…. Contoh lainnya adalah, bahwa wanita menurut pandangan orang-orang yang meremehkan ajaran Islam boleh menjabat sebagai imam (kepala negara), walaupun Rasulullah Saw.
telah bersabda:
“Tidak akan beruntung
suatu kaum yang menyerahkan urusan (pemerintahan) mereka kepada wanita.”
(HR.Bukhari, Ahmad, Nasa’i dan Tirmidzi)
Alasannya mereka,
bahwa hadist tersebut diucapkan dalam kesempatan tertentu, sehingga tidak boleh
dijadikan umum. Hal itu –menurut mereka- dilakukan untuk memberikan kepada
Barat suatu gambaran bahwa Islam menghormati kaum wanita, sesuai dengan
pemahaman kafiir Barat.
Contoh lain lagi
adalah, mereka membolehkan transaksi dengan cara riba. Alasan bathilnya, bahwa
riba itu merupakan transaksi internasional yang amat mendesak, yang tidak bisa
ditinggalkan.
Kelemahan mental yang
mereka tonjolkan itu hakikatnya merupakan kelemahan mereka, bukan kelemahan
Islam. Sikap dzalim yang ada dibalik tafrîth sama
dengan sikap yang ada di balik ifrâth, yaitu
kebodohan terhadap agama dan kebodohan atas manusia. Dua jenis manusia ini
sama-sama merusak agama. Keduanya dikuasai oleh hawa nafsu. Ingin mencari
keridhaan nafsunya yang menggebu-gebu, dan mencari-cari keridhaan manusia, yang
jauh dari ridha Allah.
Konsisten dengan
perintah Allah, kita tidak boleh zalim, meremehkan sebagian kewajiban Islam,
dan menyimpang. Firman Allah Swt.:
“Dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan
pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu.” (TQS. al-Baqarah [2]: 143)
Allah telah menetapkan
umat ini sebagai saksi yang adil bagi umat manusia, sebagaimana pada masa
Rasulullah Saw. Dengan fungsinya itu berarti umat ini menjadi umat terbaik dan
paling mulia. Kedudukan umat ini di hadapan manusia bagaikan puncak gunung yang
menempati posisi yang paling tinggi.
Akidah tidak mungkin
tegak di atas kompromi. Kompromi (dalam perkara ini) merupakan kesesatan yang
sebenarnya. Sebab, perkaranya adalah antara cahaya dan kegelapan, antara
petunjuk dan kesesatan. Telah dipahami dan ditetapkan sebelumnya bahwa tidak
ada musyarri’ selain Allah, dan
sesungguhnya tidak ada ganti (alternatif lain) bagi hukum-hukum Allah. Dan
Allah sebaik-baik yang menghukumi.
Di balik pemikiran
yang dilontarkan Barat tiada lain bermaksud ingin memusnahkan apapun yang
menjadi bahaya bagi eksistensi dan imperialismenya.
“Maka karena itu,
serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan
kepadamu, dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka.” (TQS. asy-Syura [42]: 15)
“Maka tetaplah kamu
pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu, dan (juga) orang
yang telah taubat beserta kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu
cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api
Neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain
daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberikan pertolongan.” (TQS. Huud
[11]: 112-113)
Sesungguhnya, jiwa
kita mengemban kebaikan agama ini, dan sangat menginginkan sekali untuk
menjadikan ideologi Islam ini berkuasa. Dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya
akan dibuka akal dan hati, untuk menolong agama ini. Sesungguhnya kebaikan yang
kita inginkan untuk diri kita, kami sukai pula bagi selain kita, dan kami
memohon kepada Allah agar menempatkan nasihat kami ini seperti hujan yang akan
menghidupkan jiwa-jiwa. Dan hanya kepada Allah-lah segala tujuan.
Bacaan:
Sheikh
Ahmad Mahmoud, The Da’wah To Islam, www.khilafah.com
Diolah
oleh:
Annas
I. Wibowo
4
Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar