Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 28 April 2020

Pemilik Otoritas Dalam Ampunan Dan Adzab - TAFSIR al-Fath: 14



Oleh: Rokhmat S. Labib, MEI

“Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberikan ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengadzab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun Iagi Maha Penyayang.” (TQS. al-Fath [48]: 14)

Allah SWT berfirman: Wa liLlaah mulk al-samaawaat wa al-ard (dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi). Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah Sang Pemilik kerajaan langit dan bumi. Karena itu, maka semua urusan dan pengaturan dalam kerajaan langit dan bumi itu ada pada-Nya. Semua terserah Dia. Tidak ada satupun yang bisa mengatur-atur dan mencegah kehendak-Nya.

Menjelaskan ayat ini, al-Jazairi berkata, "Hanya di tangan-Nya segala urusan.” Dikatakan Wahbah al-Zuhaili, ”Dia yang mengaturnya sesuai dengan kehendak-Nya.” Al-Alusi juga berkata, ”Dialah al-Mutasharrif (Maha Pengatur) dalam semua perkara sebagaimana Dia kehendaki." Penjelasan senada juga dikemukakan oleh Ibnu Katsir yang menyatakan, ”Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT adalah al-Haakim al-Maalik al-Mutasharrif (Pembuat keputusan, Pemilik, dan Pengatur) seluruh penghuni langit dan bumi.”

Jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, ini merupakan bantahan keras sekaligus penjelasan yang jelas atas kesalahan alasan orang-orang yang tidak mau ikut berperang dengan Rasulullah , baik alasan yang mereka buat-buat maupun alasan mereka yang sesungguhnya. Bahwa Dialah Pemilik kerajaan langit dan bumi. Maka, Dialah yang berkuasa memberikan manfaat dan menimpakan bahaya kepada siapapun yang Dia kehendaki. Dia pula yang berkuasa untuk memenangkan dan mengalahkan siapapun dalam pertempuran. Demikian juga dalam soal ampunan dan azab, Dialah satu-satunya yang berkuasa untuk memberikannya.

Kekuasaan Allah SWT itu kemudian ditegaskan lagi dalam lanjutan ayat ini: Yaghfiru man yasyaa‘ (Dia memberikan ampunan kepada siapa yang dikehendaki-Nya). Bahwa Allah SWT berkuasa untuk memberikan ampunan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Tidak ada yang bisa mencegah dan menghalangi-Nya ketika Dia memutuskan untuk memberikan ampunan kepada seseorang. Juga, tidak ada seorangpun yang memiiiki otoritas ini kecuali Dia. Allah SWT berfirman: “Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?” (TQS. Ali Imran [3]: 135).

Kemudian disebutkan: Wayu'adzdzibu man yasyaa‘ (dan mengadzab siapa yang dikehendaki-Nya). Sebagaimana otoritas memberikan ampunan, demikian pula dalam hal menjatuhkan adzab. Dialah yang berkuasa mengadzab siapapun yang dikehendaki-Nya. Tak ada seorangpun yang bisa menolak dan menghalangi-Nya tatkala Allah SWT telah menimpakan adzab.

Penting dicatat, berkaitan dengan orang-orang yang berhak mendapatkan ampunan, Allah SWT -dengan qudrah dan iradah-Nya- telah memberitahukan kepada manusia ketentuan-ketentuan-Nya.

Contohnya, orang-orang yang mau bertaubat, berhenti dari kemaksiatan, dan memperbaiki diri dengan amal shaleh akan diampuni dosa-dosanya sebagaimana diberitakan dalam firman-Nya: “Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya” (TQS. Al-Maidah [5] ayat 39).

Demikian juga ketika mau mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad ), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali Imran [3] ayat 31).

Juga, berbagai amal shalih yang dikerjakan, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Semua itu adalah amalan yang diberitakan akan membuat pelakunya diampuni dosa-dosanya.

Ketentuan itu yang diterangkan para ulama ketika menjelaskan ayat ini. Al-Jazairi berkata, ”Dia mengampuni orang yang dikehendaki-Nya, yakni hamba yang bertaubat dan meminta ampunan.”

Demikian juga dengan adzab. Allah SWT -dengan qudrah dan iradah-Nya- telah memberitakan tentang orang-orang yang berhak mendapatkan adzab-Nya. Di antara mereka adalah orang-orang kafir dan mati dalam kekufuran. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya” (TQS. al-Baqarah [2]: 161-162).

Demikian juga dengan orang-orang munafik. Allah SWT berfirman: “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan Neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah Neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka adzab yang kekal" (QS. al-Taubah [9]: 68).

Dalam konteks ayat ini, al-Jazairi berkata, "Dia mengadzab orang yang dikehendaki-Nya, yakni hamba yang memiliki persangkaan yang buruk, mengatakan apa yang tidak diyakininya, dan terus-menerus dalam kekufuran dan kemunafikan.”

Penjelasan senada dikemukakan oleh Ibnu Jarir al-Thabari yang berkata, "Hanya milik Allah SWT kekuasaan langit dan bumi. Sehingga, tidak ada seorangpun yang mampu menolak kehendak-Nya terhadap kalian dengan mengadzab kalian karena kemunafikan kalian, apabila kalian terus-menerus dalam kemunafikan, atau melarang-Nya untuk memberikan maaf bagi kalian jika Dia memaafkan apabila kalian bertaubat dari kemunafikan dan kekufuran kalian."

Dikatakan al-Quthubi bahwa Dia tidak membutuhkan hamba-Nya. Sesungguhnya Dia menguji mereka dengan berbagai taklif agar Dia memberikan pahala kepada orang yang beriman dan menghukum orang yang kafir dan maksiat.

Ayat ini diakhiri dengan firman-Nya: WakaanaLlaahu Ghafuur[an] Rahiim[an] (dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Sifat-Nya yang tetap dan tak terpisah dari-Nya adalah al-maghfirah (ampunan) dan al-rahmah (rahmat, kasih sayang), sehingga senantiasa ada di setiap waktu mengampuni orang-orang yang berdosa dan menurunkan kebaikan-Nya yang melimpah siang dan malam. Demikian menurut Abdurrahman al-Sa'di.

Menurut Ibnu Jarir, maksud penggalan ayat ini: ”Allah SWT senantiasa memiliki pengampunan terhadap orang-orang yang bertaubat kepada-Nya dari dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatan hamba-hamba-Nya. Dia juga senantiasa memiliki kasih sayang terhadap mereka hingga tidak mengadzab mereka setelah taubat mereka.”

Demikianlah. Allah SWT adalah Pemilik kerajaan langit dan bumi. Dialah Dzat Yang Maha Pengatur segala urusan. Tidak ada yang bisa mencegah dan menghalangi kekuasaan dan kehendak-Nya. Sebagaimana diterangkan Abdurrahman al-Sa'di, "Allah SWT adalah satu-satunya pemilik kerajaan langit dan bumi. Dia yang mengatur semua yang ada di dalamnya sesuai dengan kehendak-Nya, baik dalam al-ahkaam al-qadariyyah (hukum-hukum kekuasaan), al-ahkaam al-syar'iyyah (hukum-hukum syara'), dan al-ahkaam al-jazaaiyyah (hukum-hukum pembalasan).”

Sebagai hamba dan salah satu penghuni di dalam kerajaan langit dan bumi, tidak ada pilihan lain kecuali kita wajib tunduk dan patuh terhadap semua aturan dan hukum-Nya. Dengan begitu, bisa berharap mendapatkan ampunan dan ridha-Nya. WaL-laah a'lam bi al-shawaab.[]

Ikhtisar:

1. Allah SWT adalah pemilik kerajaan langit dan bumi.

2. Dialah yang berhak membuat hukum dan menentukan balasannya.

3. Pintu ampunan terbuka bagi orang-orang yang mau bertaubat dan memperbaiki diri; sementara orang-orang yang tetap dalam kekufuran dan kemunafikannya layak mendapatkan adzab-Nya.[]

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 199

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam