Kembali pengusung
demokrasi dan HAM menampakkan standar ganda yang nyata terhadap umat Islam. Pertama, perbedaan sikap Barat terhadap bom
Ankara, Lahore dan Brussel. Termasuk sikap menyakitkan Barat yang mendukung
penuh zionis Israel yang secara sistematis hampir setiap hari membunuh umat
Islam. Kita pun jangan lupa, bagaimana Barat melakukan pembiaran terhadap
Bashar Assad yang bertindak brutal dalam konflik Suriah yang telah menelan 400
ribu jiwa manusia. Barat pun secara terbuka mendukung rezim kudeta Jenderal
Sisi di Mesir yang nyata-nyata telah bersikap represif terhadap lawan
politiknya.
Kedua, sikap standar ganda pendukung demokrasi
yang peraih nobel perdamaian, Aung San Suu Kyi. Sosok pejuang demokrasi yang
dikenal penyabar, berjuang dengan damai ini, kehilangan kesabarannya usai
diwawancara presenter BBC Today, Mishal Husain. Sambil menggerutu, dia mengeluh
tidak diberitahu akan diwawancara seorang Muslim.
Sikap diamnya selama
ini terhadap nasib menyedihkan umat Islam minoritas Rohingya pun dipertanyakan
berbagai pihak. Padahal di depan matanya, sangat jelas, lebih dari 140 ribu
Muslim Rohingya hidup sengsara di kamp-kamp pengungsi. Belum lagi yang dibunuh,
rumahnya dibakar, dan yang tenggelam di lautan ganas dalam pelarian menjadi
pengungsi.
Sudah berulang-ulang
kita mengingatkan tentang standar ganda ini. Dan tidak ada perubahan yang
nyata. Ini artinya apa, standar
ganda, sikap hipokrit adalah bagian yang integral dalam sistem demokrasi.
Menjadikan kekuasaan
dan uang (modal) sebagai panglima, inilah yang membuat sistem demokrasi dalam
praktiknya penuh dengan standar ganda. Sebab, dalam pandangan politik
kapitalisme Barat, yang terpenting adalah berkuasa untuk mempertahankan dan
memperluas pemilikan modal. Karena itu, sudahlah! Jangan berharap pada sistem
demokrasi. Sistem ini
memang dirancang untuk keuntungan para perancang, yaitu negara-negara
imperialis seperti Amerika, Inggris, dan sekutu-sekutunya. Sistem ini
tidak bisa diharapkan akan melindungi umat Islam secara menyeluruh. Kalaupun
ada manfaatnya sangatlah sedikit dibanding dengan bahaya utamanya, yaitu
menjadikan kedaulatan di tangan manusia bukan di tangan Allah SWT.
Sudahlah, berhenti
berharap (bahwa) lewat sistem demokrasi, umat Islam akan berkuasa untuk
menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh. Kalau sekadar parsial (sebagian)
atau kulit-kulitnya, memang memungkinkan. Tapi kalau lewat demokrasi kita
berharap bisa menegakkan khilafah, ini utopis dan omong kosong. Pasalnya sistem
demokrasi tidak akan membiarkan unsur apapun yang bisa menghancurkan sistemnya
sendiri.
Tidakkah kita bisa
mengambil pelajaran dari Aljazair, Mesir, Turki, maupun Tunisia? Di Tunisia,
lewat sistem demokrasi pula aspirasi umat Islam dikebiri, [jadi] sebatas tidak
bertentangan dengan nilai-nilai sekuler. Di Mesir, meskipun sudah menunjukkan
kesediaan menerima jalan demokrasi, tapi Barat tetap saja tidak percaya dan
meragukan kelompok-kelompok Islam yang menang secara demokratis. Mereka lebih
percaya militer akan menjadi pengawal setia terhadap sistem sekuler di Mesir
yang bisa mencegah tegaknya syariah Islam. Sementara Turki, hanya menjadi
pemain regional yang dikontrol oleh Barat untuk kepentingan-kepentingan politik
Barat di kawasan Timur Tengah dan dunia Islam.
Kita harus dengan
tegas bersikap: campakkan sistem demokrasi dan kembalilah ke jalan sejati,
yakni Islam. Jangan serukan lagi umat untuk menerima sistem kufur demokrasi
dengan alasan 'daripada' yang nyatanya hanya omong kosong. Ajaklah umat dengan tegas ke
arah sistem Islam yang jelas: syariah Islam dan khilafah. Umat harus
kita sadarkan untuk menolak sekeras-kerasnya dan melemparkan sejauh-jauhnya
sistem demokrasi busuk ke tong sampah peradaban. Jangan pernah didaur ulang!
Mari kita berjuang seperti yang
dicontohkan Rasulullah SAW. Perjuangan yang dengan tegas menjadikan
Islam sebagai dasar dan tujuan. Perjuangan yang bertumpu pada dua hal penting
yang menjadi kunci perubahan. Pertama,
terdapatnya kesadaran dari umat IsIam untuk menuntut penerapan Islam secara
totalitas. Kedua, terdapatnya dukungan
dari ahlul quwwah, mereka yang memiliki
kekuasaan yang riil, yang dengan dasar keimanan dan keikhlasan mereka
semata-semata demi Islam, memberikan kekuasan mereka untuk menerapkan syariah
Islam secara totalitas. Dua perkara inilah yang harus secara serius kita
kerjakan yang bisa mengantarkan kita kepada kembalinya khilafah.
Kesadaran umat yang
akan membangun opini umum, akan menggerakkan umat untuk menuntut perubahan
yaitu tegaknya khilafah. Mereka bukan hanya menuntut tapi juga siap berkorban
apapun untuk kemuliaan Islam. Ini diperkuat dengan dukungan ahlul quwwah seperti militer. Kalau ini
tercapai siapa yang bisa menolak perubahan menuju khilafah. Umat yang sadar
sudah menuntut dan ahlul quwwah yang
ikhlas sudah mendukung.
Walhasil,
hanya dengan khilafah, Islam rahmatan lil 'aIamin bisa kita
wujudkan. Sebab Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia, bisa
diwujudkan ketika syariah Islam secara totalitas (menyeluruh) diterapkan. Dan
semua itu membutuhkan khilafah sebagai institusi politik. Dengan khilafah,
kemuliaan agama bisa ditegakkan, nyawa umat manusia akan terjaga, kehormatan
umat Islam akan dilindungi, harta dan keturunan umat manusia akan terlindungi. Allahu akbar! []farid wadjdi
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 171
Tidak ada komentar:
Posting Komentar