Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 01 Juli 2020

Dunia Hanya Permainan Dan Senda Gurau, Maka Jangan Menghalangimu Berjihad - TAFSIR QS Muhammad: 36-37



Oleh: Rokhmat S. Labib, MEI

“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu.” (TQS. Muhammad [47]: 36-37)

Kehidupan dunia itu amat singkat. Terlebih jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang selama-lamanya. Jelas tidak ada apa-apanya. Oleh karena itu, kecintaan terhadap dunia tidak melupakan dan menghalangi manusia untuk beriman dan beramal shalih. Termasuk dalam memenuhi panggilan jihad.

Inilah di antara yang dikandung oleh ayat ini.

Hanya Permainan Dan Senda Gurau

Allah SWT berflrman: Innamaa al-hayaah al-dunyaa la’ib[un] wa lahw[un] (sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan sendagurau). Dalam ayat sebelumnya orang-orang Mukmin diseru agar tidak lemah dalam berjihad. Mereka juga dilarang meminta perdamaian dengan orang-orang kafir, sementara dalam posisi di atas mereka. Ditegaskan pula bahwa Allah SWT bersama mereka dan tidak akan menghilangkan amal-amal mereka.

Kemudian dalam ayat ini menggambarkan hakikat kehidupan dunia ini yang sebenarnya. Ditegaskan bahwa kehidupan dunia hanyalah la'ib[un] wa lahw[un] (permainan dan senda gurau). Menurut Wahbah al-Zuhaili, al-la'ib adalah semua yang tidak bermanfaat di masa yang akan datang dan tidak melupakan perkara-perkara penting lain. Namun jika melupakannya, maka itu adalah al-lahw. Di antaranya adalah alat-alat musik. Sebab, itu melupakan yang lain.

Diterangkan Fakhruddin al-Razi, ini untuk menambah rasa senang. Artinya, bagaimana mungkin dunia bisa menghalangimu mencari akhirat dengan jihad padahal dunia tidak akan meninggalkanmu lantaran kamu akan diberikan pertolongan dan mendapatkan kemenangan? Apabila dunia meninggalkanmu, amalmu juga tidak akan berkurang, lalu bagaimana dan apa yang meninggalkanmu? Apabila ada yang hilang dan tidak diganti; semestinya kamu juga tetap tidak terpalingkan kepada dunia karena itu hanyalah la'ib wa lahw (permainan dan senda-gurau).

Dikatakan al-Khazin, la'ib wa lahw adalah baathil wa ghuruur (palsu dan tipuan). Artinya, bagaimana mungkin dunia bisa menghalangimu dalam mencari akhirat, padahal kamu mengetahui bahwa dunia seluruhnya adalah permainan dan senda gurau kecuali ibadah dan ketaatan kepada-Nya.

Ayat ini juga memberikan makna bahwa Allah SWT meremehkan dan menyepelekan urusan dunia. Demikian dikemukakan oleh Ibnu Katsir. Ibnu Athiyah dalam tafsirnya, al-Muharrar al-Wajiiz, berkata, "Firman Allah SWT ini meremehkan urusan dunia, maka janganlah kalian lemah dalam berjihad karenanya.”

Dengan demikian ayat ini, sebagaimana diterangkan para ulama mengingatkan manusia agar tidak tertipu dengan dunia sehingga meninggalkan jihad dan perintah Allah SWT lainnya.

Jika Beriman Dan Bertakwa

Kemudian Allah SWT berfirman: Wa in tu'minuu wa tattaquu (dan jika kamu beriman dan bertakwa). Jika dunia adalah permainan dan senda gurau, palsu, dan menipu, maka ada perkara lain yang tidak termasuk di dalamnya. Itulah keimanan dah ketakawaan. Ibnu Athiyah berkata, ”Inilah yang dituntut dari kalian, bukan yang lain."

Diterangkan Abdurrahman al-Sa'di, yang dimaksud dengan kamu beriman, adalah kamu mengimani akidah Islam. Yakni beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan Hari Kiamat, serta al-qadha dan al-qadar. Di samping itu juga mengerjakan ketakwaan kepada-Nya yang merupakan keharusan dan konsekuensi keimanan; yakni senantiasa mengerjakan amal yang diridhai-Nya dan meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya.

Ketika mereka mengerjakan perintah tersebut, yakni keimanan dan ketakwaan, maka pelakunya dijanjikan Allah SWT dengan firman-Nya: Yu'tikum ujuurakum (Allah akan memberikan pahala kepadamu).

Menurut al-Razi, idhaafah pada kata ujuurakum membuat kata tersebut menjadi ma'rifat (perkara yang diketahui). Artinya, pahala yang dijanjikan kepadamu adalah pahala yang telah diterangkan Allah SWT dalam firman-Nya: Wa ajr[un] kariim[un] (dan pahala yang mulia, TQS. Yasin [36]: 11), wa ajr[un] kabiir (pahala yang besar, TQS. Hud [11]: 11), dan wa ajr[un] 'azhim[un] (pahala yang agung, TQS. Ali Imran [3]: 172).

Jika Harta Diminta Semua

Kemudian Allah SWT berfirman: Wa laa yas‘alkum amwaalakum (dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu). Menurut al-Thabari, penggalan ayat ini memberikan pengertian bahwa Tuhanmu tidak meminta harta kalian. Akan tetapi, Dia memerintahkan kalian untuk mentauhidkan-Nya, melepaskan semua sesembahan selain-Nya, mengesakan penyembahan dan ketaatan kepada-Nya.

Tak jauh berbeda, menurut Ibnu Katsir, penggalan ayat ini juga memberitakan bahwa Allah SWT tidak memerlukan kalian dan meminta apapun dari kalian. Sesungguhnya Dia perintah kalian untuk bersedekah dengan harta atas kalian, ini adalah untuk menghibur saudara kalian yang fakir, agar manfaatnya dan pahalanya kembali kepada kalian.

Kalaupun meminta kalian mengeluarkan harta, namun tidak meminta semua hartamu. Dikatakan al-Zamakhsyari, penggalan ayat ini bermakna bahwa Allah SWT tidak meminta hartamu semuanya. Namun Dia hanya meminta 2,5 persen.

Lalu disebutkan: In yas‘alkumuuha fayuhfikum (jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu [supaya memberikan semuanya]). Pengertian yas‘alkumuuha adalah meminta hartamu semuanya. Demikian menurut al-Zamakhsyari dan al-Baidhawi.

Sedangkan kata fayuhfikum dalam ayat ini, menurut al-Jazairi, bermakna al-mubaalaghah fii thalab al-maal (melebihkan dalam meminta harta). Menurut al-Zamakhsyari dan al-Baidhawi, kata al-ihfaa’ dan al-ilhaaf merupakan mubaalaghah (ungkapan untuk melebih-lebihkan) hingga batas akhir. Dikatakan ahfaa syaaribahu (dia itu mencabut jambangnya), ketika dia ista‘shala (mencabut hingga akarnya).

Jika dilakukan, maka: Tabkhaluu (ni'scaya kamu akan kikir), yakni bakhil dan menolak permintaan-Nya, disebabkan oleh kekikiranmu terhadapnya. Akan tetapi Allah SWT mengetahui hal itu padamu dan keberatanmu, sehingga Dia pun tidak memintanya kepadamu. Demikian menurut al-Thabari.

Ayat ini pun diakhiri dengan fiarman-Nya: Wayukhriju adhghaanakum (dan Dia akan menampakkan kedengkianmu). Menurut al-Jazairi, penggalan ayat ini bermakna: ahqaadakum wa bughdhukum li diin al-Islaam (dendam dan kebencian kalian terhadap agama kalian). Tak jauh berbeda, Abdurrahman al-Sa'di juga menafsirkannya: mengeluarkan al-dhaghn (kedengkian) yang ada di dalam hatimu, ketika Dia meminta kalian mencurahkan sesuatu yang mereka benci.

Demikianlah. Dunia itu amat remeh dan sepele, hanyalah permainan dan sendagurau. Sebagai layaknya permainan, semestinya tidak boleh dianggap serius dan penting. Terlebih mengalahkan aktivitas yang jauh lebih penting darinya. Itulah beriman dan takwa. WalLaah a'lam bi al-shawaab.[]

Ikhtisar:

1. Dunia hanya permainan dan senda gurau, maka janganlah menghalangimu untuk berjihad dan amal shalih lainnya.

2. Barangsiapa yang beriman dan bertakwa akan diberikan pahala yang besar.

3. Allah SWT tidak memerintahkan untuk mengeluarkan semua harta yang dimiliki manusia.

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 188

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam