PERANG
SEMESTA MELAWAN AIDS
Satu Desember biasa diperingati sebagai hari
AIDS sedunia. Anda tentu pernah
mendengar penyakit yang bernama AIDS
ini, juga virusnya yang bernama HIV. Penyakit dan virus ini memang
sangat terkenal. Bagaimana tidak, virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
ini terkenal sebagai pembunuh, semua maklum bahwa orang yang sudah mengidap HIV
tak pernah bisa disembuhkan bahkan panjang usianya bisa dipastikan tidak lama
lagi. Belum lagi cara penularannya yang cukup unik yakni melalui hubungan seks.
Pertama kali virus mengerikan ini ditemukan
tahun 1978 di San Fransisco Amerika Serikat pada kalangan homoseksual. 3 tahun
kemudian telah menyebar di 150 negara, termasuk Indonesia. Setiap menit
terdapat 4 orang di seluruh dunia dengan usia 15-24 tahun terinfesi HIV, ini
adalah penularan yang sangat cepat. Tahun 2006, tercatat sekitar hampir 40 juta
penderita di seluruh dunia, lebih dari 90% adalah remaja. Jika setiap menit 4
orang terinfeksi, bisa anda bayangkan berapa jumlah ODHA (orang dengan
HIV/AIDS) sekarang. Rata-rata 4 orang permenit pun bisa jadi sudah meningkat
tiap menitnya.
Bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia
kasus AIDS ini pertama kali ditemukan pada turis asing di Bali tahun 1981. Berdasarkan
data resmi Kementerian Kesehatan, sudah 26.400 orang mengidap AIDS dan 66.600
orang terinfeksi HIV positif (BKKBN, 2011). Namun, sebagaimana kita ketahui bahwa kasus ini seperti
fenomena gunung es. Yang terdata hanya 10 % dari penderita sebenarnya di
lapangan.
Gubernur Kaltim Farid Wadjdy menyebutkan,
sebanyak 2.288 warga di provinsi Kaltim menderita HIV/AIDS, jumlah ini berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim. Jumlah tersebut merupakan data kumulatif
sejak 1993 hingga 2012. Dari jumlah itu, 662 orang di antaranya telah menjadi
penderita AIDS, dan 401 orang lainnya meninggal dunia (antara news.com, 2012). Jumlah ini menujukkan
peningkatan jumlah penderita yang sangat cepat. Pasalnya, 3 tahun sebelumnya, Oktober 2008 penderita HIV baru
berjumlah 839 orang dan 53 orang meninggal karena AIDS (Kompas.Com, 2008). Sementara itu, Jumlah
penderita HIV/AIDS di Kota Bontang kini mencapai 67 orang (antara news kaltim, februari 2012)
Solusi Tak Menyentuh Akar
Masalah
Sudah bermacam-macam upaya yang dilakukan oleh
banyak pihak untuk mengatasi masalah HIV/AIDS. Beberapa individu menaruh
perhatian besar terhadap epidemi ini, mereka berupaya untuk memberikan
kontribusinya sebesar mungkin untuk menanggulangi penyakit tersebut. Tak hanya
individu, beberapa orgnisasi pun turut ambil bagian dalam menyelamatkan
masyarakat dari penyakit mematikan ini. Negara pun demikian, bahkan
lembaga-lembaga internasional cukup sibuk dan serius memperhatikan masalah ini.
Mereka memberikan pandangan serta program-program sebagai solusi atas hal ini. Tapi
realitanya belum memberikan hasil yang menggembirakan. Bahkan jumlah pengidap
HIV kian bertambah tiap tahunnya.
Tak sedikit waktu, tenaga, dan fikiran yang
telah terkuras disebabkan oleh virus ini. Bahkan dana yang sangat besar pun digelontorkan.
Seperti diberitakan kebutuhan dana nasional untuk rencana aksi penanggulangan HIV/AIDS pada tahun
2010 - 2014 diperkirakan mencapai Rp10,3 triliun atau setara dengan 1,1 miliar
Dollar Amerika. Dana sebesar itu diperkirakan belum bisa sepenuhnya memberantas
kasus HIV/AIDS di tanah air yang terus meningkat (KRjogja.com, 08
Pebruari 2011).
Kampanye penanggulangan AIDS oleh pemerintah kita
kenal dengan istilah ABCDE+M.
yaitu Abstinence
(putus hubungan total dengan HIV), Be Care with Couple (setia dengan pasangan),
Condom (pemakaian kondom), Don’t Inject (jangan memakai jarum suntik),
Education (penyuluhan, seminar) dan Masturbation.
Nyatanya, sederet judul berita mengerikan
masih mewarnai dunia pemberitaan kita. Cobalah anda perhatikan judul berita
ini, “Indonesia Negara Urutan Tiga
Penularan HIV/AIDS Tertinggi” (KRjogja.com, 08 Pebruari 2011), “Indonesia Menjadi Negara Pendorong Epidemi HIV/AIDS”
(Galamedia, 22 November 2011), “Penularan HIV/AIDS 'Ganas' di Indonesia” (inilah.com, 20
November 2011), “Penularan HIV Indonesia Tercepat di Asia Tenggara” (Pos Kota, 20 November
2011), “Indonesia Epidemi HIV/AIDS Yang Terkonsentrasi” (Berita Sore,
07 Agustus 2012),
“Potensi Penularan HIV-AIDS di
Indonesia Meluas (ke masyarakat umum) Berita Satu, 23 Oktober
2012), “KPAID: Hampir Tak Ada
Daerah Bebas HIV/AIDS di Indonesia” (Surya
Online, 30 Nopember 2009).
Ini
membuktikan bahwa program penanggulangan HIV/AIDS selama ini belum sampai pada
solusi yang bisa benar-benar menuntaskan masalah ini, karenanya kita masih
terus terancam penyakit ganas ini.
Jika
kita mau jujur, solusi ABCDE+M justru mempercepat penyebaran
HIV/AIDS. Sudah kita maklumi bersama bahwa ketika kita ingin menyelesaikan
sebuah masalah, maka kita harus membuang akar masalahnya. Sementara itu, solusi
yang selama ini diberikan kepada masyarakat hanya sebatas ingin menghilangkan
akibat tanpa mau membuang sebab.
Penyebab utama penyebaran HIV/AIDS adalah
seks bebas, namun ternyata negara sama sekali tak berdaya menyelesaikan masalah
seks bebas ini. Oleh karena itu, amat wajar jika penyebaran AIDS tak pernah
berhenti melaju. Bisa disimpulkan bahwa selama masalah seks bebas belum bisa
diatasi, selama itu juga AIDS tak akan pernah teratasi. Maka benarlah Allah
berfirman : “Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Q.S. 17:32).
Islam Solusi Tuntas
Sebagai sebuah agama yang sempurna, Islam
mempunyai solusi atas semua masalah yang dihadapi manusia, temasuk AIDS. Solusi
pertama adalah pencegahan (preventif).
Diantaranya Islam melarang berdua-duaan (pacaran) sebagai pintu gerbang menuju
zina, Islam mengharamkan perzinaan, Islam mengharamkan prilaku seks menyimpang,
Islam melarang masyarakat menyebarkan pornografi-pornoaksi, Islam mewajibkan
saling mengingatkan, Islam memfasilitasi seks melalui hubungan legal (baca:
nikah).
Dengan solusi preventif ini, sangat sulit AIDS akan menyebar di masyarakat.
Wajarlah jika penyakit ini tak dikenal selama Islam memimpin dunia lebih dari
14 abad lamanya. Wajar pula penyakit ini muncul ketika Islam sudah tidak
memainkan peranan sebagai pengendali dunia.
Selain solusi preventif, Islam juga
mempunyai solusi kuratif. Orang yang
terlanjur terinfeksi HIV, maka akan ditangani oleh negara. Bagi orang yang
tertular karena zina, maka akan dikenai sanksi zina. Bagi orang yang tertular
karena homoseks akan dikenai sanksi pembunuhan. Sedangkan orang yang terinfeksi
karena efek spiral misalnya melalui transfusi darah, ASI, kelahiran; maka
dikarantina. Selama masa karantina, kebutuhan mereka dipenuhi, diberi
pengobatan gratis, berinteraksi di bawah pengawasan orang-orang tertentu,
direhabilitasi mental, ketaqwaan dan kesabaran.
Selain itu, Islam mewajibkan negara mensupport, memfasilitasi, menggerakkan,
dan mendanai para peneliti, ahli kesehatan, ilmuan untuk bersungguh-sungguh
secepatnya menemukan obat.
Semua semua solusi in hanya bisa diterapkan
dalam sistem Islam yang dengan izin Allah akan kembali memainkan peranan di
dunia. Allah berfirman: “Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik” (Q.S An-Nur:
55).
Biodata penulis:
Nama : Aida (aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
daerah Bontang, pemerhati masalah keummatan)