Serangan Barat
terhadap Islam memiliki beberapa wajah yang berbeda. Serangannya menyusup ke
berbagai bidang, akan tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu berusaha untuk
menjauhkan Islam dari kehidupan. Serangan Barat tidak hanya terbatas dengan
memperburuk citra Islam, meruntuhkan negara Khilafah, menikam hukum-hukum
Islam, dan menyerukan bahwa Islam hanyalah gambar yang akan hilang dengan
berlalunya waktu, akan tetapi juga mencakup seluruh perkara yang bisa
menjauhkan Islam dari kepemimpinan dunia sekali lagi. Islamophobia terus
berlangsung. Makar terhadap Islam tidak akan pernah surut, agar orang-orang
yang awam tidak beranjak dari cengkeraman mereka, kecuali jika kaum Muslim
kembali memimpin dunia.
Barat memandang bahwa
kaum Muslim adalah umat yang hidup dengan Islam; agama mereka adalah agama yang
bersifat universal, yang layak bagi seluruh manusia dan mampu memperbaiki
kehidupan manusia. Seluruh jiwa kaum Muslim akan selalu mencari jalan untuk bersatu.
Barat amat memahami bahwa letak geografis dari negeri-negeri Islam yang banyak
dan tersebar akan menjadi negara yang strategis dan bersatu. Keberadaannya
menempati pusat-pusat benua dan terletak memanjang di atasnya. Negeri-negeri
kaum Muslim memiliki sumberdaya alam yang luar biasa, melebihi kebutuhan
negara-negara besar, dan mampu menjadikannya sebagai negara adidaya.
Lebih dari itu jumlah
kaum Muslim mencapai sepertiga penduduk dunia. Cita-cita kaum Muslim, jika
Allah memenangkan mereka, bukanlah untuk membunuh dan merampas kekayaan
negeri-negeri yang mereka taklukkan, melainkan akan membukanya secara cermat;
membebaskan manusia, dan seluruh umat manusia dari kebodohan dan kekufuran,
kepada hidayah Islam karena kesadaran. Mengarahkan kepada suatu keyakinan bahwa
memasukkan seseorang ke dalam Islam lebih dia cintai daripada dunia dan
seisinya.
Islam menghadapi
banyak sekali tipu daya dan makar keji terhadap hukum-hukumnya, dan terhadap
para pengemban dakwahnya yang ikhlas. Tujuan mereka untuk menjauhkan pengaruh
Islam kepada pengikutnya dan umat yang lain.
Kalau bukan karena
Islam itu adalah agama Allah yang hak, pasti sudah terhapus dan hilang dari
pengaruhnya yang luar biasa. Dan kalau bukan karena kehendak Allah yang akan
terus berlaku, juga karena iradah-Nya
yang pasti terjadi, maka kaum Muslim tidak mungkin tetap memberikan
loyalitasnya kepada agama mereka pada masa yang paling mundur.
Barat telah berhasil
membengkokkan tolok ukur kaum Muslim menyimpang, pemahaman-pemahaman mereka
menjadi rancu dan pemikiran mereka menjadi rusak.
Pada perang Salib yang
pertama Barat melihat bahwa Islam menancap kuat di dalam jiwa kaum Muslim, dan
realitasnya jauh lebih kuat dari berbagai usaha untuk melepaskannya. Oleh
karena itu, Barat mengganti strateginya di dalam perang Salib yang kedua, yang
hingga saat ini kita masih merasakan bencananya. Pada perang Salib kedua ini,
Barat menjauhkan kaum Muslim dari agamanya, dan mencegah kaum Muslim untuk
menyebarkanluaskan pemahaman-pemahaman Islam, keyakinan-keyakinannya, dan
standar pemikirannya. Supaya Barat tetap mendominasi kaum Muslim secara fisik,
maka Barat pun menciptakan pemikiran-pemikiran palsu yang dibarengi dengan
dominasi secara fisik.
Setelah itu, Barat
menempatkan para penguasa yang telah teracuni dengan politik dan pemikiran yang
rusak. Lalu Barat mengikat erat eksistensi negeri-negeri Islam (yang
dijajahnya) dengan mengarahkan politik negara-negara tersebut berjalan dengan
orientasi yang sama, yaitu merealisir kepentingan-kepentingan Barat.
Dunia dijadikan oleh
Barat bagaikan perseroan terbatas, yang di dalamnya terdapat investor (pemilik
modal) dan negara-negara lain sebagai buruh dan konsumennya. Barat melengkapi
hagemoninya atas dunia dengan penguasaan di bidang jaringan informasi (dan komunikasi)
raksasa, dan menempatkan jaringan-jaringan informasi negara lain berkiblat
kepada mereka. Hal itu dilakukan Barat agar kita tidak membaca melainkan apa
yang mereka tulis, dan tidak mendengar kecuali apa yang mereka siarkan, serta
tidak menyaksikan kecuali apa yang mereka tayangkan. Dan kita tidak
membicarakan atau memahami perkara apapun kecuali menurut perspektif yang
mereka inginkan.
Ini merupakan bentuk
penjajahan baru yang amat progresif, lebih berbahaya dan lebih licik dari
penjajahan konvensional. Penjajahan konvensional berbentuk penguasaan manusia
oleh pihak luar (secara fisik), sedangkan penjajahan model baru adalah
penguasaan manusia, baik dari dalam (aspek pemikiran, budaya, ideologi, dan
lain-lain) maupun dari luar (aspek militer, ekonomi dan politis).
Kondisi tersebut
menggiring kaum Muslim agar ketaatan dan loyalitasnya secara mutlak diberikan
hanya kepada (pemikiran dan peradaban) ala Barat, sehingga tidak akan ada
satupun yang bisa mengancam eksistensi penjajah.
Sampai-sampai terhadap
agama kitapun, Barat menginginkan agar kita memahaminya dengan cara dan metode
berpikir mereka. Jika ada orang yang menyimpang dari cara pandang mereka, maka
mereka akan menggerakkan media masa untuk menyerang orang tersebut. Lalu menggambarkan
orang tadi dengan citra negatif dan menganggap orang tadi menantang kemapanan,
keluar dari kelaziman, merusak ijma’, dan mendeskripsikannya sebagai ekstrimis,
teroris, fundamentalis dan radikal, bahkan menyebutnya sebagai musuh
kemanusiaan dan orang-orang bodoh yang tidak layak hidup kecuali di dalam
(zaman) kegelapan dan permusuhan, karena orang-orang itu melontarkan pemikiran
yang menebarkan permusuhan dan provokasi.
Setelah citra buruk
direkayasa dan memanipulasi fakta, penguasa (yang menjadi antek penjaga
kepentingan-kepentingan Barat) menindas orang-orang karena –menurut mereka-
layak untuk dibungkam. Apa yang dilakukan mereka itu dengan memanfaatkan
kebodohan masyarakat terhadap berbagai hakikat. Diperkuat dengan bantuan para
“ulama” buruk (as-sû) yang mendukung
seluruh perilaku Barat. ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar