Di
sana, terdapat berbagai kesulitan yang menghadang di hadapan "wajah"
interaksi (dakwah), yang harus diketahui jenis dan tabiatnya, untuk mengatasi
sesuai dengan aturan Islam. Kesulitan-kesulitan tersebut banyak sekali, di
antaranya adalah :
1. Pertentangan ideologi (Islam) dengan sistem
yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat.
Ideologi
partai [Islam ideologis] adalah sebuah sistem yang (dianggap) baru dalam
kehidupan bagi masyarakat sekarang. Dia bertentangan dengan sistem yang
(sedang) diterapkan atas masyarakat, yang dengannya golongan penguasa
memerintah rakyat. Oleh sebab itu para penguasa tersebut akan mendapatkan
bahwa ideologi (Islam) ini adalah ancaman atas kelompok mereka dan wadah
kekuasaan mereka. Mereka pasti akan menghalangi dan memeranginya dengan
berbagai macam cara, dengan propaganda, mengusir para pengemban da'wah, atau
dengan menggunakan kekuatan fisik. Oleh sebab itu, hendaklah para da'i ideologi
(Islam) ini --mereka yang berinteraksi dengan umat untuk berda'wah--
pandai-pandai menjaga diri dari siksaan dengan segenap kemampuan, menentang
propaganda-propaganda sesat, dengan menjelaskan da'wah mereka, dan siap sedia
menanggung segala kesusahan di jalan da'wah ini.
2. Perbedaan tsaqafah (khazanah keilmuan
pandangan hidup).
Dalam masyarakat
terdapat berbagai macam tsaqafah dan tersebar berbagai macam pemikiran yang
bertentangan. Hanya saja mereka masih mempunyai perasaan yang sama. Berbagai
macam tsaqafah (ilmu-ilmu terkait pandangan hidup) tersebut, tak terkecuali
tsaqafah para penjajah, merupakan ungkapan yang bertentangan dengan perasaan
masyarakat. Sementara tsaqafah ideologi (Islam) (tsaqafah Islamiyah) merupakan
ungkapan yang benar dari perasaan-perasaan umat. Walaupun tsaqafah (ilmu jalan
hidup) yang menjadi pendapat umum dalam masyarakat dan kurikulum pendidikan di
sekolah dan universitas dan seluruh forum tsaqafah, adalah sejalan dengan
tsaqafah asing. Demikian pula seluruh gerakan politik dan tsaqafah (kebudayaan)
berjalan sesuai dengan tsaqafah asing. Karenanya, partai dalam pembinaannya,
haruslah menerjunkan diri menghadapi tsaqafah asing itu dan pemikiran asing
tersebut, sampai umat itu mengetahui dengan jelas ungkapan yang benar nurani
dan perasaan mereka, sehingga kemudian umat berjalan bersama partai (Islam
ideologis). Dari sini dalam fase ini, mesti terjadi benturan-benturan antara
tsaqafah dan pemikiran partai (Islam ideologis) dengan tsaqafah dan pemikiran
lainnya. Benturan-benturan pemikiran ini adalah antara anak-anak umat Islam
sendiri. Oleh sebab itu tidak boleh dilakukan "debat kusir", tetapi
jama'ah partai (politik Islam) harus berjalan di atas jalan yang lurus di
samping jalan bengkok lainnya. Debat kusir harus dihindari secara mutlak,
supaya tidak memunculkan "ananiyah" yang membutakan mata dan
menulikan telinga dari hakikat kebenaran Islam. Bahkan partai harus menjelaskan
secara gamblang pemikiran-pemikirannya dan membeberkan kepalsuan-kepalsuan
pemikiran-pemikiran dan kebatilan tsaqafah lainnya itu, dan akibat-akibatnya
yang berbahaya. Pada saat itu umat berpaling dari tsaqafah-tsaqafah asing
tersebut dan mengalihkan perhatiannya pada tsaqafah dan pemikiran partai
(Islam). Bahkan tokoh-tokoh tsaqafah asing tersebut pun akan berpaling kepada
tsaqafah dan pemikiran partai, setelah mereka mengetahui kepalsuan-kepalsuannya
apabila mereka ikhlas, dan mau membersihkan diri. Hanya saja tugas/pekerjaan
ini adalah pekerjaan yang paling berat bagi partai (dakwah Islam). Oleh sebab
itu interaksi dengan umat di tempat yang di dalamnya banyak tsaqafah asing
lebih sulit dibanding tempat-tempat/wilayah-wilayah yang sedikit tsaqofah
asingnya, dan kemungkinan terjadinya kebangkitan pada wilayah yang sedikit
tsaqafah asingnya adalah lebih besar dari wilayah yang di dalamnya banyak tsaqafah
asing. Oleh sebab itu partai harus betul-betul mengetahui jamaah (masyarakat)
yang ingin diterjuninya untuk berinteraksi, untuk mengambil tindakan yang
tepat, sesuai dengan keadaan jamaah (masyarakat) itu.
3. Adanya Al Waaqiiyin (orang-orang yang
realistis) di tengah-tengah umat.
Adanya
tsaqafah asing dan racun-racun (pemikiran) asing, serta kebodohan di
tengah-tengah umat telah memunculkan dua macam kelompok orang-orang realistis
di tengah-tengah umat.
Kelompok
pertama, adalah "Al waqiiyah/kelompok realistis" yang menyeru kepada
realitas, dan untuk ridho dengan realitas, tunduk kepada realitas, sebagai
suatu keharusan. Sebab, kelompok ini menjadikan realitas sebagai sumber
pemikirannya dan memecahkan masalah sesuai dengan realitas yang ada.
Satu-satunya cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah dengan berusaha
membahas sesuatu secara mendalam dengan mereka, sampai mereka melihat dan
menyadari bahwa realitas (yang buruk) itu adalah objek pemikiran, yang harus
dirubah. Dengan cara ini dimungkinkan untuk meluruskan pemikiran kelompok ini.
Kelompok
kedua, adalah kelompok orang-orang zholim yang enggan hidup dalam kebenaran,
karena mereka bisa hidup enak dalam kegelapan, biasa "cuek" tak
peduli orang lain, dan berpikiran rendah. Mereka ini adalah orang-orang yang
kena penyakit malas, jasad mereka maupun akal mereka, mereka ini jumud
[membebek] pada moyang mereka, yang mereka warisi dari bapak-bapak mereka,
semata-mata dengan alasan karena mereka adalah moyang mereka. Inilah
"kelompok realistis" yang sebenarnya. Karena mereka secara faktanya
adalah orang-orang berpikiran jumud. Oleh sebab itu untuk menyadarkan kelompok
ini perlu usaha yang lebih banyak. Cara mengatasinya adalah berusaha mendidik
mereka dan bersungguh-sungguh dengan segala cara untuk memperbaiki pemahaman
mereka.
Bacaan: Terjemahan AT TAKATTUL AL HIZBI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar