Prof. Leopold Weiss dalam bukunya, al-Islam 'ala Muftariqin, berkata:"Kebangkitan atau menghidupkan ilmu-ilmu dan sastra-sastra Eropa dengan pengambilan luas dari sumber-sumber Islam dan khususnya Arab dapat mengokohkan sebagian besar hubungan meteri antara Timur dan Barat. Eropa mengambil manfaat lebih banyak daripada yang diambil Dunia Islam, akan tetapi Eropa tidak mengetahui keindahan itu.Demikian itu bukan karena Eropa mengurangi kebenciannya terhadap Islam, bahkan kebalikannya. Kemurkaan telah tersebar luas seiring dengan kemajuan zaman, kemudian kebencian berubah menjadi kebiasaan. Kebencian ini akhirnya menggenangi perasaan kebangsaan setiap kali disebutkan kata Islam. Kebencian itu juga telah merasuk ke dalam pepatah-pepatah yang berlaku di tengah kehidupan mereka sehingga meresap ke dalam hati setiap orang Eropa, baik laki-laki maupun wanita.Lebih jauh dari semua ini, kebencian menjadi kehidupan setelah terjadi semua putaran penggantian tsaqafah (khazanah pemikiran). Kemudian datang masa perbaikan hubungan keagamaan ketika Eropa terpecah menjadi kelompok-kelompok, dan setiap kelompok berdiri bersenjata dengan senjatanya masing-masing dalam menghadapi kelompok yang lain.Akan tetapi, permusuhan terhadap Islam telah merata ke seluruh kelompok. Setelah itu datang masa yang menjadikan perasaan (sentimen) keagamaan mereda, akan tetapi permusuhan terhadap Islam masih terus berlanjut. Di antara bukti nyata dari tesis ini adalah pikiran yang dilontarkan oleh seorang filosof sekaligus penyair Perancis abad ke-18, Voltaire. Dia adalah orang Kristen yang paling sengit memusuhi ajaran kristiani dan gereja. Namun, di waktu yang sama, dia jauh lebih membenci terhadap Islam dan Rasul Islam.Setelah beberapa perjanjian, datang zaman yang menjadikan para ilmuwan Barat mempelajari tsaqafah-tsaqafah asing (non-Barat) dan menghadapinya dengan simpati. Akan tetapi, terhadap tsaqafah-tsaqafah yang berkaitan dengan Islam, maka stereotip dan kebiasaan (taklid) menghina menyusup ke dalam problem samar kelompok yang tidak rasional untuk diarahkan pada bahasan-bahasan ilmiah mereka. Jarak yang digali oleh sejarah antara Eropa dan dunia Islam, di atasnya dibiarkan tanpa dipautkan dengan jembatan, kemudian penghinaan terhadap Islam telah menjadi bagian yang mendasar dalam pemikiran Eropa."
Atas dasar
ini, organisasi-organisasi misionaris, sebagaimana yang telah kami sebutkan,
didirikan. Organisasi-organisasi ini diarahkan pada proyek-proyek kristenisasi,
untuk menciptakan keraguan kaum muslimin dalam beragama, merendahkan Islam
dalam jiwa mereka, membawanya sebagai beban kelemahan mereka, dan menyodok
aspek-aspek politik Islam.
Oleh
karena itu, akibat-akibat yang dihasilkannya sangat keji, baik di sektor
politik ataupun keraguan yang diciptakannya, sehingga mengantarkan pada akibat
yang lebih parah daripada apa yang mereka timpakan. Gerakan misionaris ini
dibentuk atas dasar tujuan penghapusan Islam dengan tikaman dari dalam dan
mengobarkan problem-problem dan kesamaran-kesamaran di seputar Islam dan
hukum-hukumnya dengan tujuan untuk memalingkan manusia dari jalan Allah dan
menjauhkan kaum muslimin dari agama mereka. Di belakang gerakan-gerakan
misionaris terdapat gerakan-gerakan orientalis dan kaum orientalis yang
melemparkan nilai filosofis tujuan mereka dan menjadikan jiwa bengkok.
Seluruh
upaya di Eropa disatukan dalam rangkaian Perang Salib. Pertama-tama dituangkan
melalui jalur tsaqafah (khazanah pemikiran) dengan cara meracuni akal dengan
sesuatu yang memburukkan hukum-hukum Islam dan keteladanannya yang tinggi, dan
dengan racun keterasingan yang mencekoki akal putra-putra kaum muslimin dengan
statemen-statemen Barat tentang Islam dan sejarah kaum muslimin yang
diatasnamakan kajian ilmiah dan kesucian ilmu. Tidak lain ini adalah racun
tsaqafah (khazanah pemikiran) yang merupakan senjata Perang Salib yang paling
membahayakan.
Sebagaimana
juga para penyeru misionaris yang bekerja dengan racun ini yang diatasnamakan
ilmu dan kemanusiaan, maka demikian pula para orientalis yang bekerja dengan
atas nama kajian ketimuran.
Prof. Leopold Weiss berkata,"Pada kenyataannya, kaum orientalis di awal-awal masa modern adalah kaum misionaris yang bekerja untuk mengkristenkan Negara Islam. Gambaran yang menakutkan yang mereka buat dari ajaran-ajaran Islam dan sejarahnya diatur dan disusun atas suatu konsep yang mengandung pengaruh penempatan posisi orang-orang Eropa di tengah kaum berhala (maksudnya kaum muslimin). Bersamaan kesimpangsiuran akal ini masih terus berlangsung, ilmu-ilmu orientalis justru telah terbebas dari pengaruh misionaris, sementara ilmu-ilmu orientalis masih tetap tidak memiliki alasan yang positif. Alasannya justru lahir dari semangat keagamaan yang bodoh yang memperburuk arahnya. Adapun semangat keagamaan yang membawa kaum orientalis memusuhi Islam telah menjadi watak yang diwariskan, khususnya tabiat yang berpijak pada pengaruh-pengaruh yang diciptakan oleh Perang Salib."
Permusuhan
yang diwariskan selalu menyalakan api dendam dalam jiwa orang-orang Barat
terhadap kaum muslimin. Barat menggambarkan Islam hingga menyangkut negara Khilafah dan
umatnya, termasuk selain umat Islam, bahwa Islam adalah hantu kemanusiaan atau
pendurhaka yang menakutkan yang akan melenyapkan kemajuan kemanusiaan.
Dengan
gambaran itu, mereka berusaha menutupi ketakutan mereka yang sebenarnya. Karena
jika gambaran yang telah menancap dalam jiwa itu hilang, maka hagemoni kafir
penjajah akan lenyap dari dunia Islam dan Negara Khilafah Islam akan kembali
mengemban dakwahnya ke seluruh dunia dan demikian itu pasti akan kembali
dengan izin Allah. Kembalinya Negara Khilafah Islam ada dalam kebaikan
kemanusiaan.
Sementara
gerakan kaum misionaris dan selain mereka akan hilang dan mendatangkan
kerugiaan pada diri mereka.
"Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalang-halangi [orang] dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi kesesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan" (TQS. Al-Anfaal: 36).
Permusuhan
yang terwariskan (abadi) itu memperkuat setiap gerakan yang menentang Islam dan
kaum muslimin. Anda pasti menemukan Barat selalu mengkaji paham Majusi, Hindu,
dan komunisme, dan Anda tidak menemukan dalam bahasannya yang mengandung unsur
fanatis atau kebencian. Akan tetapi, di waktu dan kasus yang sama, ketika Barat
membahas Islam, tentu Anda menemukan tanda-tanda kemurkaan, dendam, marah, dan
kebencian di dalam bahasannya.
Dalam
kondisi demikian, kaum muslimin diserang Barat dengan serangan yang sangat
keji. Kafir penjajah mengalahkan mereka. Akan tetapi, para gerejawan Barat di
belakang mereka adalah penjajah selalu menampakkan kontra aktivitas yang
menentang Islam. Mereka tidak mengendurkan tikaman terhadap Islam dan kaum
muslimin, selalu mencaci-maki Muhammad (SAW.) dan para sahabatnya, dan
melekatkan aib pada sejarah Islam dan kaum muslimin. Semua itu merupakan
siksaan dari mereka terhadap kaum muslimin dan untuk mengokohkan laju
penjajahan dan kaum penjajah…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar