Teknologi budidaya kedelai di lahan kering
Bahan dan Alat
Bahan : bibit, pupuk Urea, TSP, KCl
Alat : garu, cangkul, arit
Syarat Tumbuh
a. Tanah Tanaman kedele dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedele dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan pengapuran.
b. Iklim
Kedele dapat tumbuh subur pada : curah hujan optimal 100-200 mm/bulan. Temperatur 25-27 derajat Celcius dengan penyinaran penuh minimal 10 jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m.
c. Air
Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedele.
Teknik Budidaya
1. Persiapan lahan
Pengolahan lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap 4 m dan di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan lebar 25 cm. Kedele sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.
2. Perlakuan benih
Untuk mencegah serangan hama lalat bibit, sebelum ditanam benih dicampur Marshall dengan dosis 100 gram/5 kg benih. Benih dibasahi secukupnya lalu dibubuhi Marshall dan diaduk rata.
3. Penanaman
Dianjurkan menggunakan benih bersertifikat dengan kebutuhan benih sekitar 40 kg/ha. Penanaman benih dengan cara ditugal, jarak tanam 40 x 10 cm atau 40 x 15 cm sesuai kesuburan tanah, setiap lubang tanaman diisi 2 butir benih lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis.
4. Pemupukan
Dianjurkan menggunakan pupuk Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCl 50 kg/ha atau sesuai anjuran setempat. Seluruh jenis pupuk diberikan pada waktu bersamaan yaitu saat pengolahan tanah terakhir. Mula-mula Urea dan TSP dicampur lalu disebar merata, disusul penyebaran KCl kemudian diratakan dengan penggaruan.
5. Penyulaman
Benih yang tidak tumbuh segera disulam, sebaiknya memakai bibit dari varietas dan kelas yang sama. Penyulaman paling lambat pada saat tanaman berumur 1 minggu.
6. Penyiangan
Penyiangan dilakukan paling sedikit dua kali, karena di lahan kering gulma tumbuh dengan subur pada musim penghujan. Penyiangan I pada saat tanaman berumur 2 minggu, menggunakan cangkul. Penyiangan II bila tanaman sudah berbunga (kurang lebih umur 7 minggu), menggunakan arit atau gulma dicabut dengan tangan.
7. Pengendalian hama
Tidak kurang dari 100 jenis serangga dapat menyerang kedele. Pengendalian di tingkat petani terutama di daerah sentra produksi sering menggunakan insektisida secara berlebihan tanpa memperdulikan populasi hama. Hal ini selain menambah biaya juga merusak lingkungan dan menimbulkan kematian serangga berguna. Untuk mengurangi frekuensi pemberian insektisida adalah dengan aplikasi insektida berdasarkan pemantauan hama. Insektisida hanya akan digunakan bila kerusakan yang disebabkan oleh hama diperkirakan akan menimbulkan kerugian secara ekonomi, yaitu setelah tercapainya ambang kendali.
8. Panen
Kedele harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil karena biji rontok. Ciri-ciri tanaman kedele siap panen adalah : Daun telah menguning dan mudah rontok Polong biji mengering dan berwarna kecoklatan Panen yang benar dilakukan dengan cara menyabit batang dengan menggunakan sabit tajam dan tidak dianjurkan dengan mencabut batang bersama akar. Cara ini selain mengurangi kesuburan tanah juga tanah yang terbawa akan dapat mengotori biji.
9. Analisa Usahatani Kedele
Dengan menerapkan teknik budidaya ini di desa Sekotong Tengah, Lombok Barat pada MH 1994/1995 diperoleh produksi terendah 1,23 ton/ha dan tertinggi 2,0 ton.ha. rata-rata produksi dari 15 orang petani pelaksana adalah 1,56 ton/ha,
Analisa ekonomi menggunakan acuan produksi 1,5 ton/ha adalah sebagai berikut :
a. Saprodi
- Benih 40 kg @ Rp. 1.700,- = Rp. 68.000,-
- Pupuk : Urea 50 kg @ Rp. 300,- = Rp. 15.000,-
TSP 100 kg @ Rp. 480,- = Rp. 48.000,-
Kcl 50 kg @ Rp. 550,- = Rp. 27.500,-
- Obat-obatan :
- Marshal 0,8 kg @ Rp. 35.000,- = Rp. 28.000,-
- Azodrin 1,5 liter @ Rp. 12.000 = Rp. 18.000,-
Biaya saprodi (a) = Rp. 204.000,-
b. Tenaga kerja
- Pengolahan tanah = Rp. 108.000,-
- Penanaman 15 OH @ Rp. 2.500,- = Rp. 37.500,-
- Penyiangan 35 OH @ Rp. 2.500,- = Rp. 87.500,-
- Penyemprotan 4 OH @ Rp. 2.500,- = Rp. 10.000,-
- Panen dan prosesing = Rp. 112.500
Biaya tenaga kerja (b) = Rp. 112.500,-
c. Total biaya (a+b) = Rp. 355.000,-
d. Hasil 15 kw biji @ Rp. 120.000,- = Rp. 1.800.000,-
e. Pendapatan bersih (d-c) = Rp. 1.240.000,-
f. B/C ratio 2,21
(ID:343, posted:29 April 2002 , Source: Departemen Pertanian http://www.deptan.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar