Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 22 Maret 2008

makalah kemacetan yogyakarta DIY

PAPER EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

makalah “KEMACETAN DAN PENCEMARAN UDARA

DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”


BAB I

PENDAHULUAN


Pencemaran lingkungan merupakan masalah bersama yang sangat penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya adalah pencemaran air, tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya. Segala jenis pencemaran tersebut nantinya akan mengganggu aktifitas kita sehari-hari, khususnya aktifitas ekonomi.


Makalah ini sendiri akan lebih fokus untuk membahas mengenai masalah pencemaran udara, khususnya yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dimana tingkat pencemaran udara di daerah tersebut sudah sangat mengkhawatirkan. Pencemaran udara dianggap sebagai salah satu jenis pencemaran yang sangat nyata yang mampu mengurangi kualitas lingkungan (udara) di DIY. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat produktifitas sumber pencemar (polutan) yang ada, sangat cukup untuk mendukung terjadinya penurunan kualitas udara di DIY secara signifikan.


Oleh karena itu kita perlu melihat lebih dekat mengenai kondisi yang terjadi disana, khususnya mengenai tingkat pencemaran, sumber pencemaran (polutan), dampaknya, dan lebih jauh lagi mengenai langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut.


Secara umum, makalah ini nantinya akan melihat kendaraan bermotor dan kemacetan sebagai faktor utama yang menyebabkan penurunan kualitas udara di DIY. Dimana, kedua faktor tersebut dalam perkembangannya selalu seiring berjalan, dan kenyataan yang terjadi menunjukan pertumbuhan yang cukup mengkhawatirkan. Masalah ini perlu untuk kita telaah, karena mau tidak mau, kita merupakan salah satu bagian yang secara langsung mengalami fenomena tersebut, termasuk dampaknya.


Lebih dalam lagi mengenai masalah tersebut akan dibahas setelah bab ini. Diharapkan, nantinya akan muncul ide-ide baru yang dapat dipertimbangkan sebagai alternatif penanggulangan masaalah ini.


BAB II

PENCEMARAN UDARA DI Daerah Istimewa Yogyakarta


Masalah kemacetan dan polusi udara memang merupakan problema yang sulit dicari solusinya, khususnya bagi kota-kota besar. Hal ini bukan saja menimpa kota Yogyakarta, namun kota-kota lainnya di Indonesia, bahkan kota-kota di dunia pun juga mengalami kesulitan dalam upaya mengurangi kemacetan dan menekan kadar polusi udara dari kendaraan bermotor.


  1. Kondisi Pencemaran di DIY

Pertumbuhan Rata-Rata Jumlah Motor di DIY 2003-2005

Tahun

Pertumbuhan

2003 – 2004

2004 – 2005

7.347 unit

7.331 unit

Sumber : diolah dari Kompas online, senin 2 Otober 2006


Pertumbuhan Jumlah Motor di DIY dalam 3 tahun terkahir (2002-2005)

Tahun

Jumlah Motor

2002

2005

597.143 unit

843.077 unit

Sumber : diolah dari Kompas online, senin 2 Otober 2006


Secara umum, pertambahan sepeda motor memang lebih pesat dibandingkan kendaraan roda empat. Setiap tahun, jumlah kendaraan roda dua bertambah sekitar 11,8 persen, sementara kendaraan roda empat hanya 6,9 persen. Berdasarkan data Polda DIY, jumlah kendaraan bermotor terbanyak berada di Kota Yogyakarta, yaitu 275.590 unit atau 28,23 persen dari total jumlah kendaraan bermotor (2005). Padahal, panjang jalan di kota hanya 224,86 kilometer. Tak heran, di sejumlah ruas jalan vital, seperti Jalan Malioboro dan sekitarnya, kerap terjadi kemacetan.


Dalam lima tahun terakhir, perkembangan kendaraan bermotor di DIY rata-rata 11,9 persen per tahun. Pertambahan kendaraan bermotor baru setiap tahun mencapai 83.761 unit, lebih dari 90 persen di antaranya kendaraan roda dua atau sepeda motor. Sedangkan pertambahan kendaraan roda empat hanya 7.853 unit per tahun.


Tingkat pencemaran udara di kota Yogyakarta sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan sektor transportasi merupakan kontributor utama bagi pencemaran udara ini. Pada jam-jam tertentu dibeberapa titik padat kendaraan bermotor tingkat polusinya sudah melampaui ambang batas. Ditempat-tempat tertentu mulai terlihat penurunan kualitas udara, terutama di tempat yang macet.


Beberapa titik yang menjadi lokasi kemacetan di kota Yogyakarta seperti perempatan Magister Manajemen UGM, perempatan Mirota Kampus, perempatan Tugu, dan perempatan jalan Magelang. Meski kemacetan di kota Yogyakarta belum separah kota Jakarta, namun dengan pertumbuhan rata-rata 8000 unit/bulan (belum termasuk pertumbuhan kendaraan yang lain), jika tanpa pembenahan yang baik maka sepuluh tahun yang akan datang, barangkali kondisi kemacetan kota Yogyakarta akan sama parahnya dengan kota Jakarta.


Data dari Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan (KPDL) Kota Yogya menunjukkan, dua kawasan yang paling polutif saat ini adalah perempatan Pingit di Jalan Magelang dan perempatan Mirota Kampus. Kadar HC di perempatan Pingit mencapai 1.053 ug/m3, sedangkan perempatan Mirota Kampus mencapai 964 ug/m3. Batas ambang normal untuk kadar HC hanya 160 ug/m3.


Pembangunan pusat-pusat perdagangan baru yang dipaksakan di wilayah-wilayah yang sudah padat lalu lintasnya, juga ikut memberikan kontribusi bagi kemacetan kendaraan di kota Yogyakarta. Pembangunan pusat perdagangan baru itu tidak memperhatikan jarak efisien untuk menghindari kemacetan. Lebih parahnya lagi badan jalan sering dijadikan sebagai lokasi parkir kendaraan pengunjung pusat-pusat perbelanjaan. Jelas hal ini akan mengurangi “ruang” untuk lalu lintas kendaraan di jalan raya.

berlanjut........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam