(Materi
Kultum Bakda Sholat Isya’)
Ibadah
puasa adalah amalan yang mulia, meninggikan derajat, mendapat balasan pahala
dari Allah Swt. yang berlipat ganda. Ada yang membuat perumpamaan bahwa orang
yang berpuasa Ramadhan itu seperti ulat yang berubah menjadi kepompong, tidak
makan, tidak minum, dalam waktu yang cukup lama, kemudian pada akhirnya berubah
menjadi kupu-kupu yang bisa terbang. Ketika masih sebagai ulat, makan daun,
makannya banyak, bergeraknya lambat. Ketika telah menjadi kupu-kupu, makannya
nectar sari bunga, dan bisa terbang. Bagi kaum Muslimin, puasa adalah amal
shalih yang meningkatkan iman dan taqwa.
Bagaimana
jika ajaran Islam dipandang dengan pemikiran selain Islam? Bisa jadi
ajaran-ajaran Islam dianggap sebagai amalan-amalan yang tidak baik. Sebagai
contoh, belum lama ini Menteri Imigrasi Denmark, menyerukan kepada kaum Muslimin
yang berpuasa Ramadhan untuk tidak bekerja karena bisa berbahaya ketika
bekerja. Dia juga menganggap bahwa puasa sudah tidak cocok untuk zaman modern.
Maka jika dipandang dengan kacamata kapitalisme, puasa bisa jadi dipandang
buruk.
“Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”
(QS. al-An’am: 116)
Demikian
pula jika ajaran Islam dipandang dengan kacamata komunis. Kaum komunis
memandang bahwa agama adalah candu, yang membuat orang tidak banyak bekerja,
menurunkan produktivitas kerja. Kenyataannya saat ini kaum Muslimin di
Xinjiang, kaum Muslim etnis Uyghur, dipaksa tidak puasa oleh penguasa China.
Mereka dipaksa makan dan minum di siang hari. Tidak sekedar makan dan minum,
tapi makan daging babi dan minum khamr/miras. Begitu pula di tahun-tahun
sebelumnya, mereka ditindas.
“…Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 216)
“…Menetapkan
hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya, dan Dia Pemberi
keputusan yang paling baik.” (QS. al-An’am [6]: 57)
Maka
jelas, bagi orang-orang yang beriman, Islamlah yang harus digunakan untuk
menilai segala perbuatan, bukan malah ajaran-ajaran Islam dihakimi dengan
pemikiran-pemikiran yang lain.
Semoga
kita termasuk orang-orang yang menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dalam
segala bidang kehidupan. Aamiin, yaa
Robbal ‘alamin.
Oleh:
Annas I. Wibowo
NB: Blog insidewinme jika diakses dengan alamatnya yang berakhiran ".com" maka tidak ada blokiran "internet positif."
Namun jika diakses dengan alamat web berakhiran ".co.id" akses ada blokiran "internet positif."
Jadi, akses tanpa blokir dengan alamat:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar