Ulama Bicara Khilafah Dan Aksi Bela Islam
Mereka
Bicara
Aksi Bela Islam III - 212
Habib
Khalilullah, Pimpinan Majelis Dzikir Imdadul Hadadi, Jakarta Timur
Perlu
Penyadaran Pemikiran
Jadi, kaitannya dengan
aksi kumpulnya jutaan umat dalam acara 212 merupakan skenario Allah yang
diberikan kepada umat Islam yang menjadi mayoritas di negeri ini, untuk bersatu
dalam perjuangan. Selama ini umat Islam sudah terpecah-belah karena tidak mempunyai
pendirian perjuangannya. Dengan mengingatkan surat Al-Maidah maka umat Islam
diharapkan bisa punya tujuan dalam perjuangannya.
Allah telah membukakan
hati umat Islam yang saat ini tanpa dia sadari orang-orang kafir sudah merusak
kitab Al-Qur’an dengan sistem, baik itu kapitalis maupun demokrasi.
Masyarakat akan sadar
bahwa bukan hanya Al-Maidah yang dirusak, ternyata Al-Qur’an juga yang dirusak.
Kita mengakui bahwa
aksi 212 adalah aksi yang luar biasa, tapi itu baru sekadar penyadaran terhadap
perasaan, bukan dengan pemikiran. Oleh karena itu, kita wajib menyadarkan kaum
Muslimin dengan perasaan dan pemikiran agar kebangkitan Islam yang hakiki bisa
terlaksanakan. Itulah satu-satunya untuk mengembalikan kemuliaan Islam dengan
khilafah Islam.
Jadi kekuatan di balik
kisah-kisah yang nyata, membuktikan bahwa dengan landasan akidah, dengan
perasaan yang sudah dicabik-cabik menimbulkan semangat jihad dan kekuatan yang
sangat besar, baik itu melalui apa yang ia mampu berikan, makanya ada yang rela
berjalan jauh ratusan kilometer demi memperjuangkan agama dan akidahnya. []
KH
Shoffar Mawardi, Pimpinan Pesantren Daarul Muwahid, Jakarta Barat
Harus
Lebih Aktif Dan Istiqamah
Berhimpun dan
bersatunya umat Islam dalam Aksi Damai Bela Islam III 212 menunjukkan bahwa
umat Islam bisa bersatu tanpa terhalang oleh berbagai perbedaan hal furu’iyyah. Faktor yang bisa menyatukan umat
Islam adalah persamaan rasa. Rasa cinta kepada Allah SWT, Rasulullah SAW,
Al-Qur’an dan sebagainya. Rasa inilah yang menyatukan sikap umat Islam terhadap
oknum penistaan Al-Qur’an sehingga kita bersatu dalam kepemimpinan ulama untuk
menunjukkan sikap dan menyampaikan tuntutan agar oknum bersangkutan dihukum
yang setimpal.
Dan yang menjadi
penggerak persatuan jutaan umat ini hakikatnya adalah Allah SWT. Manusia walau
membelanjakan harta sepenuh bumi sekalipun tidak akan mampu menghimpun dan
menyatukan hati jutaan manusia seperti itu. “Dan Allah yang menghimpun di
antara hati mereka (manusia). Kalau belanjakan harta yang ada di bumi, engkau
tidak akan mampu menghimpun di antara hati mereka” (TQS. Al-Anfaal: 63)
Setelah Aksi 212, umat
Islam khususnya ulama dan para pengemban dakwah harus lebih aktif dan istiqamah
lagi dalam dakwah dan membangun umat agar semakin memiliki syu’ur Islami
atau perasaan Islami, selain pemikiran yang Islami sehingga terbentuk syakhsiyah Islamiyah. Bila semakin banyak umat
yang telah memiliki kepribadian Islam maka semakin banyak umat yang akan
bersatu dan siap menyambut seruan perjuangan Islam yang disampaikan oleh ulama.
Bila baru beberapa juta umat saja yang tersentuh dan bangkit semangat juangnya
untuk Islam begitu mengguncang negeri dan dunia, bisa dibayangkan betapa
dahsyatnya bila yang telah bangkit dan siap berjuang untuk Islam sampai 200
juta umat Islam? Dengan cara damai pun, insya
Allah kita bisa melakukan perubahan kondisi negeri dan dunia ke arah
yang lebih baik dan diridhai Allah.
Seruan Aksi Bela Islam
212 yang pada awalnya banyak pihak yang ingin menggagalkannya justru
memunculkan banyak keajaiban, seperti aksi ribuan jalan kaki kyai dan santri
Ciamis ke Jakarta dan melimpahnya jamuan makanan dari kaum Muslimin/Muslimat.
Ini semua menunjukkan bila kaum Muslimin telah tersentuh semangat juangnya
untuk membela agamanya, maka kita siap untuk berkorban apa saja saja untuknya
dan tidak ada kekuatan makhluk yang akan bisa menghalanginya.
Oleh karena itu, kita
harus terus menyentuh kesadaran umat terlebih ulama dan ahlul quwwah tentang wajibnya memahami dan menerapkan syariah
dan Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta perjuangan
penegakannya. Bila dengan pertolongan Allah, umat, ulama dan ahlul quwwah telah berhimpun dan bersatu dalam
perjuangan penegakan syariah dan khilafah, maka siapa yang akan bisa
menghalangi langkahnya. []
Rokhmat
S Labib, Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia
Tak
Boleh Berhenti Pada Masalah Ahok
Umat Islam bisa
bersatu, padahal selama ini diisukan bahwa umat Islam terpecah-belah, karena
perbedaan. Tapi pada faktanya, di aksi damai kemarin umat Islam yang berbeda
madzhab, kelompok dan organisasi bisa bersatu sebagai gerakan bersama.
Bahwa persatuan itu
didasarkan akidah, kalau bukan akidah tidak mungkin bisa menyatukan umat Islam,
bahwa Al-Qur’an adalah kitab Allah yang tidak boleh dinistakan.
Dan akidah itu yang
membuat orang tidak rela bahwa Al-Qur’an dinistakan oleh orang lain. Pada saat
yang sama memang ada perintah di dalam Al-Qur’an untuk mengukum penghinanya.
Oleh karena itu, ke
depan untuk umat Islam bersatu, akidah inilah yang harus menjadi landasan,
kalau yang lain niscaya akan terpecah-belah.
Umat Islam itu kalau
serius dalam menolong agama Allah, maka Allah akan memberikan kemudahan, dan
pertolongan, seperti acara kemarin itu luar biasa hambatan dari penguasa
seperti apa.
Umat Islam harus tetap
kokoh, tidak mudah ditundukkan. Agar kuat persatuannya akidah itu harus menjadi
pegangan.
Dan umat Islam ini
marah ketika ada ayat Al-Qur’an yang dilecehkan, mestinya umat Islam juga marah
ketika seluruh Al-Qur’an dilecehkan. Ketika menjadikan ayat suci lebih rendah
daripada ayat konstitusi itu berarti peleceahan terhadap Al-Qur’an.
Maka
dari itu umat Islam jangan berhenti saat kasus Ahok selesai, akan tetapi terus
berjuang hingga seluruh hukum Al-Qur’an diterapkan. []m fatih sholahuddin
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 187
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar