Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 06 Maret 2018

Kita Kehilangan Khilafah Karena Nasionalisme, dan Kita Harus Menolaknya untuk Mendapatkan Khilafah Kembali



Pada 3 Maret 1923, majalah The Economist di London menulis tentang perhatian Inggris selama negosiasi sebelum penandatanganan Perjanjian Lausanne di tahun itu,
“Jika Pemerintahan (Mustafa) Kemal jatuh, kita mungkin akan dikonfrontasi oleh ambisi Turki untuk memimpin perlawanan-balik Muslim melawan Barat, dengan tujuan mengakhiri peningkatan pengaruh Barat, tidak hanya di Turki sendiri tapi di seantero dunia Timur tengah. Itu akan berarti pengembalian Khilafah, aliansi perlawanan dengan Rusia, dan pemunculan masalah yang aktif di Afrika Barat-Laut, Tripoli, Mesir, Palestina, Suriah, Mesopotamia, Persia, dan India… Telah nyata bahwa perjuangan politik di Angora (Ankara) adalah penting bagi Imperium Inggris.”

Jauh dari (pikiran) menjadikan Khilafah ditinggalkan dan akhirnya dihapuskan, sebenarnya adalah setahun kemudian (secara nyata) ia menjadi korban nasionalisme asing; sebuah pemikiran yang sama sekali asing dari Islam dan kaum Muslim.
Publikasi yang sama (The Economist) menulis pada 8 Maret 1924:
“Penolakan Khilafah oleh orang-orang Turki menandai era ekspansi ide-ide Barat atas dunia non-Barat, karena prinsip-prinsip kedaulatan nasional dan pemerintahan-mandiri Barat kita, adalah kekuatan utama yang karenanya ‘Abdu’l Mejid Efendi menjadi korban. Baik berdasarkan tradisi maupun berdasarkan teori, Khalifah adalah pemegang tahta absolut atas dunia muslim, dan oleh karenanya hampir mustahil untuk menemukan tempat bagi dia dalam sebuah negara nasional (baik itu disebut republik ataupun monarki konstitusional) di mana kedaulatan ada pada parlemen para wakil rakyat.”

94 tahun setelahnya, para kolonialis Barat tetap tidak mampu menekan keinginan persatuan politik di antara dunia Muslim, meski mereka mengerahkan usaha terbaiknya untuk memecah-belah kita selama seabad lalu. Meskipun begitu, mereka tetap ingin memaksakan pola pikir nasionalis atas kita, dengan harapan mereka bisa menunda beberapa tahun sebelum kembalinya Khilafah yang tak bisa dihindari.

Nasionalisme adalah ide yang menghancurkan persatuan Umat Islam dan yang telah lama memalingkan kita dari tugas menegakkan-kembali Khilafah. Nasionalisme itulah yang menjadi dalih yang disodorkan oleh para raja, presiden, dan perdana menteri pengkhianat ketika mereka diam saja berdiri menyaksikan ribuan kaum Muslim di Suriah disembelih; sebagaimana mereka juga tetap begitu atas kaum Muslim Rohingya di Burma, kaum Muslim di Palestina, kaum Muslim di Yaman, di Bosnia, di Chechnya dan di manapun tempat yang dipandang para kolonialis sebagai ladang pembantaian demi kepentingan mereka.

Nasionalisme juga merupakan pemikiran yang merobek Uni Soviet dan saat ini sedang mengacau di Eropa dan Amerika. Itu adalah ide menjijikkan (fanatisme jahiliyah/ ashobiyah, pent.), tidak cocok untuk menyatukan umat manusia. Itu tidak lebih baik dari kesukuan yang Nabi Muhammad Saw. sebut:

دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ

“Tinggalkan itu, karena itu busuk.”

Nasionalisme, xenophobia (membenci bangsa asing), dan pemisahan adalah karakteristik khas tatanan dunia yang didominasi Barat di mana kita hidup di dalamnya selama seabad ini.

Khilafah yang akan datang yang didirikan di atas manhaj Kenabian, bukan negara nasionalistis, di mana etnis-etnis ataupun bangsa-bangsa tertentu punya hak lebih dibanding yang lain sebagaimana terjadi di Inggris, Amerika dan semua negara bangsa hari ini.

Sebaliknya, Islam adalah risalah untuk semua manusia, dan Khilafah adalah negara bagi semua, Muslim dan non-Muslim.

Pada tanggal yang menandai sebuah kehilangan besar bagi seluruh dunia ini, kami menyeru pada kaum Muslimin untuk tidak membiarkan setahun lagi berlalu, tanpa mengambil semua kesempatan untuk mengingatkan pada dunia tentang kebaikan yang telah diingkarinya, sementara Negara Islam masih absen. Kita harus juga membeberkan pada dunia akan kejahiliyahan tatanan dunia liberal dominasi-Barat, yang tidak membawa apapun selain kesengsaraan dan penderitaan, kecuali bagi segelintir elit.

Sekarang adalah saatnya bagi umat Islam untuk menolak semua garis batas nasional yang digunakan kolonialis untuk memecah-belah kita. Sekarang adalah saatnya untuk menyeru para Muslim berkekuatan di militer yang terpisah-pisahkan di tanah-tanah Muslim untuk mengabaikan pemisahan-pemisahan buatan, dan bertindak sebagai satu Umat untuk melindungi yang lemah dan kembali menawarkan Islam kepada dunia.

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. al-Hajj: 40)

Yahya Nisbet,
Perwakilan Media Hizbut Tahrir Inggris,
3 Maret 2018


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam