Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 22 Maret 2021

Pendidikan Sekular Cetak Generasi Budak Imperialis



Semakin tinggi sekolahnya, mestinya semakin banyak ilmunya dan semakin bertakwa kepada Allah SWT, tetapi fakta sebaliknya justru yang terjadi. Kalau di dunia Barat, tentu saja wajar, tapi anehnya gejala umum ini terjadi di negeri-negeri Islam. Mengapa begitu? Untuk mendapatkan jawabannya, wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo dan Riza Aulia mewawancarai Direktur Divisi Muslimah pada Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir Nazreen Nawaz. Berikut petikannya.

Seperti apa fakta dunia pendidikan di negeri-negeri Islam saat ini?

Hari ini, dunia Muslim sedang menghadapi krisis pendidikan yang parah yang memiliki beberapa masalah dengan berbagai bentuk.

Ketiadaan infrastruktur misalnya. Ada 12 juta anak-anak yang mengalami krisis infrastruktur sekolah. Mulai dari bangunan sekolah yang runtuh hingga yang benar-benar tidak memiliki bangunan sekolah, sehingga di banyak bagian dunia Muslim tidak sedikit yang melakukan aktivitas belajar-mengajar di tenda-tenda.

Contohnya?

Di Afganistan, 65 persen sekolah terpaksa menyelenggarakan pendidikan di bawah langit terbuka. Di Pakistan hanya 50 persen sekolah yang bangunannya dianggap layak. Rakyat harus survive (bertahan) atas kenaikan listrik, bahan pangan dan lain sebagainya. Sehingga alokasi untuk pendidikan sangat minim yakni sekitar 2-3 persen dari produk domestik bruto (GDP) Pakistan. Akibatnya, banyak anak-anak tidak mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak.

Krisis lainnya adalah kurikulum. Dan pada umumnya kurikulum pendidikan yang diterapkan di dunia Islam merupakan kurikulum sekular yang diambil dari Barat. Akibatnya, anak didik lebih cenderung menjadi slaves (budak-budak) untuk melayani kepentingan Barat.

“Cenderung menjadi budak" itu seperti apa contohnya?

Mereka menjadi terlalu mengagungkan Barat serta menjadi pengemban ide-ide Barat dan lebih parahnya malah menentang penerapan syariat Islam secara kaffah. Di Turki misalnya, peserta didik di sana didorong untuk mengagungkan Kemal Pasha Attaturk. Padahal pada kenyataannya Kemal penghancur khilafah.

Kemudian yang kedua, dijejalkannya prinsip-prinsip nasionalistik. Negara-negara di Arab seperti Yordania, Maroko Aljazair dan lain sebagainya, kental sekali penanaman ide-ide nasionalisme. Dan dalam waktu yang bersamaan, mencerabut ajaran-ajaran Islam, seperti pelajaran bahasa Arab, pelajaran tentang para sahabat Rasulullah SAW dan lain sebagainya. Dan menggantinya dengan pelajaran-pelajaran yang terkait ide-ide nasionalisme.

Sehingga menjadi alergi dengan ide penyatuan seluruh negeri Islam dalam naungan khilafah?

Iya, tentu saja dampaknya jadi seperti itu. Di Pakistan dan Bangladesh misalnya, orang-orang yang mendidik masyarakat untuk menyadari dan memahami kewajiban menegakkan kembali khilafah itu dikriminalisasi. Di pendidikan formal Bangladesh dan Pakistan tidak boleh pula mengajarkan kisah para pahlawan Islam.

Bahkan di Bangladesh, kisah pahlawan-pahlawan Islam digantikan dengan kisah pahlawan-pahlawan Hindu. Di Bangladesh juga orang-orang atheis, komunis dan sekuler memegang jabatan-jabatan kunci di bidang pendidikan.

Lebih parahnya lagi, di Bangladesh itu bila kita mengajarkan bahwa ”Islam adalah satu-satunya agama yang benar” itu dilarang. Atau mengatakan ”Islam lebih tinggi dari agama-agama lain" itu tidak boleh.

Beberapa aktivis Hizbut Tahrir Bangladesh pun dikeluarkan dari universitas gara-gara menjelaskan wajibnya menegakkan khilafah. Hal yang sama juga terjadi di Pakistan.

Bahkan aktivitas di luar kampus pun jadi masalah. Contohnya di Uttara, Dhaka, Bangladesh. Pada 30 Agustus 2015, dua Muslimah yang satu seorang dokter gigi dan satunya lagi seorang insinyur diculik dan disiksa secara fisik oleh aparat rezim. Satu-satunya 'kejahatan' kedua Muslimah itu adalah karena mengundang kenalan mereka untuk berpartisipasi dalam konferensi online tentang Islam dan kewajiban menegakkan khilafah.

Mengapa dunia Islam malah menerapkan sistem pendidikan sekuler?

Salah satu alasan utama untuk ini adalah karena sistem pendidikan di negeri kita diimpor dari zaman kolonial, ketika kolonialis Barat menduduki negeri kita, sehingga dari generasi ke ke generasi, secara represif mereka menerapkan sistem pendidikan kolonial ini.

Dan sistem ini tidak pernah dimaksudkan untuk benar-benar mendidik anak-anak kita dengan cara yang terbaik. Ini tidak pernah dimaksudkan untuk meningkatkan keberhasilan akademik rakyat kita, itu tidak pernah dimaksudkan untuk menciptakan kemajuan dan pembangunan di tanah kita. Itu pada dasarnya dimaksudkan untuk melakukan dua hal. Nomor satu, memperbudak pemikiran anak-anak kita ke budaya Barat dan sistem yang mereka buat.

Dan kedua, untuk menjaga seluruh wilayah dalam kegelapan sehingga kita akan terus bergantung pada Barat untuk pengembangan diri dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Jadi ini adalah penyebab utama dan ini adalah jenis realitas krisis parah yang mempengaruhi dunia Muslim saat ini.

Jadi agenda yang sangat jelas, mensekulerkan pemikiran pemuda, meliberalisasi pemikiran mereka, jadi bagaimana Anda berharap untuk membangun karakter insan bertakwa dengan tujuan sistem pendidikan seperti ini?

Aneh ya, padahal Barat kan sudah tidak menjajah lagi, kok negeri-negeri Islam masih menerapkan sistem pendidikan sekuler?

Memang militer Barat meninggalkan sebagian besar negeri-negeri Islam pasca keberhasilannya meruntuhkan Khilafah Islam sekitar 93 tahun yang lalu. Mereka pergi lantaran telah berhasil menanamkan ide-ide kufurnya ke benak kaum Muslimin yang kemudian menjadi rezim negara-bangsa. Sehingga yang diterapkan adalah sistem pemerintah yang dimaui Barat yakni sistem sekuler dan rezim sekular di tanah kita.

Jadi karena penguasa rezim ini telah cukup memenuhi penawaran dari guru mereka, master Barat dan melaksanakan agenda mereka. Dalam pendidikan, dalam politik, dan setiap bidang kehidupan.

Dan itu terus dipelihara Barat sampai sekarang. Salah satu contoh dari hal ini, mereka menggunakan berbagai alat, LSM atau organisasi lainnya. Tahun lalu, UNESCO mengatur dengan Departemen Luar Negeri Pemerintah AS, pertemuan tingkat tinggi dengan Departemen Pendidikan yang menawarkan negara-negara anggota, sekarang kita tahu ada 195 negara anggota UNESCO.

Dan pertemuan ini adalah khusus untuk kementerian pendidikan agar menggunakan strategi nasional untuk mendorong melalui agenda terhadap apa yang disebut deradikalisasi. Dan kita tahu apa yang mereka maksud dengan radikalisasi.

Deradikalisasi adalah cara Barat untuk mengendurkan semangat kaum Muslimin dalam memperjuangkan tegaknya syariah, mengkriminalisasi orang-orang yang mendukung konsep khalifah, orang-orang yang mendukung jihad melawan pendudukan, bahkan orang-orang yang mendukung hukum sosial Islam yang (ada aturan) memisahkan pria dan wanita. Orang-orang ini telah diberi label ekstrimis dan radikal oleh pemerintah Barat dan politisi.

Jadi pertemuan yang digagas UNESCO tersebut untuk mendorong agenda ini. Anda dapat melihat secara kasat mata di negeri tempat tinggal Anda bagaimana mereka memanipulasi kurikulum hingga seperti maunya Barat. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 193, Pendidikan Sekuler Cetak Generasi Budak Barat
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam