Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 01 Juni 2016

Meruntuhkan Pemikiran Selain Islam


 
Harus dijelaskan kepalsuan setiap pemikiran kontemporer seperti kapitalisme, nasionalisme/ ashobiyah, atau patriotisme. Harus pula dilakukan upaya untuk membandingkan antara pemikiran-pemikiran Islam dan pemikiran-pemikiran lainnya untuk memperoleh hasil, yaitu meruntuhkan setiap pemikiran selain Islam dan selanjutnya meruntuhkan pula setiap institusi yang berdiri di atasnya.

Dari sini kemudian dijelaskan, bahwa hanya Islam yang benar dan layak untuk seluruh dunia (karena keuniversalan akidah dan sistemnya) dan hanya pada Daulah Islamiyah Islam dapat direpresentasikan secara utuh. Di dalam medan semacam inilah jamaah ideologi Islam berusaha untuk menjatuhkan setiap propaganda, slogan-slogan yang digelar, papan-papan pengumuman, dan seruan-seruan palsu yang ditanamkan oleh orang-orang kafir di benak umat Islam seperti slogan, “Kebebasan kebudayaan dan pemikiran,” “Berikan apa yang menjadi hak kaisar kepada kaisar dan berikan apa yang menjadi Allah kepada Allah,” “Tanah airku selalu benar.”

Hendaknya partai politik ideologi Islam beraktivitas untuk menjauhkan setiap pemikiran Barat dari benak umat Islam dan dari kehidupan mereka, yaitu dengan menyangkal berbagai pemikiran destruktif yang berkembang seperti: “Pembaharuan Syariat,” “Yurisprudensi Syariat,” “Elastisitas syariat untuk merespon perkembangan zaman,” (menurut versi Barat) “Pemisahan agama dari politik,” “Tidak ada politik dalam agama,” “Tidak bisa diingkari adanya perubahan hukum-hukum karena adanya perubahan waktu dan tempat,” dan lain-lain. Selain meruntuhkan semua propaganda ini, organisasi/partai dakwah ideologi Islam juga mesti menanamkan pemikiran-pemikiran yang benar yang berlandaskan pada —sekaligus lahir dari— konsep syahadat “Lâ ilâha illâ Allâh, Muhammad Rasûlullâh.”

Secara syar‘î, dapat dimaklumi, bahwa kalimat Lâ ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh —baik secara ilmu maupun amal— tidak akan bersih berada di dalam jiwa sampai segala pemikiran selainnya dibuang dan setiap keimanan kepada selain-Nya dijauhkan dari dalam jiwa itu. Allah Swt. berfirman:
Oleh karena itu, siapa saja yang ingkar (kufur) terhadap thâghût dan beriman kepada Allah, berarti ia telah berpegang pada tali yang amat kuat dan tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ (TQS. al-Baqarah [2]: 256)

Dalam ayat di atas, kata kufur terhadap thâghût supaya tidak menempel satu noda syirik atau satu kotoran kekufuran pun dalam jiwa, sehingga setelah itu datang keimanan yang ikhlas. Inilah keadaan yang dialami oleh orang yang berpegang teguh pada tali yang kukuh (‘urwah al-wutsqâ).

Allah Swt. berfirman:
Oleh karena itu, ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah, serta mohonkanlah ampunan atas dosamu dan atas dosa orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan. Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (TQS. Muhammad [47]: 19).

Frasa lâ ilâha berarti bahwa setelah meneliti dan memikirkan, muncullah ‘ilm (baca: keyakinan) —yang bermakna negasi— bahwa sesungguhnya tidak ada ‘tuhan’ yang ada sebagai Tuhan yang layak untuk disembah. Kemudian, frasa illâ Allâh merupakan afirmasi (itsbât) bahwa ketuhanan (ulûhiyyah) hanyalah hak/milik Allah semata. Artinya, kalimat di atas menegasikan tuhan selain Allah, dan sekaligus mengafirmasikan (mengukuhkan) bahwa hanya Allah yang layak disebut Tuhan.

Dalam perspektif bahasa Arab, kalimat semacam ini adalah bentuk pengukuhan (itsbât) yang paling kuat dan memiliki fungsi untuk memberikan pembatasan/pengkhususan (al-hashr). Oleh karena itu, bukan pemikiran sosialis, nasionalisme/ashobiyah, atau patriotisme yang akan menyelamatkan atau merupakan pemikiran yang benar. Alasannya, pemikiran-pemikiran itu semuanya adalah rusak dan batil, menyengsarakan manusia, dan bukan membahagiakannya. Jadi, selain Islam dan syariat-Nya, tidak ada yang lain yang merupakan petunjuk, cahaya, dan penyembuh.

Partai politik ideologi Islam mesti melakukan pembinaan atas para anggotanya sekaligus membentuk kepribadian Islam (syakhshiyah Islâmiyyah) mereka. Caranya adalah dengan menyampaikan kepada mereka sejumlah tolok ukur/ standar yang benar dan memuaskan jiwa-jiwa mereka. Dengan begitu, mereka suka untuk senantiasa terikat dengan syariat, dan benci jika melanggarnya; mereka cinta untuk selalu berhukum dengan syariat, dan benci jika berhukum dengan selainnya. Dengan begitu pula, cara berpikir mereka dalam memandang perkara-perkara yang ada selalu terjaga dengan sejumlah tolok ukur dan pemikiran yang bersumber dari syariat; kecenderungan mereka mengikuti kecenderungan Islam; serta keridhaan dan kebencian mereka semata-mata karena alasan syar‘î.

Partai politik ideologi Islam juga mesti menanamkan pemikiran-pemikiran ini kepada para pengikutnya melalui sejumlah halqah murakkazah (pembinaan intensif). Halaqah ini dimaksudkan dalam rangka mempersiapkan para aktivis partai ideologi Islam untuk memimpin dan melaksanakan aktivitas dakwah ideologi Islam. Hal itu dilakukan setelah mereka ikut terjun ke dalam realitas bersama partai untuk mengajak masyarakat agar mengadopsi pemikiran-pemikiran Islam.

Partai politik ideologi Islam juga mesti berusaha memahami realitas yang ada dengan cara berpikir. Ia juga mesti menyampaikan kepada para aktivisnya proses berpikir yang dipergunakannya. Dengan demikian, partai ideologi Islam berperan sebagai pembimbing bagi para aktivisnya mengenai bagaimana cara mereka berinteraksi dengan realitas, serta bagaimana cara mereka untuk sampai pada pemahaman Islam mengenai sejumlah realitas yang ada yang menempati posisi sebagai obyek hukum (manâth al-hukm) baginya; seperti definisi akal, kebutuhan fisik (hâjât al-‘udhawiyyah), naluri-naluri (gharâ-iz), kebangkitan (nahdhah), masyarakat (mujtama‘), peradaban/kultur (hadhârah), kebudayaan material (madaniyyah), dan lain-lain. Semua itu tentu saja mesti didefinisikan karena adanya kebutuhan untuk mengetahui hakikatnya yang sangat berkaitan dengan banyak hukum syariat….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam