Dalam kitab Al-Musnad
oleh Imam Ahmad disebutkan :
عن جابر
بن عبد الله :
أن النبي صلى
الله عليه وسلم
قال لكعب بن
عجرة أعاذك
الله من إمارة
السفهاء قال
وما إمارة
السفهاء قال
أمراء يكونون
بعدي لا
يقتدون بهديي
ولا يستنون
بسنتي فمن
صدقهم بكذبهم
وأعانهم على
ظلمهم فأولئك
ليسوا مني
ولست منهم ولا
يردوا على
حوضي ومن لم
يصدقهم
بكذبهم ولم يعنهم
على ظلمهم
فأولئك مني
وأنا منهم
وسيردوا على
حوضي
Dari Jabir bin
Abdillah ra., bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda, “Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, semoga
Allah melindungi kamu dari imaarat
al-sufahaa` (kepemimpinan
orang-orang bodoh).” Ka’ab bin Ujrah bertanya, ”Apa itu imaarat al-sufahaa` wahai
Rasulullah ﷺ?”
Rasulullah ﷺ
menjawab, ”[Imaarat al-sufahaa` itu] adalah para pemimpin yang akan datang setelah aku. Mereka itu
tidak berteladan dengan petunjukku dan tidak bersunnah dengan sunnahku. Maka barangsiapa
yang membenarkan perkataan mereka [Imaarat al-sufahaa`], dan membantu kezhaliman mereka,
maka dia tidak termasuk golonganku dan aku pun bukan termasuk golongannya, dan
dia tidak akan mendatangi aku di telagaku (di Akhirat). Namun barangsiapa yang
tidak membenarkan kebohongan mereka [Imaarat al-sufahaa`], dan tidak membantu kezhaliman
mereka, maka dia termasuk golonganku dan aku pun termasuk golongannya, dan dia
akan mendatangi aku di telagaku (di Akhirat).” (HR. Ahmad, Al-Musnad, Juz III, hlm. 111, nomor
14.481. Lihat: KH. M. Shiddiq
Al Jawi, Pemimpin
Diktator (Al-Mulk Al-Jabriy): Ciri-Cirinya Dan Bagaimana Menyikapinya Menurut
Sunnah Nabi Saw.)
Untuk
mengamalkan hadits ini, umat Islam harus
mengetahui kesesatan dan kezhaliman penguasa yang tampak; apa saja kesesatannya
dan penyimpangannya dari akidah dan syariah Islam; apa saja kebijakan mereka
yang zhalim, apa saja hukum-hukum mereka yang bathil.
Sehingga umat Islam tidak terjerumus membenarkan
penyesatan yang dilakukan oleh penguasa, tidak menganggap benar dan baik kesalahan
mereka, tidak membantu penguasa menjalankan berbagai kezhaliman.
Orang yang telah mengetahui berbagai kesesatan dan
kezhaliman penguasa yang ada harus memberitahukannya kepada yang belum
mengetahui. Sehingga umat Islam dapat selamat dari fitnah Imaarat
al-sufahaa` yang ada, dan umat
Islam terus melakukan perbaikan atas aqidah dan syariah Islam yang dirusak oleh
orang-orang.
Nabi ﷺ
bersabda,
إِنَّ
الدِّينَ
بَدَأَ
غَرِيبًا
وَيَرْجِعُ
غَرِيبًافَطُوبَى
لِلْغُرَبَاءِ
الَّذِينَ
يُصْلِحُونَ
مَا أَفْسَدَ
النَّاسُ مِنْ
بَعْدِي مِنْ
سُنَّتِي
“Sungguh agama bermula asing dan kembali asing. Karena itu kegembiraanlah untuk al-ghurabaa’. [Yakni] orang-orang yang memperbaiki sunnahku yang dirusak oleh orang-orang.” (HR. at-Tirmidzi no.2554, ath-Thabarani, Ibnu ‘Adi dan Abu Nu’aim al-Ashbahani. Lihat: Yahya Abdurrahman, Berbahagialah Orang-Orang ‘Terasing’, Media Politik Dan Dakwah al-Wa’ie edisi Agustus 2018)
Wallâhu
a'lam bi ash-shawâb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar