Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 19 Oktober 2010

Menggunakan Akal Kemauan Mencapai Tujuan

Menggunakan Akal Kemauan Mencapai Tujuan

AKAL DAN KEHENDAK: DUA HAL YANG TAK BISA DIPISAHKAN UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN
Pada saat kita berusaha untuk mewujudkan berbagai tujuan melalui tharîqah (metode pelaksanaan yang bersifat praktis) dan pengaitan sebab dengan akibatnya, kita tidak bisa mengbaikan aspek kehendak (irâdah) dan peranannya dalam merealisasikan tujuan. Kadangkala akal mampu mendeskripsikan tujuan dan sebab-sebab yang dapat mengantarkan pada terwujudnya tujuan. Akal juga acapkali mampu mangaitkan sebab dan akibatnya dengan benar. Kadangkala akal pun mampu menetapkan keharusan mewujudkan tujuan yang besar seperti menemukan obat kanker atau menegakkan Khilafah pada masa sekarang ini --masa yang penuh dengan kezaliman akibat dominasi kekufuran dan kekuasaan para diktator yang mencengkeram kuat dengan cara memata-matai dan menindas umat Islam. Terhadap aktivitas yang benar ini, kadangkala manusia dihadang oleh rasa putus asa akibat banyaknya kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam perjalanan. Pada saat demikian, mustahil dia bisa merealisasikan tujuannya, meskipun jalan yang terpampang di hadapannya sangat jelas dan lurus. Oleh karena itu, agar suatu aktivitas bisa membuahkan hasil, ada dua perkara yang terkait dengan aspek kemanusiaan yang harus dipenuhi, yaitu aspek akal dan perasaan.

Akal adalah pihak yang merencanakan dan memprogram, yakni dengan mengaitkan sebab dengan akibatnya. Sedangkan perasaan, yang disertai dengan pemikiran, adalah pihak yang melahirkan irâdah yang benar sekaligus memotivasi dan menjadikannya tetap menggelora serta mampu menjamin produktivitas. Artinya, keterkaitan antara akal dan irâdah dalam kaidah kausalitas (qâidah sababiyyah) merupakan perkara yang harus ada dalam upaya merealisasikan tujuan dan menjalankan suatu aktivitas. Hal ini berlaku bagi aktivitas dan tujuan yang bersifat individual maupun kolektif.

Upaya mewujudkan tujuan-tujuan individual tidak cukup hanya dengan memiliki akal saja, melainkan juga harus disertai dengan irâdah yang cukup. Demikian pula, upaya mewujudkan tujuan-tujuan kolektif (jamaah) tidak cukup hanya dengan irâdah saja, melainkan juga harus disertai akal. Para karyawan yang bekerja di pabrik, misalnya, kadangkala mengalami kezaliman dari majikan atau manajernya. Jika hal ini terjadi, dalam diri mereka akan lahir irâdah untuk melakukan perubahan. Agar perubahan itu bisa dilakukan, akal mereka harus diatur oleh pemimpin mereka yang diwakili oleh serikat buruh dalam sistem kapitalis. Pengaturan mereka dalam menjalankan aktivitas dilakukan melalui organisasi tertentu yang terarah yang bisa mengantarkannya pada perbaikan kondisi.

Kita juga bisa menyaksikan dan merasakan bahwa umat Islam saat ini sudah merindukan kembalinya Islam. Mereka juga merasakan kezaliman penguasa akibat dominasi dan jahatnya kekufuran. Oleh karena itu, irâdah untuk melakukan perubahan sebetulnya telah terwujud pada diri mereka. Begitu pula persiapan mereka untuk melakukan perubahan. Jika kepemimpinan sudah terwujud dan telah disadari oleh akal mayoritas umat Islam yang terbentuk secara alami, sementara irâdah pun sudah terwujud pada diri mereka, niscaya mereka akan mampu menyusun metode (tharîqah) dan mewujudkan tujuannya.

Dengan memperhatikan berbagai macam kelompok yang ada, kita menemukan bahwa kelompok yang kedudukannya paling tinggi adalah kelompok yang berbentuk partai (hizb). Sebab, sebuah partai memiliki irâdah dan akal (pemikiran) secara bersamaan, sekaligus berpijak pada kendali individu dan jamaah. Seorang anggota partai (hizbi), ketika bergerak bersama partainya, akan bergerak bersama akal dan perasaannya. Sebuah partai, dalam hal ini, akan mampu mengantarkan individu dalam tuntunan akal dan perasaannya. Dari sini, ungkapan bahwa partai merupakan kesatuan pemikiran dan kesatuan perasaan (kullun fikriyyun dan syu’ûriyyun) adalah pendapat yang benar. Partai, secara keseluruhan, memiliki tekad bulat (irâdah) untuk merealisasikan tujuan-tujuannya. Dalam partai terdapat “akal” yang mewujud dalam bentuk kepemimpinannya yang berperan dalam mengatur dan menyusun berbagai aktivitas dan program, dan mengaitkan sebab dan akibatnya. Dari sini kita bisa melihat bahwa, aktivitas yang dilakukan oleh partai jauh berlipat ganda kekuatannya dibandingkan dengan yang dilakukan oleh individu atau jamaah lain yang tidak berbentuk partai.

Akal dan irâdah tidak bisa dipisahkan dalam mewujudkan berbagai tujuan individu maupun jamaah melalui jalan sababiyyah, yaitu mengaitkan sebab dengan akibatnya yang bersifat fisik. Untuk mencapai target yang telah ditentukan, harus ada irâdah untuk mewujudkannya. Di samping itu, harus diketahui seluruh sebab yang bisa mengantarkan pada tercapainya tujuan-tujuan tersebut, lalu mengaitkannya dengan benar. Pada saat itulah kita bisa mengatakan bahwa kita telah menjalani as-sababiyyah. Suatu aktivitas pasti pasti bisa dijalankan sesuai dengan tolok ukur fisik yang kita miliki.

Sementara itu, munculnya qadhâ’ yang bisa menghalangi terwujudnya suatu tujuan termasuk ke dalam perkara yang terjadi secara kebetulan (force mayeur) serta termasuk ke dalam kondisi khusus, bukan kondisi umum dalam kehidupan manusia. Manusia yang selalu berusaha untuk mewujudkan tujuan-tujuannya tidak boleh memasukkan kondisi khusus tersebut sebelum atau pada saat melakukan aktivitas untuk mewujudkan tujuan. Kenyataannya, as-sababiyyah merupakan salah satu hukum alam dan aturan kehidupan dalam rangka mewujudkan tujuan di tengah-tengah kehidupan dunia ini. Tanpa as-sababiyyah, tujuan-tujuan tersebut tidak akan terwujud. Bahkan, mukjizat yang berasal dari langit dan dibawa oleh para nabi tidak muncul melainkan tetap dalam lingkaran qâ’idah sababiyyah. Mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Mûsâ as, yakni berupa kemampuannya menyerang ahli sihirya Fir’aun; atau mukjizat Nabi ‘Isâ dengan kemampuannya menghidupkan orang yang telah mati; atau mukjizat Nabi Muhammad Saw. berupa al-Quran, semuanya termasuk ke dalam sebab-sebab yang akan mendorong manusia agar beriman kepada kenabian dan kerasulan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam