa al-hayaah al-dunyaa
la’ib[un] wa lahw[un] (sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan
dan sendagurau). Dalam ayat sebelumnya orang-orang Mukmin diseru agar tidak
lemah dalam berjihad. Mereka juga dilarang meminta perdamaian dengan
orang-orang kafir, sementara dalam posisi di atas mereka. Ditegaskan pula bahwa
Allah SWT bersama mereka dan tidak akan menghilangkan amal-amal mereka.
Kemudian
dalam ayat ini menggambarkan hakikat kehidupan dunia ini yang sebenarnya.
Ditegaskan bahwa kehidupan dunia hanyalah la'ib[un]
wa lahw[un] (permainan dan senda gurau). Menurut Wahbah al-Zuhaili, al-la'ib adalah semua yang tidak bermanfaat di
masa yang akan datang dan tidak melupakan perkara-perkara penting lain. Namun
jika melupakannya, maka itu adalah al-lahw.
Di antaranya adalah alat-alat musik. Sebab, itu melupakan yang lain.
Diterangkan
Fakhruddin al-Razi, ini untuk menambah rasa senang. Artinya, bagaimana mungkin
dunia bisa menghalangimu mencari akhirat dengan jihad padahal dunia tidak akan
meninggalkanmu lantaran kamu akan diberikan pertolongan dan mendapatkan
kemenangan? Apabila dunia meninggalkanmu, amalmu juga tidak akan berkurang,
lalu bagaimana dan apa yang meninggalkanmu? Apabila ada yang hilang dan tidak
diganti; semestinya kamu juga tetap tidak terpalingkan kepada dunia karena itu
hanyalah la'ib wa lahw (permainan dan
senda-gurau).
Dikatakan
al-Khazin, la'ib wa lahw adalah baathil wa ghuruur (palsu dan tipuan).
Artinya, bagaimana mungkin dunia bisa menghalangimu dalam mencari akhirat,
padahal kamu mengetahui bahwa dunia seluruhnya adalah permainan dan senda gurau
kecuali ibadah dan ketaatan kepada-Nya.
Ayat ini
juga memberikan makna bahwa Allah SWT meremehkan dan menyepelekan urusan dunia.
Demikian dikemukakan oleh Ibnu Katsir. Ibnu Athiyah dalam tafsirnya, al-Muharrar al-Wajiiz, berkata, "Firman
Allah SWT ini meremehkan urusan dunia, maka janganlah kalian lemah dalam
berjihad karenanya.”
Dengan
demikian ayat ini, sebagaimana diterangkan para ulama mengingatkan manusia agar
tidak tertipu dengan dunia sehingga meninggalkan jihad dan perintah Allah SWT
lainnya.
Jika Beriman
Dan Bertakwa
Kemudian
Allah SWT berfirman: Wa in tu'minuu wa tattaquu
(dan jika kamu beriman dan bertakwa). Jika dunia adalah permainan dan senda
gurau, palsu, dan menipu, maka ada perkara lain yang tidak termasuk di
dalamnya. Itulah keimanan dah ketakawaan. Ibnu Athiyah berkata, ”Inilah yang
dituntut dari kalian, bukan yang lain."
Diterangkan
Abdurrahman al-Sa'di, yang dimaksud dengan kamu beriman, adalah kamu mengimani
akidah Islam. Yakni beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan Hari Kiamat, serta al-qadha dan al-qadar.
Di samping itu juga mengerjakan ketakwaan kepada-Nya yang merupakan keharusan
dan konsekuensi keimanan; yakni senantiasa mengerjakan amal yang diridhai-Nya
dan meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya.
Ketika
mereka mengerjakan perintah tersebut, yakni keimanan dan ketakwaan, maka
pelakunya dijanjikan Allah SWT dengan firman-Nya: Yu'tikum
ujuurakum (Allah akan memberikan pahala kepadamu).
Menurut
al-Razi, idhaafah pada kata ujuurakum membuat kata tersebut menjadi
ma'rifat (perkara yang diketahui). Artinya, pahala yang dijanjikan kepadamu
adalah pahala yang telah diterangkan Allah SWT dalam firman-Nya: Wa ajr[un] kariim[un] (dan pahala yang mulia,
TQS. Yasin [36]: 11), wa ajr[un] kabiir
(pahala yang besar, TQS. Hud [11]: 11), dan wa
ajr[un] 'azhim[un] (pahala yang agung, TQS. Ali Imran [3]: 172).
Jika Harta
Diminta Semua
Kemudian
Allah SWT berfirman: Wa laa yas‘alkum
amwaalakum (dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu). Menurut
al-Thabari, penggalan ayat ini memberikan pengertian bahwa Tuhanmu tidak
meminta harta kalian. Akan tetapi, Dia memerintahkan kalian untuk
mentauhidkan-Nya, melepaskan semua sesembahan selain-Nya, mengesakan
penyembahan dan ketaatan kepada-Nya.
Tak jauh
berbeda, menurut Ibnu Katsir, penggalan ayat ini juga memberitakan bahwa Allah
SWT tidak memerlukan kalian dan meminta apapun dari kalian. Sesungguhnya Dia
perintah kalian untuk bersedekah dengan harta atas kalian, ini adalah untuk
menghibur saudara kalian yang fakir, agar manfaatnya dan pahalanya kembali
kepada kalian.
Kalaupun
meminta kalian mengeluarkan harta, namun tidak meminta semua hartamu. Dikatakan
al-Zamakhsyari, penggalan ayat ini bermakna bahwa Allah SWT tidak meminta
hartamu semuanya. Namun Dia hanya meminta 2,5 persen.
Lalu
disebutkan: In yas‘alkumuuha fayuhfikum
(jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu [supaya memberikan
semuanya]). Pengertian yas‘alkumuuha
adalah meminta hartamu semuanya. Demikian menurut al-Zamakhsyari dan
al-Baidhawi.
Sedangkan
kata fayuhfikum dalam ayat ini, menurut
al-Jazairi, bermakna al-mubaalaghah fii thalab
al-maal (melebihkan dalam meminta harta). Menurut al-Zamakhsyari dan
al-Baidhawi, kata al-ihfaa’ dan al-ilhaaf merupakan mubaalaghah (ungkapan untuk melebih-lebihkan) hingga batas
akhir. Dikatakan ahfaa syaaribahu (dia
itu mencabut jambangnya), ketika dia ista‘shala
(mencabut hingga akarnya).
Jika
dilakukan, maka: Tabkhaluu (ni'scaya
kamu akan kikir), yakni bakhil dan menolak permintaan-Nya, disebabkan oleh
kekikiranmu terhadapnya. Akan tetapi Allah SWT mengetahui hal itu padamu dan
keberatanmu, sehingga Dia pun tidak memintanya kepadamu. Demikian menurut
al-Thabari.
Ayat ini
pun diakhiri dengan fiarman-Nya: Wayukhriju
adhghaanakum (dan Dia akan menampakkan kedengkianmu). Menurut
al-Jazairi, penggalan ayat ini bermakna: ahqaadakum
wa bughdhukum li diin al-Islaam (dendam dan kebencian kalian terhadap
agama kalian). Tak jauh berbeda, Abdurrahman al-Sa'di juga menafsirkannya:
mengeluarkan al-dhaghn (kedengkian) yang
ada di dalam hatimu, ketika Dia meminta kalian mencurahkan sesuatu yang mereka
benci.
Demikianlah.
Dunia itu amat remeh dan sepele, hanyalah permainan dan sendagurau. Sebagai
layaknya permainan, semestinya tidak boleh dianggap serius dan penting.
Terlebih mengalahkan aktivitas yang jauh lebih penting darinya. Itulah beriman
dan takwa. WalLaah a'lam bi al-shawaab.[]
Ikhtisar:
1. Dunia
hanya permainan dan senda gurau, maka janganlah menghalangimu untuk berjihad
dan amal shalih lainnya.
2.
Barangsiapa yang beriman dan bertakwa akan diberikan pahala yang besar.
3. Allah
SWT tidak memerintahkan untuk mengeluarkan semua harta yang dimiliki manusia.
Sumber:
Tabloid Media Umat edisi 188
Tidak ada komentar:
Posting Komentar