Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 26 Agustus 2018

Azab Bagi Orang Munafik Dan Musyrik - TAFSIR al-Fath: 6-7



Oleh: Rokhmat S. Labib, MEI

“Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka Neraka Jahannam. Dan (Neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali. Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (TQS. al-Fath [48]: 6-7)

Dalam ayat sebelumnya diterangkan tentang balasan di akhirat bagi orang-orang yang Mukmin, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka akan dimasukkan ke dalam Surga yang di bawahnya ada sungai mengalir. Mereka pun kekal di dalamnya. Sebelumnya, kesalahan-kesalahan mereka pun ditutupi.

Ayat ini kemudian memberitakan tentang balasan yang bakal diterima oleh orang munafik dan musyrik.

Ditimpakan Azab

Allah SWT berfirman: Wa yu'adzdziba al-munaafiqiin wa al-munaafiqaat wa al-musyrikiin wa al-musyrikaat (dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan). Huruf al-wawu di awal ini merupakan 'athf yang memberikan tambahan terhadap kalimat dalam ayat sebelumnya: liyud-hila (agar Dia memasukkan). Ayat ini menambahkan berita tentang orang-orang munafik dan musyrik. Diberitakan bahwa Allah SWT mengazab orang-orang munafik dan musyrik, baik laki-laki maupun perempuan.

Al-munaafiqiin adalah orang-orang yang memiliki sifat al-nifaaq. Ibnu Katsir ketika menerangkan QS al-Baqarah [2]: 8 mengatakan bahwa pengertian al-nifaaq adalah izh-haar al-khayr wa israar al-syarr (menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan). Sifat nifak itu ada dua jenis. Pertama, nifaaq i'tiqaadi, kemunafikan yang mengikut keyakinan. Ditegaskan Ibnu Katsir, pelaku nifak yang bersifat i'tiqaad ini kekal di Neraka.
Kedua, nifaaq ‘amaliyy, kemunafikan yang menyangkut amal perbuatan. Menurut Ibnu Katsir, nifak jenis ini terkategori sebagai dosa paling besar. Mufassir tersebut juga menegaskan bahwa orang munafik yang diberitakan dalam ayat tersebut (QS. al-Baqarah [2]: 8) dan kelanjutannya adalah orang-orang yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran.

Sedangkan al-musyrikiin adalah para pelaku al-syirk. Yakni orang-orang yang menyekutukan Allah SWT. Istilah musyrik menunjuk orang-orang kafir selain ahli kitab (Yahudi dan Nasrani), seperti Majusi, Shabiah, Hindu, Budha, dan lain-lain. Kesimpulan ini didasarkan pada beberapa ayat, seperti QS. al-Bayyinah [98]: 6 dan al-Baqarah [2]: 105, yang menyebutkan bahwa orang-orang kafir terdiri dari dua golongan, yakni golongan ahli kitab dan golongan musyrik. Dengan demikian, yang dimaksud dengan orang musyrik adalah semua orang kafir yang bukan termasuk ahli kitab.

Ditegaskan ayat ini, mereka semua, baik yang munafik maupun musyrik, akan diazab Allah SWT. Menurut Imam al-Qurthubi, azab tersebut adalah dengan menimpakan kesusahan kepada mereka lantaran tingginya persatuan kaum Muslimin dan pemberian kekuasaan kepada Nabi , baik dengan membunuh, menawan, dan memperbudak mereka.

Patut dicermati, orang-orang munafik dalam ayat ini disebutkan lebih dahulu dibandingkan orang musyrik. Menurut Syihabuddin al-Alusi, itu disebabkan karena orang munafik jauh berbahaya bagi kaum Muslimin.

Balasan Atas Persangkaan

Kemudian dilanjutkan dengan firman-Nya: al-zhaanniin bilLaah zhann al-saw‘ (yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah). Ini merupakan sifat orang-orang munafik dan musyrik yang ditimpakan azab tersebut. Mereka digambarkan memiliki al-zhann atau persangkaan yang buruk terhadap Allah SWT. Dalam ayat ini disebutkan zhann al-saw‘. Menurut al-Khalil dan Sibawaih, sebagaimana dikutip al-Qurthubi, makna al-saw‘ di sini adalah al-fasaad (busuk).

Diterangkan Imam al-Qurthubi, mereka menyangka Rasulullah tidak akan bisa kembali ke Madinah lagi. Demikian pula semua sahabat Nabi yang keluar ke Hudaibiyyah. Orang-orang musyrik itu pun menyangka Nabi dan para sahabatnya binasa. Ini sebagaimana firman Allah SWT: “Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang Mukmin sekali-kali tidak akan kembali kepada keluarga mereka selama-Iamanya” (TQS. al-Fath [48]: 12).

Abu Bakar al-Biqa'i memberikan beberapa kemungkinan persangkaan buruk mereka. Menurutnya, mereka menyangka bahwa Allah SWT tidak menepati janjinya dengan tidak menolong rasul-Nya dan para pengikutnya yang Mukmin. Bisa juga, Dia tidak akan membangkitkan mereka. Atau, Dia tidak mengazab mereka meskipun mereka telah menentang Rasulullah dan menyusahkan para pengikutnya.

Kemudian disebutkan azab yang akan ditimpakan kepada mereka: 'Alayhim daairah al-saw‘ (mereka akan mendapat giliran [kebinasaan] yang amat buruk). Jika memiliki persangkaan buruk terhadap Rasulullah dan para sahabatnya, maka yang terjadi justru sebaliknya. Keburukan itu justru akan menimpa mereka. Menurut al-Zamakhsyari, kata al-saw‘ di sini bermakna al-halaak wa al-damaar (kebinasaan dan kehancuran).

Kemudian Allah SWT berfirman: Wa ghadhibalLaah 'alayhim (dan Allah memurkai). Yakni, Raja yang Maha Agung yang memiliki sifat kesempurnaan dan kebagusan murka 'alayihim (atas mereka). Menurut al-Biqa'i, ketika ada orang yang ditimpa keburukan namun tidak dimurkai Allah SWT, maka penggalan ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT pun memurkai mereka. Dituturkan al-Khazin, ini merupakan tambahan dalam azab dan kebinasaan mereka.

Kemudian Allah SWT berfirman: Wa la'anahum (dan mengutuk mereka). Ayat ini menandaskan bahwa selain mendapatkan kemurkaan Allah SWT, mereka juga dilaknati. Menurut al-Raghib al-Asfahani, al-la’n adalah mengusir dan menjauhkan atas dasar kemarahan. Laknat dari Allah SWT di akhirat berupa hukuman, sedangkan ketika di dunia berupa terputus menerima rahmat dan taufik-Nya. Dikatakan al-Khazin, Allah SWT melaknat mereka dengan membuang mereka ke tempat yang paling rendah, sehingga dijauhkan dari segala kebaikan.

Tak hanya itu, mereka pun harus menerima hukuman lainnya yang amat pedih, yakni: Wa a'adda lahum Jahannam (serta menyediakan bagi mereka Neraka Jahannam). Inilah yang disediakan untuk mereka di akhirat kelak. Dengan demikian, azab yang ditimpakan kepada mereka tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat. Ini merupakan azab yang amat berat. Sebagaimana ditegaskan dalam firman SWT selanjutnya: Wa saaat mashir[an] (Dan [Neraka Jahannam] itulah sejahat-jahat tempat kembali). Bahwa Jahannam merupakan tempat kembali yang paling buruk.

Kemudian Allah SWT berfirman: Wa lilLaah junuud al-samaawaat wa al-ardh (dan kepunyaan Allah lah tentara langit dan bumi). Menurut Ibnu Abbas junuud al-samaawaati (tentara langit) adalah malaikat, sementara junuud al-ardh adalah bumi. Diterangkan al-Jazairi, penggalan ayat ini memberikan makna bahwa dengan bala tentara-Nya itu Dia menolong siapapun yang dikehendaki-Nya dan mengalahkan semua siapapun yang dikehendaki-Nya.

Lalu ditegaskan tentang kekuasaan-Nya dalam menghukum musuh-musuh Islam dari kalangan orang-orang kafir dan munafik dengan firman-Nya: Wa kaanalLaah 'Aziiz[an] Hakiim[an] (Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana). Menurut al-Jazairi, ini memberikan makna bahwa Allah SWT senantiasa menang dan tidak terkalahkan serta bijaksana dalam menghukum musuh-musuh-Nya.

Demikianlah. Orang-orang munafik dan orang musyrik akan diazab Allah SWT. Wal-Laah a'lam bi al-shawaab.[]

Ikhtisar:

1. Orang-orang munafik dan orang musyrik memiliki persangkaan buruk terhadap Allah SWT. Mereka pun ditimpa dengan keburukan, mendapatkan murka, dilaknat, dan disediakan azab di Neraka Jahannam.

2. Allah SWT berkuasa untuk menolong siapapun yang dikehendaki-Nya dan membinasakan siapapun yang dikehendaki-Nya.[]

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 193

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam