...Di antara aktivis
ormas itu, adalah para sosok Muslimah. Ya, selain para aktivis laki-laki,
hampir semua ormas punya aktivis-aktivis Muslimah. Ada yang kegiatannya sebatas
mendukung anggota pria, tetapi tidak sedikit yang sangat menonjol di kalangan
umat.
Baik kegiatan tersebut
secara offline, maupun online. Barisan dakwah para Muslimah ini
membahana, memenuhi ruang-ruang umat melalui pemahaman Islamnya yang benar dan
menyeluruh. Mengajak umat kembali pada Islam kaffah
dengan cara-cara yang santun, simpatik, cerdas dan menyejukkan.
Jangan remehkan
aktivitas mereka. Bahkan, perannya cukup strategis dalam ikut membesarkan tubuh
ormas. Ikut menggelindingkan perubahan ke arah Islam. Kini, ujian menghadang
para aktivis ini. Jika ormas-ormas Islam dilarang,
bagaimana dengan tugas mereka mencerdaskan umat, khususnya kalangan perempuan?
Siapa yang akan menggantikannya?
Sosok Mulia
Muslimah aktivis
adalah pilihan Allah SWT. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, para aktivis
ormas ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Bagaimana tidak, mereka memilih menjalani peran ganda yang capeknya luar biasa, meski tanpa imbalan
materi. Manusia egois kebanyakan pasti berpikir ulang, ngapain capek-capek memikirkan orang lain. Tidak bagi aktivis
Muslimah.
Bagi yang belum
menikah, optimalisasi dakwah jadi pilihan. Tiada hari tanpa kegiatan. Bila
gadis-gadis seusianya menghabiskan waktu untuk bersolek, nonton, pacaran atau
jalan-jalan, para aktivis Muslimah ini tidak tertarik sama sekali. Bahkan
terbersit di benak pun tidak.
Mereka lebih suka
menghabiskan waktunya untuk mengikuti kajian. Melantunkan ayat suci Al-Qur’an.
Melangkahkah kakinya ke medan dakwah. Sigap menopang berbagai kegiatan syiar
Islam. Kalau terasa sedikit lelah, zikir dan doa jadi obatnya.
Bagi yang sudah
menikah, tambah lagi sibuknya: menjadi istri dan ibu, sekaligus pengemban
dakwah. Bukan memilih jadi wanita karir yang boleh jadi imbalan materinya tentu
menggiurkan. Melainkan memilih jadi ibu rumah tangga yang fokus mengurus suami
dan anak-anak di rumah. Demi visi melahirkan generasi Islam terbaik.
Dari sisi manajemen
waktu, betapa sibuknya para aktivis yang notabene juga manajer rumah tangga
ini. Pekerjaan rumah saja tidak ada habisnya, masih ditambah lagi kesibukan di
luar rumah demi umat. Memikirkan tetangganya yang belum mendapat hidayah. Memikirkan
anggota majelis taklim yang harus dibinanya, dst.
Dakwah sebagai poros
hidup menyebabkan para aktivis ini harus pandai mengatur waktu dan tenaga,
untuk sukses di rumah, juga sukses di umat. Urusan rumah beres, amanah dakwah
juga dapat dijalankan dengan maksimal. Memberi banyak manfaat bagi muslimah
lain khususnya, dan umat pada umumnya. Maka tak terbayangkan jika ormas Islam
diberantas. Apa jadinya jika aktivis Muslimah ini berhenti berdakwah? Bagaimana
nasib masyarakat yang masih awam Islam?
Jangan Berhenti
Hari ini masih banvak
Muslimah yang belum bisa membaca Al-Qur’an. Masih banyak Muslimah yang belum
paham kedudukannya sebagai hamba Allah. Masih banyak Muslimah yang belum paham
aturan berhijab. Masih banyak Muslimah yang awam bila diajak bicara tentang Islam.
Padahal mereka adalah ibu, pelahir dan pendidik generasi. Betapa besar tampuk
amanah di pundak mereka. Tetapi, jika mereka tidak paham Islam, apa jadinya?
Generasi seperti apa yang akan dilahirkan?
Maka, untuk
mengentaskan kebutaan mereka terhadap ajaran agamanya sendiri (Islam), mereka
butuh sentuhan dakwah. Siapa yang akan membina mereka? Sementara sekolah khusus
Muslimah dengan pelajaran agama Islam dari akidah sampai syariah, jelas tidak
ada. Apalagi sekolah khusus ibu-ibu, yang sambil belajar ngaji, sambil mengasuh
anak-anaknya.
Pemandangan seperti
itu hanya ditemukan di pengajian ibu-ibu, majelis taklim dan sejenisnya. Dan,
pengajian itu kebanyakan digerakkan oleh para aktivis Muslimah yang eksis di
ormas-ormas Islam. Para nyai, para ustadzah dan para cendekiawan Muslimah hasil binaan
gerakan Islam.
Melalui sentuhan
tangan para aktivis ormas inilah, para Muslimah yang semula awam menemukan
hidayah. Meniti jalan hijrah. Mereka semakin mengerti hakikat hidup. Makin
paham hak dan kewajibannya dalam berIslam. Makin salehah dan tenang tanpa
stres. Tidak mudah tergoda dengan hedonisme dunia.
Para Muslimah yang
tersentuh dakwah Islam ini, Iebih tawadhu'
dan qana'ah.Tidak neko-neko. Tidak suka merepotkan orang tua,
suami, tetangga, apalagi negara. Para Muslimah tersebut rela meninggalkan
kelezatan dunia demi mengabdi pada keluarga, mendidik anak dan fokus akhirat.
Sungguh beruntung jika
masyarakat wanitanya memiliki sifat dan karakter seperti ini. Apakah potret
Muslimah seperti ini membahayakan? Dianggap tidak berguna bagi masyarakat
sehingga harus dihentikan gerak langkahnya?
Dukungan Penuh
Tentu, upaya dakwah
tidak boleh berhenti. Aktivis Muslimah harus tetap berkiprah, baik melalui
ormas maupun tidak. Tetapi, ormas atau harakah
atau gerakan dakwah, apapun namanya, memang wadah paling ideal untuk bergerak
bersama. Menyatukan pemikiran dan langkah secara strategis. Harus dipertahankan
keberadaannya. Lebih dari itu, Allah-lah yang menjadi motivasi utama Muslimah
untuk berdakwah. Bergerak terus meski hambatan dan tantangan menghadang.
Tak terkecuali, peran
sebagai pendukung suami yang notabene juga aktivis. Meski kiprah suami boleh
jadi menyebabkan dirinya dinomorduakan demi dakwah, aktivis Muslimah tidaklah baper (bawa perasaan). Meski kiprah suami
boleh jadi mempertaruhkan nyawa dan keluarga, Muslimah aktivis tidaklah gentar.
Risiko dunia akhirat siap.
Masya Allah. Alangkah
indahnya karakter Muslimah ormas. Tidak kendur ketika dipukul mundur. Tidak
jatuh ketika diinjak-injak. Sesungguhnya pukulan dan tantangan itu adalah
sebuah ujian dari Allah SWT yang cepat atau lambat akan datang. Menguji
siapakah yang istiqamah di jalan dakwah. Semoga para Muslimah aktivis mampu
menghadapi terjalnya jalan ini. Bersama ormas, selamatkan umat. Bersama ormas,
selamatkan Islam. Bersama ormas, selamatkan dunia. Bersama ormas, kita bisa. []kholda
---
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar