Islam
menjadikan kehidupan memiliki makna yang hakiki dalam pandangan mereka.
Memperoleh lapar yang dikenyangkan dan jasad yang diberi makan, kebahagiaan
hakiki yang harus mereka peroleh adalah ridha Allah. Kebahagiaan adalah
ketentraman abadi yang dimiliki manusia. Kebagiaan yang demikian tidak akan
diperoleh dengan kelezatan-kelezatan dan syahwat-syahwat, tetapi hanya dengan
memperoleh ridha Tuhan semesta alam.
Seperti
demikianlah keadaannya. Dalam mengarahkan pandangan bangsa-bangsa yang memeluk
Islam untuk kehidupan dan untuk diamalkan, Islam memberi pengaruh kuat. Mereka
diharuskan mengamalkan Islam dalam kehidupan. Islam mengubah
tingkatan-tingkatan tatanan nilai, lalu meninggikan yang satu dan merendahkan
yang lain. Setelah nafsu menjadi tingkatan tata nilai yang tertinggi bagi
manusia dan ideologi Islam adalah tingkatan yang paling sedikit (rendah), maka
Islam membalik tingkatan-tingkatan ini, lalu menjadikan mabda' (ideologi) Islam
di tingkatan yang pertama (tertinggi) dan nafsu di tingkatan yang paling
sedikit (rendah). Dengan demikian, Islam mampu mengubah pemeluknya menjadi
orang yang rela mendermakan hidupnya di jalan Islam karena tingkatan tata nilai
Islam (mabda' Islam) lebih mahal atau lebih tinggi daripada kehidupan itu
sendiri. Ini sangat berpengaruh dalam mendorong pemeluknya untuk lebih berani
menanggung beban-beban berat dan kesulitan-kesulitan di jalan Islam.
Dengan
demikian, segala sesuatu dalam kehidupan diletakkan di tingkatan-tingkatan yang
sesuai dengan hal-hal itu. Dampaknya, kehidupan menjadi luhur. Orang Islam bisa
merasakan ketenangan yang abadi dalam kehidupan. Di seluruh alam hanya ada satu
rumusan teladan (nilai) yang ideal, tetap, baku, dan tidak berubah, yaitu
keridhaan Allah. Ini menyebabkan keteladanan yang tertinggi di sisi manusia
berubah. Setelah bangsa-bangsa memiliki nilai keteladanan yang bermacam-macam,
mereka akhirnya hanya memiliki satu-satunya keteladanan yang tertinggi, baku,
dan kokoh. Akibat perubahan nilai keteladanan yang tertinggi yang dimiliki
bangsa-bangsa dan umat-umat, maka makna segala sesuatu di mata mereka menjadi
berubah dan pemahaman mereka tentang keutamaan-keutamaan sesuatu itu juga
berubah.
Keberanian,
kesatriaan, membela, bangga terhadap harta dan jumlahnya, kemuliaan hingga ke
batas yang berlebih-lebihan, loyalitas, keras dalam permusuhan, menuntut balas,
dan apa-apa yang sejenis dengannya dianggap pokok-pokok keutamaan. Lalu Islam
datang dan tidak menjadikan nilai-nilai itu sebagai pokok-pokok keutamaan dan
tidak membiarkannya sebagaimana adanya. Akan tetapi, Islam mengubahnya
menjadikan sifat-sifat yang menghiasi manusia dengan perintah-perintah Allah
yang perintah-perintah itu dipenuhi semata-mata karena perintah-Nya, bukan
kerena esensi keutamaan-keutamaan itu, juga bukan karena di dalamnya terkandung
manfaat-manfaat, serta bukan karena sesuatu yang diseret oleh kebanggaan, juga
bukan karena kebiasaan-kebiasaan, adat-adat, dan warisan-warisan yang harus
dipelihara. Karena itu, wajib menundukkan manfaat-manfaat individu, kesukuan,
kebangsaan, dan umat untuk perintah-perintah Islam semata.
Seperti
demikianlah yang dikerjakan Islam. Islam melakukan transformasi akal dan jiwa
bangsa-bangsa yang memeluk Islam. Setelah memeluk Islam, mereka mengubah
pribadi dan konsep-konsep mereka pra-Islam tentang alam, manusia, dan
kehidupan, serta standar-standar mereka tentang segala hal dalam kehidupan.
Mereka menjadi paham bahwa kehidupan memiliki makna khusus, yaitu keluhuran dan
kesempurnaan.
Mereka
menjadi manusia baru yang memiliki nilai ideal yang tertinggi dan baku, yaitu
ridha Allah. Memperoleh nilai tertinggi yakni keridhaan Allah, bagi mereka
adalah kebahagiaan yang dirindukan. Dengan demikian, mereka menjadi makhluk
lain yang berbeda dengan kemakhlukan mereka sebelumnya.
Dengan
empat hal ini, semua bangsa yang tunduk pada Negara Islam melepaskan diri dari
keadaannya yang semula. Pemikiran-pemikiran dan semua arah pandangannya menyatu
dalam kehidupan sehingga menjadi satu. Penyelesaian problem-problem menyatu
dengan penyelesaian yang satu. Maslahah-maslahahnya juga menyatu, lalu menjadi
satu maslahah (kepentingan), yaitu maslahah Islam. Tujuan-tujuan mereka dalam
kehidupan menyatu, lalu menjadi satu tujuan, yaitu meninggikan kalimat Allah.
Sudah pasti, semua bangsa ini melebur ke dalam Islam karena sesuai dengan
fitrahnya, lalu mereka menjadi umat yang satu, yaitu umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar