Oleh:
Rokhmat S. Labib, MEI
“Dan hanya
kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberikan ampun kepada siapa
yang dikehendaki-Nya dan mengadzab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha
Pengampun Iagi Maha Penyayang.” (TQS. al-Fath [48]: 14)
Allah SWT
berfirman: Wa liLlaah mulk al-samaawaat wa
al-ard (dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi). Ayat
ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah Sang Pemilik kerajaan langit dan bumi.
Karena itu, maka semua urusan dan pengaturan dalam kerajaan langit dan bumi itu
ada pada-Nya. Semua terserah Dia. Tidak ada satupun yang bisa mengatur-atur dan
mencegah kehendak-Nya.
Menjelaskan
ayat ini, al-Jazairi berkata, "Hanya di tangan-Nya segala urusan.”
Dikatakan Wahbah al-Zuhaili, ”Dia yang mengaturnya sesuai dengan kehendak-Nya.”
Al-Alusi juga berkata, ”Dialah al-Mutasharrif
(Maha Pengatur) dalam semua perkara sebagaimana Dia kehendaki." Penjelasan
senada juga dikemukakan oleh Ibnu Katsir yang menyatakan, ”Ayat ini menerangkan
bahwa Allah SWT adalah al-Haakim al-Maalik
al-Mutasharrif (Pembuat keputusan, Pemilik, dan Pengatur) seluruh
penghuni langit dan bumi.”
Jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, ini merupakan bantahan keras
sekaligus penjelasan yang jelas atas kesalahan alasan orang-orang yang tidak
mau ikut berperang dengan Rasulullah ﷺ, baik alasan yang mereka buat-buat maupun alasan
mereka yang sesungguhnya. Bahwa Dialah Pemilik kerajaan langit dan bumi. Maka,
Dialah yang berkuasa memberikan manfaat dan menimpakan bahaya kepada siapapun
yang Dia kehendaki. Dia pula yang berkuasa untuk memenangkan dan mengalahkan
siapapun dalam pertempuran. Demikian juga dalam soal ampunan dan azab, Dialah
satu-satunya yang berkuasa untuk memberikannya.
Kekuasaan
Allah SWT itu kemudian ditegaskan lagi dalam lanjutan ayat ini: Yaghfiru man yasyaa‘ (Dia memberikan ampunan
kepada siapa yang dikehendaki-Nya). Bahwa Allah SWT berkuasa untuk memberikan
ampunan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Tidak ada yang bisa mencegah dan
menghalangi-Nya ketika Dia memutuskan untuk memberikan ampunan kepada seseorang.
Juga, tidak ada seorangpun yang memiiiki otoritas ini kecuali Dia. Allah SWT
berfirman: “Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?”
(TQS. Ali Imran [3]: 135).
Kemudian
disebutkan: Wayu'adzdzibu man yasyaa‘
(dan mengadzab siapa yang dikehendaki-Nya). Sebagaimana otoritas memberikan
ampunan, demikian pula dalam hal menjatuhkan adzab. Dialah yang berkuasa
mengadzab siapapun yang dikehendaki-Nya. Tak ada seorangpun yang bisa menolak
dan menghalangi-Nya tatkala Allah SWT telah menimpakan adzab.
Penting
dicatat, berkaitan dengan orang-orang yang berhak mendapatkan ampunan, Allah
SWT -dengan qudrah dan iradah-Nya- telah memberitahukan kepada manusia
ketentuan-ketentuan-Nya.
Contohnya,
orang-orang yang mau bertaubat, berhenti dari kemaksiatan, dan memperbaiki diri
dengan amal shaleh akan diampuni dosa-dosanya sebagaimana diberitakan dalam
firman-Nya: “Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan itu dan
memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya” (TQS. Al-Maidah
[5] ayat 39).
Demikian juga ketika mau mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT
berfirman: “Katakanlah:
“Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad ﷺ), niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali Imran [3] ayat 31).
Juga,
berbagai amal shalih yang dikerjakan, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan
lain-lain. Semua itu adalah amalan yang diberitakan akan membuat pelakunya
diampuni dosa-dosanya.
Ketentuan
itu yang diterangkan para ulama ketika menjelaskan ayat ini. Al-Jazairi
berkata, ”Dia mengampuni orang yang dikehendaki-Nya, yakni hamba yang bertaubat
dan meminta ampunan.”
Demikian
juga dengan adzab. Allah SWT -dengan qudrah dan iradah-Nya- telah memberitakan
tentang orang-orang yang berhak mendapatkan adzab-Nya. Di antara mereka adalah
orang-orang kafir dan mati dalam kekufuran. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam
keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia
seluruhnya” (TQS. al-Baqarah [2]: 161-162).
Demikian
juga dengan orang-orang munafik. Allah SWT berfirman: “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan
orang-orang kafir dengan Neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah
Neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka adzab yang
kekal" (QS. al-Taubah [9]: 68).
Dalam
konteks ayat ini, al-Jazairi berkata, "Dia mengadzab orang yang
dikehendaki-Nya, yakni hamba yang memiliki persangkaan yang buruk, mengatakan
apa yang tidak diyakininya, dan terus-menerus dalam kekufuran dan kemunafikan.”
Penjelasan
senada dikemukakan oleh Ibnu Jarir al-Thabari yang berkata, "Hanya milik
Allah SWT kekuasaan langit dan bumi. Sehingga, tidak ada seorangpun yang mampu
menolak kehendak-Nya terhadap kalian dengan mengadzab kalian karena kemunafikan
kalian, apabila kalian terus-menerus dalam kemunafikan, atau melarang-Nya untuk
memberikan maaf bagi kalian jika Dia memaafkan apabila kalian bertaubat dari
kemunafikan dan kekufuran kalian."
Dikatakan
al-Quthubi bahwa Dia tidak membutuhkan hamba-Nya. Sesungguhnya Dia menguji
mereka dengan berbagai taklif agar Dia memberikan pahala kepada orang yang
beriman dan menghukum orang yang kafir dan maksiat.
Ayat ini
diakhiri dengan firman-Nya: WakaanaLlaahu
Ghafuur[an] Rahiim[an] (dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).
Sifat-Nya yang tetap dan tak terpisah dari-Nya adalah al-maghfirah (ampunan) dan al-rahmah
(rahmat, kasih sayang), sehingga senantiasa ada di setiap waktu mengampuni
orang-orang yang berdosa dan menurunkan kebaikan-Nya yang melimpah siang dan
malam. Demikian menurut Abdurrahman al-Sa'di.
Menurut
Ibnu Jarir, maksud penggalan ayat ini: ”Allah SWT senantiasa memiliki
pengampunan terhadap orang-orang yang bertaubat kepada-Nya dari dosa-dosa dan
kemaksiatan-kemaksiatan hamba-hamba-Nya. Dia juga senantiasa memiliki kasih
sayang terhadap mereka hingga tidak mengadzab mereka setelah taubat mereka.”
Demikianlah.
Allah SWT adalah Pemilik kerajaan langit dan bumi. Dialah Dzat Yang Maha
Pengatur segala urusan. Tidak ada yang bisa mencegah dan menghalangi kekuasaan
dan kehendak-Nya. Sebagaimana diterangkan Abdurrahman al-Sa'di, "Allah SWT
adalah satu-satunya pemilik kerajaan langit dan bumi. Dia yang mengatur semua
yang ada di dalamnya sesuai dengan kehendak-Nya, baik dalam al-ahkaam al-qadariyyah (hukum-hukum
kekuasaan), al-ahkaam al-syar'iyyah
(hukum-hukum syara'), dan al-ahkaam
al-jazaaiyyah (hukum-hukum pembalasan).”
Sebagai
hamba dan salah satu penghuni di dalam kerajaan langit dan bumi, tidak ada
pilihan lain kecuali kita wajib tunduk dan patuh terhadap semua aturan dan
hukum-Nya. Dengan begitu, bisa berharap mendapatkan ampunan dan ridha-Nya. WaL-laah a'lam bi al-shawaab.[]
Ikhtisar:
1. Allah
SWT adalah pemilik kerajaan langit dan bumi.
2. Dialah
yang berhak membuat hukum dan menentukan balasannya.
3. Pintu
ampunan terbuka bagi orang-orang yang mau bertaubat dan memperbaiki diri;
sementara orang-orang yang tetap dalam kekufuran dan kemunafikannya layak
mendapatkan adzab-Nya.[]
Sumber:
Tabloid Media Umat edisi 199