Pertama, Tahap Pembinaan Dan Pengkaderan (Tatsqif)
Tahap ini
dimulai sejak Beliau Saw. diutus menjadi rasul. Pada tahap ini Rasulullah Saw.
melakukan pembinaan para kader dan membuat kerangka tubuh gerakan. Ketika turun
firman Allah Swt. dalam surat Al Muddatsir (surat yang turun setelah surat
Iqra’/ al-Qalam, lihat: Manna’ Khalil Qatthan, Mabahits
fi Ulumil Qur’an, terj. hal.92):“Hai
orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!” (TQS.
al-Muddatstsir: 1-2), Beliau Saw. mulai mengajak masyarakat untuk memeluk
Islam. Dimulai dari istrinya Khadijah ra., sepupunya Ali bin Abi Thalib ra.,
mantan budaknya Zaid bin Haritsah, dan sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.,
lalu Beliau menyeru seluruh masyarakat. Beliau berkeliling mendatangi
rumah-rumah mereka. Beliau Saw. menyampaikan: “Sesungguhnya
Allah memerintahkan kalian untuk menyembah-Nya dan janganlah kalian
menserikatkan-Nya dengan sesuatu apapun.” Beliau menyeru manusia,
mengikuti ayat di atas.
Setelah
Rasulullah Saw. mengajak penduduk Mekkah untuk masuk Islam, sebagian orang
menerima dan beriman kepadanya lalu masuk Islam dan sebagian yang lain
menolaknya. Rasul mengumpulkan orang-orang yang beriman di sekeliling Beliau
dalam suatu kelompok atas dasar agama baru itu secara rahasia. Para sahabat
Beliau apabila hendak berjamaah shalat mereka pergi ke padang-padang rumput dan
menyembunyikan sholat mereka dari kaum mereka. Kepada orang-orang yang baru
masuk Islam, Rasulullah Saw. mengutus orang yang sudah lebih dulu masuk Islam
dan faqih dalam dinul Islam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Beliau Saw. pernah
mengirim Khabbab bin al-Arat untuk mengajarkan al-Qur’an kepada Fathimah binti
al-Khaththab dan suaminya, Sa’id bin Zaid di rumahnya. Ketika Umar bin
Khaththab (kakak Fathimah) memergoki mereka sedang belajar di rumah Said, di
mana Khabbab membacakan Al-Qur’an kepada mereka, Umar pun masuk Islam.
Beliau
Saw. menjadikan rumah Al Arqam bin Abil Arqam (Daar
al-Arqam) sebagai markas kutlah
(kelompok dakwah) dan madrasah bagi dakwah baru ini. Di rumah Arqam itulah
Rasulullah Saw. mengumpulkan para shahabat, mengajar Islam kepada mereka,
membacakan Al-Qur’an kepada mereka, menjelaskannya, memerintahkan mereka untuk
menghafal dan memahami al-Qur’an. Dan setiap kali ada yang masuk Islam,
langsung digabungkan ke Darul Arqam. Beliau Saw. di markas pengkaderan itu
selama 3 tahun membina (yutsaqqif) kaum
muslimin generasi pertama itu, sholat bersama mereka, tahajud di malam hari
yang lalu diikuti oleh para sahabat, Beliau Saw. membangkitkan keruhanian
mereka dengan sholat, membaca al-Qur’an, membina pemikiran mereka dengan
memperhatikan ayat-ayat Allah dan meneliti ciptaan-ciptaan-Nya, dan membina
akal pikiran mereka dengan makna-makna dan lafazh-lafazh Al-Qur’an serta
pemahaman dan pemikiran Islam, dan melatih mereka untuk bersabar terhadap
berbagai halangan dan hambatan dakwah, dan mewasiatkan kepada mereka untuk
senantiasa taat dan patuh sehingga mereka benar-benar ikhas lillahi ta’ala (lihat: Taqiyuddin An Nabhani, Ad Daulah Al Islamiyah, hal.11-12). Rasul
tetap merahasiakan aktivitas bersama para pengikutnya, dan terus melakukan
upaya-upaya pengkaderan dan pembinaan (tatsqiif)
hingga turun firman Allah Swt.:
﴿فَاصْدَعْ
بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ﴾
“Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. al-Hijr: 94)
Tahap Kedua, Tahap Interaksi Dan Perjuangan (Marhalah Tafaul wal Kifah)
Meskipun
aktivitas pada tahap pertama dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi
masyarakat Mekah mengetahui bahwa Muhammad Rasulullah Saw. telah membawa agama
baru. Mereka juga mengetahui banyak orang masuk Islam. Kafir Mekah pun tahu
bahwa Rasulullah dan kutlah-nya merahasiakan kutlah dan pemelukan agamanya. Ini
menunjukkan bahwa masyarakat Makkah telah tahu adanya agama dan dakwah baru
serta kutlah baru, sekalipun mereka tidak tahu, di mana mereka berkumpul, dan
siapa saja di antara orang-orang mukmin yang berkumpul.
Setelah
masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khaththab (3 hari setelah
masuk Islamnya Hamzah), turun firman Allah Swt.:
﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ ! إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ ! الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا ءَاخَرَ
فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ﴾
“Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami
memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan
(kamu), yaitu orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping
Allah, maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya)” (QS. al-Hijr:
94-96)
Beliau
Saw. pun menerangkan perintah Allah Swt. secara terang-terangan. Beliau Saw.
pun menampilkan kutlahnya secara terang-terang kepada seluruh masyarakat,
sekalipun masih ada sebagian kaum muslimin yang menyembunyikan ke-Islamannya
bahkan sampai penaklukan kota Makkah. Setelah aksi menampilkan kutlah secara
terang-terangan di Ka’bah, terjadilah pergesekan dakwah dan kelompok dakwah
dengan masyarakat Makkah dan para pemimpinnya yang sangat cinta kepada
kepemimpinan sistem jahiliyyah. Perjuangan kelompok dakwah Nabi dan para
sahabat pun berubah dari fase rahasia (daur al
istikhfa) ke fase terang-terangan (daur
al-I’lan). Berpindah dari fase mengkontak orang-orang yang memiliki
kesediaan menerima Islam ke fase berbicara kepada masyarakat secara
menyeluruh….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar