Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 07 Januari 2020

Azab Bagi Kaum-Kaum yang Mendustakan TAFSIR al-Furqan 38-39



Oleh: Rokhmat S. Labib, MEI

“Dan (Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut. Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan dan masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya.” (TQS. al-Furqan [25]: 38-39).

Di daIam Al-Qur’an banyak dikisahkan tentang peristiwa yang dialami kaum-kaum terdahulu. Termasuk, kaum-kaum yang mendustakan Allah SWT dan kesudahan hidup mereka. Semua itu dikisahkan agar menjadi pelajaran penting bagi generasi berikutnya.

Ayat ini memberitakan tentang kisah yang dialami kaum 'Ad, Tsamud, dan penduduk Rass. Juga, kaum-kaum yang hidup di antara masa mereka. Semuanya mendapatkan nasib yang sama, yakni ditimpakan azab. Penyebabnya, mereka semuanya mendustakan  petunjuk dan peringatan rasul-rasul Allah SWT.

Kisah Kedurhakaan

Allah SWT berfirman: Wa 'Aad wa Tsamuud wa Ashhaab al-Rass (dan [Kami binasakan] kaum ‘Aad dan Tsamud dan penduduk Rass). Setelah dalam ayat sebelumnya dikisahkan kaum Nuh yang ditenggelamkan lantaran mendustakan Nabi Nuh As, lalu dilanjutkan ayat ini yang mengisahkan beberapa kaum terdahulu lainnya.

Mereka adalah kaum ‘Ad, Tsamud, dan penduduk Rass. Kaum 'Aad adalah nama satu kabilah Arab pada masa dahulu. Mereka hidup setelah lenyapnya kaum Nabi Nuh As. Di antara keistimewaan mereka adalah tubuh mereka yang kuat dan perkasa. Allah SWT berfirman: “Dan Tuhanmu telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu” (TQS. al-A'raf [7]: 69). Juga kemampuan mereka dalam membuat bangunan-bangunan yang tinggi. Allah SWT berfirman: “Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah yang tinggi bangunan untuk bermain-main? Dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)?” (TQS. al-Syu'ara' [26]:128-129).

Sebagaimana kaum 'Ad, kaum Tsamud juga termasuk bangsa Arab terdahulu. Mereka tinggal di daerah Hijr (lihat: QS. al-Hijr [15]: 80), sebuah daerah yang berada di antara Hijaz dan Tabuk. Mereka hidup setelah dibinasakannya kaum 'Ad (QS. al-A’raf [7]: 74). Sedangkan penduduk Rass, terdapat perbedaan di antara para mufassir tentang siapa mereka. Menurut Imam al-Qurthubi, kata Rass dalam bahasa Arab berarti sumur yang tidak kering. Bentuk jamaknya adalah rassaas. Ibnu 'Abbas berkata, "Saya bertanya kepada Ka'ab tentang ash-haab al-Rass.” Dijawab olehnya, "Mereka adalah kaum yang disebutkan dalam surat Yasin: Qaala yaa qawmii [i]ttabi'uu al-mursaliin (“dia berkata, ”Wahai kaumku, ikutilah para utusan Allah).” Kemudian dia dibunuh dan dikuburkan dalam sebuah sumur mereka, yang dinamai sumur Rass, lalu mereka melemparkannya ke dalam sumur itu. Demikian menurut Muqatil, sebagaimana dikutip al-Qurthubi.

Menurut Ali ra., mereka adalah kaum yang menyembah pohon Shaunabir, lalu didoakan keburukan oleh nabi mereka, yang merupakan salah satu anak Yahudza. Maka, pohon itu pun mengering. Kemudian mereka membunuh nabi itu dan menguburkannya di dalam sebuah sumur. Mereka lalu dinaungi awan hitam. Sedangkan Ibnu Jarir mengemukakan bahwa Ash-haab al-Rass adalah Ash-haab al- Ukhduud yang diberitakan dalam QS al-Buruj.

Di samping penjelasan tersebut, masih banyak penjelasan lain yang dikemukakan oleh para mufassir. Perbedaan itu tidak mengherankan karena di dalam Qur’an tidak diberikan keterangan yang jelas mengenai kaum Rass. Bahkan, kaum tersebut hanya disebutkan di dalam dua ayat, yakni dalam ayat ini dan dalam QS. Qaf [50]: 12.

Kemudian Allah SWT berfirman: Wa quruun[an] bayna dzaalika katsiir[an] (dan banyak [lagi] generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut). Di samping tiga kaum tersebut, masih ada kaum-kaum lain yang hidup di antara masa mereka. Ditegaskan ayat ini, jumlah mereka banyak.

Kata al-quruun dalam ayat ini merupakan bentuk jamak dari kata al-qarn. Menurut Ibnu Katsir, makna al-qarn adalah suatu umat dari kalangan manusia. Ini sebagaimana firman Allah SWT: Kemudian, Kami jadikan sesudah mereka qarn[an] aakhariin, umat yang lain (TQS. al-Mukminun [23]: 31). Batas waktu di antara mereka dengan genarasi lainnya adalah 120 tahun. Ada juga yang mengatakan 100 tahun, 80 tahun, 40 tahun, atau jumlah lainnya. Yang jelas, al-qarn adalah umat yang berada dalam satu zaman yang sama. Apabila mereka sudah tidak ada lagi, lalu digantikan oleh generasi berikutnya.

Azab bagi yang Durhaka

Kemudian Allah SWT berfirman: Wa kulla[n] dharabnaa lahu al-amtsaal (dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan). Kata kulla[n] menunjuk kepada semua kaum yang disebutkan tersebut. Yakni, ‘Ad, Tsamud, penduduk Rass, dan semua kaum di antara mereka yang tidak disebutkan namanya satu per satu. Terhadap mereka, Allah SWT telah memberikan petunjuk. Menurut Ibnu Katsir, ayat ini berarti: ”Kami telah menjelaskan kepada mereka berbagai hujjah, dan Kami telah menerangkan kepada mereka petunjuk.”

Kepada kaum ‘Ad, petunjuk itu disampaikan oleh utusan-Nya, Nabi Hud as. Allah SWT berfirman: “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Ad saudara mereka, Hud” (TQS. al-A'raf [7]: 65). Sedangkan kepada kaum Tsamud, Allah SWT mengutus Nabi Shaleh as. untuk menyampaikan petunjuk-Nya. Allah SWT berfirman: “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh” (TQS. al-A'raf [7] 73). Sementara penduduk Rass dan generasi yang hidup di antara masa-masa mereka tidak diberitakan nabi yang diutus kepada mereka. Meskipun demikian, semuanya mendapatkan petunjuk dari-Nya. Allah SWT berfirman: “Dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk” (TQS. al-Ra'd [13]: 7). Para utusan Allah SWT itu termasuk dalam kategori yang diceritakan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: “Dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu” (TQS. al-Mu’min [40]: 78).

Sekalipun telah mendapatkan petunjuk yang terang dan peringatan yang jelas, namun mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus untuk mereka. Allah SWT berfirman: “Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud, dan kaum ‘Ad, kaum Fir'aun dan kaum Luth, dan penduduk Aikah serta kaum Tubba‘, semuanya telah mendustakan rasuI-rasul, maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan” (TQS. Qaf [50]: 12-14).

Atas sikap dan tindakan mereka itu, mereka pun harus menerima akibatnya. Yakni, ditimpa azab yang dahsyat. Dalam firman Allah SWT disebutkan: Wa kulla[n] tabbarnaa tatbiir[an] (dan masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya). Menurut al-Alusi, kata al-tatbiir berarti al-taftiit (meremukkan, menghancurkan). Dikatakan al-Zajjaj, kullu syay'[in] kasartuhu wafatattu, faqad tabartuhu (segala sesuatu yang saya pecahkan dan saya remukkan, sungguh telah kuhancurkannya). Dan yang dimaksudkan dengannya adalah al-tamziiq wa al-ihlaak (mengoyak dan menghancurkan).

Dengan demikian, ayat ini memberitakan bahwa mereka dihancurkan Allah SWT. Tentang ayat ini, Ibnu Katsir berkata, ahlaknaa ihlaakan, Kami menghancurkan (mereka) dengan sehancur-hancurnya. Ini seperti firman Allah SWT: “Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan” (TQS. al-Isra’ [17]: 17).

Mengenai azab yang ditimpakan kepada kaum-kaum tersebut, diberitakan dalam beberapa ayat lain. Kaum ‘Ad binasa setelah diterjang angin yang sangat dingin dan amat kencang, selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. Mereka pun mati bergelimpangan seperti tunggul-tunggul pohon kurma yang telah lapuk. Setelah itu, mereka tak tersisa (lihat: QS. al-Haqqah [69]:6-8).

Sedangkan kaum Tsamud, setelah menyembelih unta yang menjadi mukjizat Nabi Shaleh, mereka ditimpa azab tiga hari setelahnya. Mereka dibinasakan dengan suara keras yang mengguntur, lalu mati bergelimpangan di rumahnya (lihat: QS. Hud [11]: 67). Di samping itu, mereka juga ditimpa oleh gempa (lihat: QS. al-A'raf [7]: 78).

Demikianlah kesudahan kaum-kaum yang mendustakan petunjuk dari Allah SWT. Karena pembangkangan yang mereka lakukan, mereka harus menerima akibatnya. Masihkah ada di antara kita yang berani menolak syariah -Nya? Wal-Laah a'lam bi al-shawaab.[]

Ikhtisar:
1. Kaum ‘Ad, kaum Tsamud, dan penduduk Rass dan beberapa kaum yang hidup di antara masa-masa mereka memiliki kesamaan sikap, yakni mendustakan rasul.
2. Sebagai balasannya, semua kaum tersebut mendapat azab di dunia dan akhirat.[]

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 148

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam