Peristiwa Isra' Mi'raj yang merupakan mukjizat juga menjadi pertanda kabar gembira telah dekatnya pertolongan Allah SWT untuk tegaknya Islam.
Penting untuk kita ketahui peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah Isra' Mi'raj Nabi SAW pada tanggal 27 Rajab tahun ke-10 kenabian.
Pada bulan Rajab tahun 10 kenabian [Syah Najib Abadi, Tarikh Islam, juz I/120], yaitu setelah 6 bulan terbebas dari pemboikotan di Syi’b Abi Thalib (yaitu di perbukitan), paman Nabi SAW, Abu Thalib (yang selalu melindungi Nabi SAW), mengalami sakit keras hingga meninggal dunia [Abdullah an-Najadi, Mukhtashar as-Sirah, hal. 111]. Menurut riwayat yang lain, ada yang mengatakan bahwa Abu Thalib meninggal dunia di bulan Ramadhan, 3 hari sebelum wafatnya Khadijah radhiya-Llahu ‘anha [Mubarakfuri, ar-Rahiq al-Makhtum, 115].
(https://mediaumat.id/tahun-duka-dan-kesabaran)
Pemboikotan yang dialami Nabi SAW, kaum Mukmin dan keluarga Beliau dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib berupa larangan siapapun berjual-beli dan larangan menikah dengan mereka. Ini berlangsung hingga 3 tahun.
Setelah meninggalnya Abu Thalib kaum musyrik Quraisy semakin berani melawan dakwah Nabi SAW. Mereka pun semakin tampak tak bisa diharapkan menjadi penolong Islam pada waktu itu.
2 atau 3 bulan setelah Abu Thalib wafat, Ummil Mukminin, Khadijah al-Kubra, radhiya-Llahu ‘anha, wafat menghadap Allah SWT. Beliau wafat di bulan Ramadhan, tahun 10 kenabian. Usianya ketika itu 65 tahun. Rasulullah SAW sendiri saat itu usianya 50 tahun [Lihat, Ibn al-Jauzi, at-Talqih, hal. 7; al-Manshur Fauri, Rahmatan li al-‘Alamin, Juz II/164].
(https://mediaumat.id/tahun-duka-dan-kesabaran)
Tidak kurang dari 25 tahun, beliau radhiya-Llahu ‘anha mendampingi Nabi dalam suka dan duka di Makkah.
(https://mediaumat.id/tantangan-dakwah-nabi-saw/)
Kemudian di bulan Syawal, tahun 10 kenabian, Nabi SAW pergi ke Thaif. Baginda SAW hanya ditemani oleh anak asuhnya, Zaid bin Haritsah.
(https://mediaumat.id/mencari-nushrah-ke-luar-makkah/)
Dengan harapan, penduduk Thaif, khususnya Bani Tsaqif, bersedia memenuhi seruan dakwah baginda SAW dan bersedia membantu dan menolongnya, tetapi ternyata mereka menolak mentah-mentah dan mengusir Nabi SAW dengan melempari dengan batu hingga kaki Beliau berdarah.
Namun, Nabi SAW terus meluaskan dakwah kepada kabilah-kabilah di luar Makkah ketika mereka datang di musim haji.
Hingga, tampak nyata datangnya pertolongan Allah SWT melalui kaum Anshar di Madinah.
Pada musim haji tahun ke-12 kenabian bertepatan tahun 622 M terjadilah Baiat ‘Aqabah ke-2 (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, ad-Daulah al-Islâmiyah). Dan setelah itu, berlangsung hijrah kaum Muslimin dan Nabi SAW untuk tegaknya Islam secara totalitas di Madinah.
Begitulah, mudah bagi Allah SWT menurunkan pertolongan bagi Islam dan kaum Muslimin jika telah tiba saatnya, setelah ikhtiar yang benar, keikhlasan dan kesabaran umat Muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar