Arogansi
Barat melawan Islam terlihat juga dalam kasus penghinaan terhadap
ajaran Islam dan pemeluknya. Geert Wilders membuat film yang menyerang
Islam, khususnya menyerang al-Qur'an yang mulia. Politisi kafir ini
menyerukan pelarangan terhadap al-Qur'an atas nama paham kebebasan.
Adalah paham kebebasan ini yang dia dan orang semacam dia gunakan untuk
menyerang ajaran Islam. Kasus kartun Denmark juga menunjukkan kekufuran
yang didesain untuk menyerang, memprovokasi, dan memicu kebencian
terhadap Islam dan kaum Muslim. Paham kebebasan inilah yang ingin mereka
sebarkan di negeri-negeri Muslim sebagai sistem nilai meskipun paham
kufur ini jelas bertentangan dengan Islam dan Syariahnya. Ide setan
Barat ini membolehkan penghinaan dan pencacian yang nyata-nyata tak akan
bisa membawa keharmonisan pada masyarakat manapun. Sedangkan Islam
justru telah berhasil mewujudkan negara super luas yang harmonis dan
sejahtera selama berabad-abad.
Selain
berakidah kufur, para pelawan Islam juga hipokrit terhadap paham setan
kebebasan itu sendiri. Mereka menyerukan pelarangan hijab, cadar, partai
politik yang menentang imperialisme Barat, dan al-Qur'an yang mulia.
Penerapan paham kebebasan yang selektif itu membuktikan bahwa mereka
sedang melancarkan perang melawan Islam.
Klaim
yang mereka lontarkan bahwa Eropa yang sekular adalah benteng penjaga
toleransi, jelas merupakan lelucon bocah kecil, sementara mereka secara
ekstrim menyerang jutaan Muslim. Faktanya, Eropa masih menderita
penyakit menindas minoritas. Umat Islam sering dibilang melakukan respon
yang terlalu emosional, sedangkan serangan-serangan mereka atas Islam
dibilang hanyalah perkara kecil. Ketika menyerang Islam, mereka
menyebarkan kebencian dan kebohongan. Hal itu jelas berlawanan dengan
perlakuan Khilafah terhadap warga non-Muslim.
Sementara
itu, para penguasa di Eropa yang mendukung perang melawan Islam,
penjajahan di Irak dan Afghanistan dan di Palestina, serta mendukung
para tiran di dunia Muslim, menyambut propaganda itu untuk memantapkan
imperialisme mereka. Tidak hanya media massa yang terlibat dalam
propaganda ini. Ketika 17 koran Denmark mencetak lagi kartun penghinaan,
Menteri Dalam Negeri Jerman menyeru koran-koran Eropa lainnya untuk
ikut mencetak penghinaan itu.
Umat
Islam menentang kejahatan itu, tapi para politisi dan media Barat
melestarikan kejahatan itu tanpa takut hukuman politik, ekonomi, atau
militer. Para politisi Barat sebagian diam saja dan banyak pula yang
ikut menyerang Islam. Meski demikian, tidak ada penguasa di negeri
Muslim yang bertindak memutus hubungan diplomatik. Para penguasa negeri
Muslim memang berkuasa secara tidak sah menurut hukum Allah سبحانه
وتعالى. Kekuasaan mereka memang batil, batal demi hukum Islam. Maka
pantaslah jika para penguasa negeri Muslim menjadi para penolak Syariah
dan Khilafah. Mereka menjadi para penolak Sunnah Rasul صلى الله عليه وسلم
dan Sunnah Khulafaur Rasyidin. Kedutaan Besar para penjajah dihormati
dan tidak ada yang diprotes oleh para penguasa jongos di negeri Muslim.
Minyak hasil rampokan dari tanah Muslim terus memberi energi bagi
perekonomian Barat dan untuk mencetak penghinaan terhadap Islam. Para
jongos pemegang kekuasaan di negeri Muslim tidak memberi perlawanan pada
tuan-tuan mereka, yaitu para kafir penjajah.
Dengan
kondisi seperti ini, bisakah para imperialis Barat takut pada para
jongosnya di tanah-tanah Muslim yang telah meninggalkan hukum Islam,
mendukung paham kufur sekular, dan membantu perampokan sumberdaya Umat?
Bisakah mereka juga takut pada partai yang katanya partai Islam di
sistem kufur demokrasi yang terus bermain-main mengikuti aturan kufur
dari kafir penjajah? Gerombolan rezim di negeri Muslim terus mencegah
kembalinya Khilafah, dan menghambat mukhlisin yang memperjuangkan
tegaknya kembali Khilafah secara non-kekerasan. Para penguasa itu
memenjarakan, menyiksa, dan bahkan men-syahid-kan para pejuang Syariah.
Para penguasa batil itu hanya mempedulikan jabatan, kekuasaan, kekayaan,
dan usaha korupsi mereka. Mereka tidak mendakwahkan dan menyadarkan
Umat atas kewajiban Syariah dan Khilafah.
Badut-badut
demokrasi: "Pilihlah aku dan partaiku. Aku berpaham sekular. Aku tidak
mau tahu sistem Islam dan aku tidak akan menyadarkan Umat atas kewajiban
penerapan sistem Syariah dalam segala bidang. Aku suka dukungan
masyarakat yang tidak sadar akan Sistem Islam meski sistem itu mampu
menyejahterakan dan sudah terbukti. Yang penting bagiku adalah jabatan
dan uang dan dipilih lagi di periode berikutnya. Aku akan berkoalisi
dengan pihak manapun yang menguntungkan. Aku akan melayani para
kapitalis dalam negeri maupun asing, kalau perlu korupsi juga yang
banyak, karena aku butuh banyak dana kampanye untuk menang di sistem
mahal hawa nafsu demokrasi. Aku sudah merasa banyak berjasa dan merasa
tidak menjerumuskan Umat ke dalam keharaman sistem kehidupan kufur yang
menyengsarakan. Yang penting kan orang tetap bisa sholat, puasa, zakat,
haji, sedekah, dzikir, silaturahmi. Meski ada berjuta-juta orang miskin
dan negeri ini dijajah di segala bidang, aku tidak peduli. Aku takut
pada berbagai kekuatan Barat penjajah dan takut ditolak masyarakat
sekular. Aku orang bermental budak dan suka ikut arus yang dominan."
Wahai Saudara-Saudari Beriman!
Hanyalah
kembalinya Khilafah yang akan menghentikan mulut busuk para pelawan
Islam; karena Khilafah berdiri tidak demi kepentingan hawa nafsu, tapi
demi Islam semata. Melanggar kesucian Islam adalah penyerangan melawan
Islam yang untuk menanganinya Khilafah akan memobilisasi semua
kekuatannya, hingga para musuh Islam tidak lagi bisa berpikir buruk
terhadap Islam. Di masa lalu, negara-negara kolonialis gentar terhadap
Khilafah dan jarang sekali menghina Islam terang-terangan. Mereka takut
pada respon yang akan diberikan oleh Khilafah atas sedikit saja tindakan
penghinaan atas Islam dan Umatnya.
George
Bernard Shaw menulis di buku catatannya di 1913, di masa Khilafah
berada pada kondisi terlemah, bahwa dia dilarang oleh Lord Chamberlain
menulis apapun yang merendahkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم karena takut atas reaksi Duta Besar Khilafah Utsmani di London!
Wahai Saudara-Saudari Beriman!
Siapapun yang benar-benar mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم
dan al-Qur'an al-Karim harus bangkit dan bekerja dengan tulus untuk
mendirikan Khilafah bersama partai Islam yang sahih. Siapapun yang benci
atas penghinaan terhadap Islam harus berjuang mendirikan kembali
Khilafah. Siapapun yang mengikuti firman Allah سبحانه وتعالى harus
bekerja mendirikan kembali Khilafah karena Allah سبحانه وتعالى berfirman
dalam al-Qur'an:
"Dan
Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu (Umat
Muhammad صلى الله عليه وسلم
dan umat-umat sebelumnya) Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu." [Terjemah Makna Qur'an Surah (5)
al-Maidah :48]
Wahai Saudara-Saudari Beriman!
Perjuangan
mendirikan kembali Khilafah memerlukan partai Islam yang kuat tanpa
mengikuti sistem kufur demokrasi, namun hanya mengikuti metode Rasul صلى الله عليه وسلم
sejak berjuang bersama para Sahabat di periode Mekah hingga tegaknya
Daulah Islam di Madinah. Maka, kita perlu menyeru Umat secara luas untuk
membongkar fitnah dan propaganda negatif terhadap Islam dan menunjukkan
bahwa Islam adalah solusi wajib atas kekacauan dan kerusakan di dunia
hari ini.
Berjuanglah
bersama gerakan global Hizbut Tahrir untuk melanjutkan kehidupan Islam
melalui tegaknya Khilafah yang akan memimpin Umat dengan al-Qur'an dan
as-Sunnah.
"Sesungguhnya
(apa yang disebutkan) dalam (al-Qur'an) ini, benar-benar menjadi
peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah)." [Terjemah Makna al-Qur'an
Surah (21) al-Anbiya :106]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar