Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 17 Juli 2017

Felix Siauw: Tanda-Tanda Kejatuhan



Ratusan tahun lamanya imperium Romawi menguasai sebagian besar Eropa, wilayahnya membentang sangat luas dari Britania di bagian utaranya hingga Mesir di bagian selatannya, dari Spanyol di bagian baratnya hingga Anatolia di bagian timurnya hingga berbatasan dengan wilayah Persia.

Tapi pada akhir abad ke-3, tanda-tanda kemerosotan Imperium Romawi sangat terlihat. Luasnya imperium yang harus diatur dan korupnya pegawai-pegawainya, berhentinya ekspedisi-ekspedisi perang dan artinya juga berhentinya jarahan-jarahan perang yang merupakan sumber pemasukan, ditambah dengan kesenjangan antara kaya dan miskin, benar-benar menghancurkan Imperium Romawi secara cepat.

Untuk mempertahankan kekuasaan dan gaya hidupnya, penguasa Romawi menjadi represif dan tirani. Lalu membebani rakyatnya dengan pajak yang tinggi dan paksaan-paksaan lainnya, sebab itulah rakyat Romawi kehilangan nafsu untuk bekerja, juga kehilangan jati diri dan kebanggaan mereka sebagai bangsa Romawi.

Tragedi berlanjut, pemasukan yang semakin sedikit dari pajak, akibat rakyat yang semakin lemas sebab diperas, mengakibatkan Imperium Romawi tak lagi mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran wajibnya, termasuk tak mampu membayar tentara dan penegak hukumnya, gagal menjaga ketahanan pangannya, dan akhirnya mengabaikan penegakan hukum.

Para pedagang mengambil alih negara, membayar tentara-tentara yang berubah menjadi staf keamanan pribadi yang melindungi kepentingannya, raja-raja kecil muncul dan pertikaian antar mereka segera menjelma menjadi perang sipil. Anarkisme menjadi hal biasa dan penyakit mewabah, menghabisi sebagian besar populasinya. Romawi terkoyak-koyak habis.

Perlahan tapi pasti, dalam situasi nan berantakan itu, hukum alam mengambil alih, siapa yang kuat dia yang menang. Maka Romawi yang mulai mengerut itu dikuasai bukan oleh militer yang bengis, meninggalkan rakyat yang semakin sengsara dalam penindasan.

Tanda-tanda kejatuhan Romawi ini apabila kita bandingkan dengan tanda-tanda kejatuhan Persia, kurang lebih sama, sebab begitulah pola yang terjadi di manapun dan kapanpun. Disarikan dari Ibnu Taimiyah, bahwasanya keadilan adalah pilar negara yang menegakkannya, sementara kezaliman yang nyata pasti akan menghancurkannya.

Sedihnya, ini tanda-tanda yang ada pada negeri kita. Keadilan menjadi barang mahal yang hanya dipajang di etalase, dibicarakan dan dilihat tapi tak seorangpun yang bisa memilikinya, kecuali 'keadilan' itu hanya bisa dibeli oleh mereka yang kaya raya, dan itu sebuah bentuk kezaliman lagi.

Tekanan asing begitu nyata terlihat di negeri ini, agama Islam yang merupakan agama mayoritas dinista dan didiamkan, ulama-ulamanya dikriminalisasi dan diancam secara masif. Sementara rakyat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah dan pemimpinnya.

Media-media sangat tak proporsional dalam mewartakan, bahkan bohong dalam tiap-tiap halnya, stigmatisasi dan framing untuk menjelekkan Islam, seolah wajar dan boleh dilakukan, memutarbalikkan fakta tanpa malu, hanya untuk menyenangkan tuan-tuan yang menggaji mereka.

Sementara di tempat lain, penegak hukum secara gamblang memperlihatkan keberpihakan mereka, senang dan dekat, cenderung kepada orang-orang yang punya harta, berhadap-hadapan dengan rakyatnya sendiri demi membela kepentingan uang.

Sementara harga-harga dinaikkan, pajak diketatkan, dan umat Islam dicurigai. Duhai penguasa-penguasa yang diujung tanduk, ditunggu oleh maut, apa yang menyebabkan kalian tidak mampu mengambil pelajaran dari sejarah yang terus-menerus terulang?

Dan sejarah membuktikan, hanya ada satu cara keluar dari semua ini. Yaitu dengan kembali pada Allah dan aturan-aturan-Nya, termasuk dalam mengelola negara dan kehidupan manusia. Kembali pada syariat Islam, dalam naungan khilafah.

Felix Y. Siauw
Member @YukNgajiID

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 189
---

SMS/WA Berlangganan Tabloid Media Umat: 0857 1713 5759

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam