Oleh:
Rokhmat S. Labib, MEI
“Tetapi
kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan
kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan syaitan telah menjadikan kamu
memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan
sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa. Dan barangsiapa yang
tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan
untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala.” (TQS. al-Fath [48]:
12-13)
Dalam ayat sebelumnya, diberitakan tentang orang-orang yang tidak mau
keluar untuk berperang bersama Rasulullah ﷺ. Alasan yang mereka kemukakan adalah kesibukan
mereka dalam mengurusi harta dan keluarga mereka. Di samping menyampaikan
alasan, mereka juga meminta kepada Rasulullah ﷺ untuk dimintakan
ampun kepada Allah SWT. Ayat itu pun membantah alasan mereka dan menyingkap
alasan mereka sesungguhnya.
Persangkaan
yang Buruk
Allah SWT berfirman: Bal zhanantum an lan yanqaliba al-Rasuul wa al-mu‘minuu ilaa ahlii
abad[an] (tetapi kamu menyangka bahwa
Rasul dan orang-orang Mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga
mereka selama-lamanya). Ayat ini memberikan bantahan terhadap alasan yang
dikemukakan oleh orang-orang yang tidak mau keluar untuk berperang besama Rasulullah
ﷺ. Jika mereka mengatakan bahwa kesibukan mengurusi
harta dan keluarga merekalah yang menghalangi mereka untuk ikut berperang, maka
ayat ini membantah alasan yang mereka kemukakan. Bukan itu alasan sesungguhnya.
Sesungguhnya adalah mereka menyangka Rasulullah ﷺ dan orang-orang
Mukmin akan kalah berperang dan tidak akan kembali ke Madinah selama-lamanya.
Al-Syaukani
berkata, "Namun kamu menyangka bahwa musuh akan menghancurkan orang-orang
Mukmin hingga ke akarnya hanya dengan sekali saja, sehingga tidak ada
seorangpun yang bisa kembali pulang kepada keluarganya. Oleh karena itulah,
kalian tidak ikut serta. Bukan karena alasan batil yang kalian sebutkan
itu."
Diterangkan Imam al-Qurthubi, persangkaan mereka itu disebabkan oleh
sedikitnya jumlah pasukan Rasulullah ﷺ dan sahabatnya. Mereka berkata, ”Sesungguhnya
Muhammad dan sahabatnya itu amat sedikit, sehingga tidak akan kembali.”
Kemudian
disebutkan: Wa zuyyina dzaalika fii quluubikum
(dan syetan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu).
Kata dzaalika (itu), meunurut
al-Qurthubi berarti nifaaq
(kemunafikan). Itu artinya, mereka memandang kemunafikan itu sebagai sebuah
kebaikan.
Menurut
al-Khazin, yang membuat mereka memandang baik persangkaan buruk tersebut adalah
setan, sehingga persangkaan itu berubah menjadi keyakinan. Setan itu
membisikkan sesuatu di dalam hati manusia, membuatnya memandang baik
persangkaan itu hingga dia memastikannya. Kesimpulan yang sama juga dikemukakan
al-Syaukani. Kesimpulan tersebut sejalan dengan firman Allah SWT: “Dan setan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka” (TQS. al-Naml [27]: 24).
Diterangkan
Fakhruddin al-Razi, mereka menyangka terlebih dahulu, kemudian setan
memperbagus persangkaan mereka yang ada pada diri mereka, hingga memastikannya.
Hal itu disebabkan karena syubhat terkadang dijadikan setan terlihat baik dan
digabung dengan persangkaan lain yang dipastikan oleh orang yang lalai,
meskipun orang yang berakal mencurigainya.
Kemudian
disebutkan: Bal zhanantum zhann al-saw‘
(dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk). Ini memberikan penegasan
tentang persangkaan orang-orang yang tidak ikut berperang itu. Bahwa mereka
memiliki persangkaan yang buruk. Disebutkan ayat ini: zhann al-saw‘ (persangkaan yang buruk). Menurut al-Syaukani,
mereka menyangka bahwa Allah SWT tidak menolong rasul-Nya. Ditegaskan pula
olehnya bahwa persangkaan itu bisa jadi adalah persangkaan yang disebutkan
sebelumnya. Pengulangan ini bermakna li
al-ta‘kiid wa al-tawbiikh (sebagai penegasan dan celaan). Bisa juga yang
dimaksud lebih umum dari yang disebutkan sebelumnya, sehingga persangkaan
pertama itu termasuk di dalamnya.
Menjelaskan ayat ini, Ibnu Jarir al-Thabari, "Kalian menyangka
bahwa Allah SWT tidak akan menolong Nabi Muhammad ﷺ
dan para sahabatnya yang beriman atas musuh-musuh mereka; dan musuh-musuh
tersebut akan menundukkan dan mengalahkan mereka lalu membunuh mereka.”
Kemudian Allah SWT berfirman: Wa kuntum qawm[an] buur[an] (dan kamu menjadi kaum yang binasa). Jika mereka menyangka Rasulullah ﷺ
dan kaum Mukminin akan binasa, maka sesungguhnya yang terjadi adalah
sebaliknya. Merekalah yang akan binasa. Menurut al-Khazin, ayat ini bermakna,
”Disebabkan oleh persangkaan yang rusak itu, kalian menjadi kaum yang binasa
dan hancur.” Ibnu Jarir al-Thabari juga berkata, ”Dan kalian adalah kaum yang
binasa yang tidak pantas mendapatkan kebaikan sedikitpun.”
Keadaan
mereka itu disebabkan oleh kerusakan akidah mereka. Al-Baidhawi berkata,
"Mereka hancur di sisi Allah SWT karena kerusakan akidah kalian dan
buruknya niat kalian."
Disediakan
Neraka
Allah SWT
berfirman: Wa man lam yu‘min biLlaah wa
Rasuulihi (dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan
rasul-Nya). Setelah disebutkan keadaan yang akan menimpa mereka, yakni
kehancuran, kemudian disebutkan ancaman yang lebih besar. Ancaman ini berlaku
bukan hanya untuk mereka, tetapi untuk semua orang yang tidak beriman kepada
Allah SWT dan rasul-Nya. Bahwa siapapun yang tidak beriman kepada Allah SWT dan
rasul-Nya, niscaya termasuk dalam orang yang diancam dalam firman Allah SWT
selanjutnya: Fa innaa a'tadnaa li al-kaafiriina
sa'iir[an] (maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang
kafir Neraka yang bernyala-nyala).
Menurut
Imam al-Qurthubi, ini merupakan ancaman bagi mereka, sekaligus menjelaskan
bahwa mereka kafir disebabkan oleh kemunafikan. Al-Khazin juga menegaskan bahwa
sikap mereka yang tidak mau berangkat berperang dan disertai dengan persangkaan
rusak mereka, itu mengantarkan pelakunya kepada kekufuran. Allah SWT pun
mendorong mereka untuk beriman dan bertaubat dari persangkaan yang rusak
tersebut dengan firman-Nya: ”Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah
dan rasul-Nya dan menyangka bahwa Allah SWT menyalahi janji-Nya sesungguhnya
adalah kafir; dan bagi orang-orang kafir disediakan Neraka yang menyala-nyala.
Demikianlah. Ayat ini menyingkap kebohongan orang-orang yang tidak mau
ikut keluar untuk berperang bersama Rasulullah ﷺ. Persangkaan buruk
membuat mereka menjadi kaum yang binasa dan mengantarkan mereka kepada
pengingkaran kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Ayat ini pun memberikan ancaman
keras bagi pelakunya berupa siksa Neraka yang apinya menyala-nyala.
Ayat ini
juga memberikan peringatan kepada kita bahwa mustahil kita dapat berdusta. Di
hadapan manusia mungkin bisa dilakukan. Sebab, manusia tidak mengetahui apa
yang tersimpan dalam hati. Namun tidak bagi Allah SWT. WaL-laah a'lam bi al-shawaab.[]
Ikhtisar:
1. Alasan sebenarnya orang yang tidak mau berangkat perang bersama
Rasulullah ﷺ adalah karena mereka menyangka Rasulullah ﷺ
dan kaum Muslimin akan kalah dan tidak akan kembali.
2. Memiliki
persangkaan yang buruk terhadap Allah SWT, semisal Allah SWT mengingkari
janji-Nya, mengantarkan pelakunya kepada kekufuran.
3. Allah
SWT mengancam orang-orang kafir dengan Neraka.[]
Sumber:
Tabloid Media Umat edisi 198
Tidak ada komentar:
Posting Komentar