9. Partai ideologis berjalan dalam tiga
marhalah (tahapan), sampai mabda’ (ideologi) (Islam)nya diterapkan di tengah
masyarakatnya.
Pertama: marhalah (tahapan) belajar
dan mengajar untuk mendapatkan tsaqofah al-hizbiyah (ide-ide Islam partai).
Kedua: marhalah (tahapan) tafa'ul
(interaksi) dengan masyarakat, tempat hidupnya sampai mabda’ (ideologi)
(Islam)nya menjadi 'urf 'am (kebiasaan umum) sebgai hasil dari pemahaman
masyarakat akan mabda’ (ideologi) (Islam) dan masyarakat menganggap bahwa mabda’
(ideologi) (Islam) hizb (partai) adalah mabda’ (ideologi) (Islam) mereka,
sehingga mereka mau membelanya bersama-sama. Pada marhalah (tahapan) ini mulai
terjadi pergolakan antara umat dan orang-orang yang menghalangi diterapkannya
mabda’ (ideologi) (Islam) yaitu para penjajah dan orang-orang yang mereka
tempatkan di depan mereka seperti kelompok-kelompok penguasa, orang-orang
zolim, dan pengikut-pengikut tsaqafah (pemikiran) asing, karena mereka telah
menganggap bahwa mabda’ (ideologi) (Islam) Islam adalah mabda’ (ideologi)
(Islam) mereka dan hizb (partai) adalah pemimpin mereka.
Ketiga : marhalah (tahapan)
pengambil-alihan pucuk pemerintahan (kekuasan) melalui umat secara menyeluruh,
untuk menjadikan pemerintahan itu sebagai metode untuk menerapkan mabda’
(ideologi) (Islam) atas ummat. Dari marhalah (tahapan) ini hizb mulai melakukan
aspek amaliyah dalam medan kehidupan, dan aspek dakwah mabda’ (ideologi)
(Islam) menjadi kerja utama bagi negara dan hizb, karena mabda’ (ideologi)
(Islam) adalah risalah yang diemban oleh ummat dan daulah (negara).
10. Adapun marhalah (tahapan) awal merupakan
marhalah (tahapan) pembentukan pondasi gerakan, itu dilakukan dengan suatu
anggapan seluruh individu-individu ummat kosong dari kebudayan/ tsaqofah
apapun. Pada marhalah (tahapan) ini hizb mulai mendidik/membina orang-orang
yang mau menjadi anggotanya dengan tsaqofahnya, dan mengganggap bahwa
masyarakat adalah sekolah hizb, sehingga dalam waktu singkat mampu mencetak
sekelompok orang yang mampu berhubungan dengan jamaah umat untuk berinteraksi
dengannya.
Namun
demikian perlu diketahui bahwa pembinaan ini bukanlah ta'lim, dan bahwa ia
berbeda dengan sekolah secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pembinaan dalam
halaqoh-halaqoh tersebut haruslah berjalan dengan suatu anggapan bahwa mabda’
(ideologi) Islam adalah gurunya, dan bahwa ilmu dan tsaqofah yang didapatkan di
halaqoh terbatas pada mabda’ (ideologi) (Islam) saja, dan ilmu yang diperlukan
untuk mengarungi medan kehidupan, dan bahwa ilmu dituntut untuk diamalkan
secara langsung dalam medan kehidupan.
Oleh sebab itu
pembinaan itu haruslah bersifat amaliyah, yaitu bahwa tsaqofah dipelajari untuk
diamalkan dalam kehidupan. Segala sesuatu yang mendinding otak dan aspek
amaliyah haruslah disingkirkan, sehingga tsaqofatul hizbiyah tidak mengarah ke
pendidikan tsaqafah sekolahan bersifat ilmu (di mana orang menuntut ilmu
semata-mata demi ilmu).
11. Hizb adalah kelompok yang berdiri atas
fikroh (pemikiran) dan thoriqoh (metode), yaitu atas mabda’ (ideologi) (Islam)
yang diimani oleh setiap anggotanya. Hizb juga mengontrol pemikiran dan
perasan masyarakat untuk digerakkan dalam sebuah gerakan yang terus meningkat
(kualitas dan kuantitasnya). Hizb juga berusaha menghalangi munculnya
pertentangan (ketidakselarasan) antara pemikiran dan perasan masyarakat. Hizb
adalah sekolah umat yang dididiknya umat, mengeluarkannya (dari kebodohan),
dan mendorongnya untuk mengarungi medan kehidupan internasional. Dia adalah
sekolah yang hakiki, yang tidak bisa ditandingi oleh sekolah-sekolah lain
walaupun jumlah sekolah-sekolah tersebut banyak, punya murid melimpah dan
mencakup berbagai bidang ilmu. Hanya saja ada perbedaan antara hizb dan sekolah
yang perlu diketahui. Perbedaan tersebut secara jelas terdapat pada beberapa
poin :
1. Bahwa sekolah, sekalipun kurikulumnya
benar, tidak bisa menjamin kebangkitan umat tanpa adanya suatu partai di daerah
itu --yang menganggap masyarakat sebagai sekolahnya-- yang berjuang di tengah
masyarakat. Sebab, sekolah pada dasarnya sekalipun mampu membangkitkan
"panas" murid-muridnya, mesti mempunyai sifat rutinitas,
menyebabkannya berdiri atas suatu bentuk khusus. Sekolah berdiri dengan bentuk
khusus, mempunyai sifat khusus, dengan demikian ia kehilangan kemampuan
membentuk suatu kenyataan sesuai dengan keinginannya, ia dibentuk oleh keadaan.
Jika ia diinginkan mempunyai suatu bentukan khas, ia membutuhkan suatu kegiatan
tertentu, waktu tertentu, sampai terjadi suatu ciri khas. Persiapannya berdiri
atas suatu dasar yang tetap yang tidak punya bentukan khusus.
2. Jika partai mempunyai rencana tertentu yang
benar, ia mempunyai beberapa ciri sebagai berikut:
a. hidup, yaitu pertumbuhan
b. berkembang, ia berpindah dari satu keadaan
ke keadaan lain
c. bergerak, ia bergerak dalam setiap aspek
kehidupan masyarakat dan pada kawasan negeri
d. kepekaan, ia bisa melihat dan merasakan
setiap apa yang terjadi dalam masyarakat dan berpengaruh dalam masyarakat itu.
Persiapannya dirancang
atas dasar bahwa ia bertugas membentuk kehidupan dan perasaan dalam masyarakat.
Pada partai semacam ini selalu terjadi perkembangan dan perubahan yang kontinu.
Dia tidak berjalan atas suatu metode rutin, karena ia berjalan bersama kehidupan
dan membentuk kehidupan itu dengan suasana keimanannya, merubah realita dan
membentuknya sesuai dengan tuntutan ideologi.
3. Sekolah mendidik seseorang,
mencerdaskannya, serta memberinya ilmu dengan memandang bahwa ia seorang
individu. Sekolah, sekalipun berbentuk suatu komunitas kecil, dari sifat ta'lim
sifatnya individual. Oleh sebab itu, hasilnya juga individual tidak bersifat
komunitas. suatu kota, misalnya mempunyai penduduk 10 ribu orang, di dalamnya
terdapat sekolah yang mendidik ribuan siswa. Maka sekolah tersebut tak mampu
mencetuskan sebuah kebangkitan yang bersifat jamaah di dalam kota tersebut.
Bacaan: Terjemahan AT TAKATTUL AL HIZBI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar