Prof. Dr. KH. Ahmad Zahro, M.A., Guru Besar Ilmu Fikih UIN Sunan
Ampel Surabaya: “Islam Jangan Dimutilasi!”
Menteri Agama mengumumkan pihaknya telah menghapus konten yang
dianggap radikal dalam 155 buku pelajaran madrasah di semua jenjang pendidikan
dalam rangka mempromosikan moderasi Islam. Terkait hal itu, wartawan Tabloid
Media Umat Joko Prasetyo mewawancarai Guru Besar Ilmu Fikih UIN-Sunan Ampel
Surabaya Prof. Dr. KH. Ahmad Zahro, M.A. Bagaimana tanggapannya? Silakan simak
dalam penggalan wawancara di bawah ini.
Bagaimana tanggapan Anda dengan pernyataan
Menteri Agama yang menyebut telah menghapus atau menggusur konten ”radikal” di
155 buku pelajaran?
Saya sungguh kasihan dan khawatir kalau pejabat Kemenag terkena
Firman Allah SWT, "Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar
kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang
yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia,
dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan
Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Baqarah [2]: 85).
Karena ada kesan seolah-olah ayat-ayat tertentu itu dianggap enggak
benar atau enggak baik sehingga sebaiknya enggak diajarkan.
Apakah begitu?
Jadi saya tidak setuju dengan ide pembuangan ayat dan hadits yang
dianggap radikal, lalu memuat ayat dan hadits yang dianggap moderat untuk diajarkan.
Karena dalam Islam itu harus kaffah, diajarkan semuanya supaya tidak
terjadi seperti orang-orang terdahulu ketika diberi kitab Taurat dan Injil yang
hanya mengajarkan yang mereka senangi dan meninggalkan ayat-ayat yang mereka
tidak senangi.
Mumpung masih ada kesempatan, moga-moga para pejabat tinggi
tidak gengsi menerima nasihat orang kecil. Ini nasihat saya sebagai orang biasa
yang tidak menjabat apa-apa, tapi saya paham kita semua bakal pergi ke akhirat
dan akan mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan di dunia ini.
Menurut Anda, mengapa pemerintah kok menggusur
ajaran Islam yang dianggap ”radikal”?
Pertanyaan ini lebih tepat ditanyakan kepada pejabat Kemenag, kalau
saya sih sebagai pengamat menangkap kesan bahwa ini memang dalam menjalankan
visi misi presiden atau pesan presiden agar Kemenag melawan radikal. Yang
dianggap radikal oleh mereka itu (sebagian dari ajaran) Islam. Terus terang ini
adalah pemikiran yang rancu.
Yang radikal (dalam konotasi negatif) itu bukan Islam, tetapi
manusia yang memahami agama secara salah, baik Muslim maupun non-Muslim.
Saya sebenarnya tidak setuju dengan istilah radikal (yang
dikonotasikan negatif), karena radikal itu adalah akar, pondasi. Jadi ajaran
Islam itu semuanya radikal (mengakar pada akidah dan dalil-dalil syar'i) dalam
pengertian positif.
Nah, kalau ditanyakan mengapa pemerintah menggusur ajaran Islam
yang dianggap radikal (konotasi negatif persepsi pemerintah)? Ya, karena ingin
tampil cantik, tampil manis, tampil oke, di depan yang punya otoritas terhadap
Kemenag, yaitu presiden dan juga para pejabat negara, bahwa Islam yang
ditampilkan Kemenag sekarang adalah Islam yang rahmatan lil 'alamin
(dalam konotasi keliru) ataupun ummatan yang wasathan (dalam
konotasi yang keliru).
Kasihan ya, karena ingin tampil cantik malah jadi
salah...
Sebenarnya kalau menurut saya, kasihan ya, kasihan. Mereka para
pejabat tinggi tetapi harus mengabdi pada pemikiran yang salah. Sekali lagi,
mereka yang mengemban jabatan, harus ingat bahwa jabatan itu akan dipertanggungjawabkan
di hadapan Allah SWT dan Islam itu dari Allah SWT. Jangan disayat-sayat atau
dimutilasi menjadi bagian-bagian yang sesuai dengan maunya kita, sesuai dengan
nafsunya kita. Naudzubillahi min dzalik.
Sekali lagi, di Kemenag itu banyak pejabat-pejabat yang merupakan
teman saya, saya ingatkan panjenengan menjabat paling hanya lima tahun
atau sepuluh tahun tapi pertanggungjawabannya akan berefek selamanya. Saya
ingatkan, hati-hatilah dalam mengemban jabatan ini. Ingat, bahwa Islam adalah agama
yang sempurna, Islam adalah agama yang datangnya dari Allah SWT, Islam jangan
kita kebiri atau dimutilasi.
Jadi Pak Menteri, saya
mohon panjenengan sebagai jenderal yang kaya dengan pengalaman hidup,
tapi mohon maaf, agak kurang dalam pengetahuan agama, agar lebih wise,
lebih bijak dan lebih waspada terhadap sodoran anak buah yang mungkin ingin
menyenangkan Bapak tetapi sesungguhnya ‘menyesatkan’.
Kok bisa ajaran Islam yang satu dianggap "radikal" ajaran Islam lainnya dianggap ”moderat" lalu menggusur salah satunya dan mempromosikan lainnya?
Inilah yang saya prihatinkan sejak awal bahwa orang-orang Kemenag yang mengerti agama dan bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan regulasi para pemeluk agama terutama Islam harus menyadari bahwa Islam itu adalah Islam, rahmatan lil alamin. Semua ajarannya applicable, bisa dilaksanakan dengan baik asalkan dipahami dengan baik.
Semua applicable termasuk ayat qital dan jihad ya...
Jadi ayat qital (perang) dan ayat jihad itu juga rahmatan lil alamin, kita harus pahami dalam konteks apa ayat tersebut diaplikasikan. Ayat teroris itu tidak ada. Perang saja Rasulullah SAW pesannya lima hal kok. Perang, padahal perang itu boleh membunuh. Tapi Nabi Muhammad SAW berpesan, jangan membunuh orang tua renta, jangan membunuh wanita, jangan membunuh anak-anak, jangan membunuh binatang, jangan menebang pepohonan.
Coba, perang itu! Nabi Muhammad SAW orang yang sangat santun, orang yang sangat baik tetapi lebih dari sepuluh kali berperang. Lalu Nabi SAW ini ganas? Kejam? Garang? Tidak!
Jadi pemahaman yang sangat fatal ini jangan sampai diteruskan.
Mengapa ada upaya untuk menjauhkan kaum Muslimin dari penerapan syariat Islam secara kaffah?
Ini adalah penyakit yang diderita fobia Islam. Mereka memang membaca sejarah, ketika Islam diterapkan secara kaffah maka pasti jaya, pasti menang. Maka umat Islam itu harus direcoki, harus diganggu supaya tidak bisa menerapkan ajaran Islam.
Kalau syariat Islam diterapkan secara kaffah, ya tentu saja sejarah akan berulang. Lihat saja kekaisaran Persia yang begitu kokoh saja takluk ke Islam. Kekaisaran Romawi yang begitu kokoh, 'abadi', hebat dan dahsyat tidak ada yang menyangka ujungnya bertekuk lutut di bawah Islam.
Ingat, Islam menaklukkan bukan pakai penindasan seperti agama lain lho! Islam tidak pernah mengadakan inkuisisi. Islam tidak pernah mengadakan ethnic cleansing.
Tawarannya: Mau memeluk Islam? Kalau memeluk Islam, kita damai, kita saudara. Apa tidak mau memeluk Islam? Karena tanah dan negara ini telah menjadi tanah dan negara Islam maka otoritasnya ada di Islam, kalau umat Islam membayar zakat, kalian membayar jizyah. Jadi orang yang tidak memeluk Islam, tetapi berada di bawah kekuasaan Islam, itu tidak dipaksa memeluk Islam, apalagi diinkuisisi atau pembersihan etnis.
Jadi bila sekarang Islam ditegakkan secara kaffah akan bagaimana?
Jadi sungguh kalau Islam dilaksanakan secara kaffah, pusat budaya dunia saat ini seperti yang ada di Amerika, Rusia, Barat dan Cina itu akan gulung tikar sebagaimana dulu Romawi dan Persia gulung tikar. Karena jauh berbeda antara peradaban Islam dibanding yang lainnya.
Sebab hukum-hukum Islam itu ciptaan Allah SWT yang menguasai, yang menciptakan alam semesta ini. Sementara hukum-hukum yang mereka ciptakan (peradaban di luar Islam) itu ciptaan mereka sendiri. Tentu saja jauh bedalah, jauh panggang dari apilah antara kebaikan dan kelayakan hukum buatan manusia dengan buatan Allah SWT untuk mengatur manusia.
Sekadar gambaran saja, sepeda motor misalnya, tentu manual book-nya yang bagus adalah yang dikeluarkan oleh pabrik sepeda motor tersebut bukan dari pabrik lain. Nah, Al-Qur'an dan Hadits itu adalah manual book-nya manusia yang diciptakan oleh pencipta manusia yaitu Allah SWT.[]
Kok bisa ajaran Islam yang satu dianggap "radikal" ajaran Islam lainnya dianggap ”moderat" lalu menggusur salah satunya dan mempromosikan lainnya?
Inilah yang saya prihatinkan sejak awal bahwa orang-orang Kemenag yang mengerti agama dan bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan regulasi para pemeluk agama terutama Islam harus menyadari bahwa Islam itu adalah Islam, rahmatan lil alamin. Semua ajarannya applicable, bisa dilaksanakan dengan baik asalkan dipahami dengan baik.
Semua applicable termasuk ayat qital dan jihad ya...
Jadi ayat qital (perang) dan ayat jihad itu juga rahmatan lil alamin, kita harus pahami dalam konteks apa ayat tersebut diaplikasikan. Ayat teroris itu tidak ada. Perang saja Rasulullah SAW pesannya lima hal kok. Perang, padahal perang itu boleh membunuh. Tapi Nabi Muhammad SAW berpesan, jangan membunuh orang tua renta, jangan membunuh wanita, jangan membunuh anak-anak, jangan membunuh binatang, jangan menebang pepohonan.
Coba, perang itu! Nabi Muhammad SAW orang yang sangat santun, orang yang sangat baik tetapi lebih dari sepuluh kali berperang. Lalu Nabi SAW ini ganas? Kejam? Garang? Tidak!
Jadi pemahaman yang sangat fatal ini jangan sampai diteruskan.
Mengapa ada upaya untuk menjauhkan kaum Muslimin dari penerapan syariat Islam secara kaffah?
Ini adalah penyakit yang diderita fobia Islam. Mereka memang membaca sejarah, ketika Islam diterapkan secara kaffah maka pasti jaya, pasti menang. Maka umat Islam itu harus direcoki, harus diganggu supaya tidak bisa menerapkan ajaran Islam.
Kalau syariat Islam diterapkan secara kaffah, ya tentu saja sejarah akan berulang. Lihat saja kekaisaran Persia yang begitu kokoh saja takluk ke Islam. Kekaisaran Romawi yang begitu kokoh, 'abadi', hebat dan dahsyat tidak ada yang menyangka ujungnya bertekuk lutut di bawah Islam.
Ingat, Islam menaklukkan bukan pakai penindasan seperti agama lain lho! Islam tidak pernah mengadakan inkuisisi. Islam tidak pernah mengadakan ethnic cleansing.
Tawarannya: Mau memeluk Islam? Kalau memeluk Islam, kita damai, kita saudara. Apa tidak mau memeluk Islam? Karena tanah dan negara ini telah menjadi tanah dan negara Islam maka otoritasnya ada di Islam, kalau umat Islam membayar zakat, kalian membayar jizyah. Jadi orang yang tidak memeluk Islam, tetapi berada di bawah kekuasaan Islam, itu tidak dipaksa memeluk Islam, apalagi diinkuisisi atau pembersihan etnis.
Jadi bila sekarang Islam ditegakkan secara kaffah akan bagaimana?
Jadi sungguh kalau Islam dilaksanakan secara kaffah, pusat budaya dunia saat ini seperti yang ada di Amerika, Rusia, Barat dan Cina itu akan gulung tikar sebagaimana dulu Romawi dan Persia gulung tikar. Karena jauh berbeda antara peradaban Islam dibanding yang lainnya.
Sebab hukum-hukum Islam itu ciptaan Allah SWT yang menguasai, yang menciptakan alam semesta ini. Sementara hukum-hukum yang mereka ciptakan (peradaban di luar Islam) itu ciptaan mereka sendiri. Tentu saja jauh bedalah, jauh panggang dari apilah antara kebaikan dan kelayakan hukum buatan manusia dengan buatan Allah SWT untuk mengatur manusia.
Sekadar gambaran saja, sepeda motor misalnya, tentu manual book-nya yang bagus adalah yang dikeluarkan oleh pabrik sepeda motor tersebut bukan dari pabrik lain. Nah, Al-Qur'an dan Hadits itu adalah manual book-nya manusia yang diciptakan oleh pencipta manusia yaitu Allah SWT.[]
Sumber: Tabloid Media Umat edisi 270
Tidak ada komentar:
Posting Komentar