Serangan
Barat (bangsa-bangsa Eropa) tidak cukup sampai di sini saja, bahkan
penjajahannya lebih disempurnakan dengan mencaplok wilayah-wilayah Khilafah
yang masih belum terjajah. Inggris menjajah 'Adn tahun 1839 dan melebarkan
pengawasannya di lembah-lembah yang luas di perbatasan Yaman Selatan hingga
Timur Jazirah dan sebelumnya Inggris telah menguasai India dalam beberapa
periode. Penjajahannya berhasil mencabut kepemimpinan kaum muslimin dari India
dan mendudukinya dengan cara yang khas. Sebelum Inggris masuk, kaum muslimin
yang memegang kekuasaan di India, lalu Inggris mencabutnya dan menjadikan
mereka berperan di sektor-sektor yang lemah yang lambat-laun akan melemahkan
posisi mereka secara umum.
Kemudian
pada tahun 1882 Inggris mencaplok Mesir dan pada tahun 1898 menguasai Sudan.
Demikian juga Belanda berhasil menjajah pulau-pulau India Timur. Afganistan
dikepung di bawah tekanan Inggris dan Rusia sebagaimana Iran. Gelombang
serangan bangsa-bangsa Barat di seluruh wilayah dunia Islam semakin meningkat
sampai semuanya merasa jatuh di bawah kendali Barat dan merasa bahwa serangan
Salib selalu diperbaruhi dengan menjaga kemenangan demi kemenangan.
Akhirnya,
kaum muslimin menjadi sibuk dan bergantung pada pekerjaan-pekerjaan yang
menghentikan gelombang pasukan besar Barat atau untuk meringankan beban
tekanannya. Maka, timbullah gerakan-gerakan perlawanan terhadap Barat di
wilayah-wilayah Islam. Di Aljazair pemberontakan meletus. Kaum muslimin di
India mengamuk. Para pengikut sekte Mahdi di Sudan bangkit dan pemberontakan
Sanusiah berkobar.
Semua itu
menunjukkan potensi kekuatan terpendam dalam tubuh dunia Islam meski dari luar
tampak diam dan lemah. Hanya saja gerakan-gerakan atau usaha-usaha ini akhirnya
padam dan tidak berhasil menyelamatkan dunia Islam. Gerakan-gerakan keislaman
itu tidak berhasil menghentikan pendudukan dan serangan Barat, bahkan Barat
masih melanjutkan serangannya dengan dua kekuatan utama: politik dan tsaqafah
(pemikiran).
Barat
tidak hanya memecah-belah wilayah dunia Islam menjadi beberapa bagian, tetapi
juga menikam dari dalam Khilafah 'Utsmani yang notabene Khilafah Islam. Barat
membangkitkan gerakan-gerakan kebangsaan di dalam tubuh Khilafah 'Utsmani. Isu
negara-negara bangsa dijadikan alat penggerak oleh Barat untuk membangkitkan
bangsa-bangsa Balkan. Semenjak tahun 1804 M mereka didorong untuk mengadakan
pemberontakan dan pemberontakan ini terus melebar hingga akhirnya berhenti pada
tahun 1878 dengan “kemerdekaan” bangsa-bangsa Balkan.
Mereka
juga menggerakkan negara-negara Yunani melakukan revolusi. Api revolusi itu
dinyalakan sejak tahun 1821 hingga akhirnya berhenti dengan sebab masuknya
asing yang “memerdekakan” Yunani dari Turki pada tahun 1830 M. Semua negara
Balkan mengikutinya hingga naungan Khilafah 'Utsmani dengan sifat Khilafah
Islam terkelupas dari negara Balkan, Kreta, Qabrus, dan sebagian besar pulau di
Laut Tengah.
Bangsa-bangsa
Barat dalam melakukan aksinya menggunakan berbagai macam kekejian. Kaum
muslimin di Balkan dan kepulauan Laut Tengah diteror dan dihantam secara keji.
Sebagian besar kaum muslimin diusir dari rumah-rumah mereka. Mereka lari dengan
membawa agama mereka dari kekejaman kafir dan berlindung ke negara Arab yang
disifati sebagai Negara Islam dan bagian dari Khilafah Islam. Aljarkis,
Albusnaq, Asysyasyan, dan yang lainnya tidak lain adalah putra-putra pahlawan
kaum muslimin yang tidak rela untuk tunduk pada pemerintahan kufur imperialis. Mereka lari
dengan membawa agama Islam ke perkampungan-perkampungan Islam dan pemerintahan
Islam.
Apakah
Barat berhenti sampai di sini saja? Tidak! Bahkan, dengan berbagai sarana yang
samar, Barat membangkitkan gerakan-gerakan pemisahan dan pemecahbelahan umat
Islam dan kesatuan Khilafah dengan meniupkan perbedaan antara Turki dan Arab.
Mereka
digerakkan untuk mengadakan gerakan-gerakan kebangsaan. Barat terus-menerus
menggerakkan, bahkan membantu mereka untuk mendirikan partai-partai politik
kebangsaan Turki dan Arab, seperti Partai Turki Muda, Partai Persatuan dan
Kemajuan, Partai Kemerdekaan Arab, Partai Keamanan, dan partai-partai lainnya.
Partai-partai
inilah yang menyebabkan kondisi dalam negeri Negara Islam mengalami goncangan
dan kelabilan. Goncangan di balik berbagai tragedi dalam negeri oleh Barat
diikuti dengan berbagai serangan dari luar sampai Perang Dunia I meledak yang
memberi kesempatan terbuka bagi Barat untuk menyerang langsung dunia Islam.
Pada
kesempatan ini Barat berhasil menguasai sisa-sisa wilayah Khilafah Islam,
menghabisi, dan menenggelamkannya dari permukaan dunia. Khilafah 'Utsmani
terseret dalam Perang Dunia I yang berakhir dengan kemenangan sekutu dan
kehancuran Negara Khilafah Islam.
Pasca
perang dunia I, Barat membagi-bagi seluruh dunia Islam menjadi harta rampasan
mereka. Tidak ada Negara Khilafah Islam yang tersisa kecuali Turki yang telah
menjadi negara kecil dengan sebutan Negara Turki.
Setelah
perang berakhir pada tahun 1918 M., Turki hidup di bawah belas kasihan Barat
hingga tahun 1921 M., yaitu ketika Turki mampu “memerdekakan diri” [dari
penjajahan Barat] setelah memberi jaminan terlebih dulu pada sekutu dengan
penghapusan Negara Khilafah Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar