Al-Qur'an Senantiasa Terjaga
Allah Rabbul 'Âlamîn menyatakan dalam al-Qur'an:
"Sesungguhnya Kami menurunkan adz-Dzikr (al-Qur'an) ini dan sungguh Kamilah Penjaganya." (TQS. al-Hijr [15]: 9)
Imam
Ibnu Katsir menyatakan, makna ayat di atas adalah bahwa Allah SWT.
menjadi penjaga al-Qur'an dari perubahan atau pergantian (Tafsîr al-Qurânil 'Azhîm,
II, hlm. 666). Karenanya, secara i'tiqadi, al-Qur'an senantiasa akan
terjaga dari perubahan, penggantian, perombakan, atau peniruan apapun.
Semuanya dijamin oleh Allah Zat Yang Menurunkannya. Sekalipun
demikian, bukan berarti upaya untuk memanipulasi dan menggerogoti
akidah umat dibiarkan saja melainkan Umat Islam harus memenuhi kewajiban menjaga al-Qur'an, menjaga Islam. Ketika ada orang bernama Musailamah
mengaku menerima wahyu, Rasul menyebutnya sebagai Musailamah al-Kadzdzab, yang dalam bahasa Indonesianya berarti Musailamah si Tukang Bohong.
Karena
itu, sudah selayaknya kaum Muslim menyadari bahwa upaya untuk
menghadang tegaknya Islam dan upaya mengembalikan mereka kepada
kekufuran terus berlangsung hingga detik ini. Selain itu, upaya 'halus'
menyesatkan kaum Muslim dengan cara memalsukan al-Qur'an merupakan
kemungkaran. Padahal Nabi Saw. menyatakan:
"Barangsiapa
di antara kalian melihat suatu kemungkaran apapun, maka ubahlah dengan
tangan (kekuatan); jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisan; dan jika tidak
mampu maka ubahlah dengan hati (tidak setuju dengan kemungkaran
tersebut). Itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Ashabussunan)
Hal
itu berlaku bagi siapapun. Namun, sebenarnya dalam syariat Islam, yang
sangat bertanggung-jawab atas persoalan ini adalah penguasa.
Rasulullah Saw. menegaskan:
"Pemimpin (Imam) itu adalah penggembala, dan dialah yang bertanggungjawab atas rakyat yang digembalakannya"
Dalam
hadits tadi jelas bahwa penguasalah wajib memelihara dan menjaga
rakyatnya dalam segala hal, termasuk dalam hal akidahnya.
Sayangnya,
di negara sekular seperti yang kini eksis di negeri-negeri Muslim,
agama dipandang sebagai urusan pribadi. Negara tidak boleh mencampuri
urusan agama warganya. Karena itu, tidaklah mengherankan apabila kasus
pemalsuan al-Qur'an yang jelas-jelas untuk menyesatkan kaum Muslim itu
dapat terjadi. Padahal, membiarkan hal itu
terjadi sadar atau tidak berarti berkontribusi dalam penggerusan akidah
umat dan penghadangan terhadap laju kebangkitan Islam.
Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa hal yang dapat dipetik oleh kaum Muslim, yaitu:
- Musuh-musuh Islam akan senantiasa berupaya untuk mengeluarkan umat Islam dari agamanya menuju kesesatan dan kekafiran. Mahabenar Allah SWT yang menyatakan:
"Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kalian hingga mereka dapat mengembalikan
kalian dari agama kalian (kepada kekafiran) seandainya mereka sanggup…" (TQS al-Baqarah [2]: 217).
"Wahai
orang-orang yang beriman, jika kalian mengikuti sebagaian dari
orang-orang yang diberi al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan
kalian menjadi orang kafir setelah beriman." (TQS. Ali Imrân [3]: 100).
- Sejak puluhan tahun silam digembar-gemborkan dialog peradaban dan dialog antar agama. Sekarang, hakikat dari semua itu nampak di depan mata. Kenyataan menunjukkan bahwa di balik itu semua terdapat upaya untuk menghalang-halangi tegaknya Islam bahkan menyesatkan kaum Muslim terutama dengan sekularisme. Dengan demikian, sudah sepatutnya kaum Muslim semakin meyakini bahwa apa yang difirmankan oleh Allah SWT itulah yang benar. Sebab, Dialah Zat yang Mahatahu. Berkaitan dengan masalah ini Allah Pencipta Alam memberitahukan:
"Tidak
akan pernah ridha kepada engkau kaum Yahudi dan Nashrani hingga engkau
mengikuti golongan (millah) mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk
Allah itulah petunjuk". (TQS al-Baqarah [2]: 120).
- Tanpa penguasa muslim yang menegakkan syariat Islam, kehidupan bahkan 'aqidah umat tidak betul-betul terjaga. Berbagai ide kufur dapat dengan mudah merasuki tubuh umat tanpa adanya rintangan berarti. Hal ini berbeda sekali dengan kepemimpinan Islam yang digambarkan oleh Nabi Saw. bahwa pemimpin itu sebagai tameng, kita berperang di belakangnya dan dilindungi olehnya. Untuk itu, realitas menuntut semakin urgennya diterapkan aturan Allah SWT. Bila tidak, berbagai racun 'aqidah akan dengan sangat mudah makin menyerbu darah dan jantung kaum muslim.
- Kelemahan kaum muslim dalam memahami agamanya semakin memudahkan musuh-musuh Islam menjauhkan Islam dari diri umat. Karena itu, upaya menggelindingkan gerakan tsqafiyah merupakan suatu keharusan.
- Kepemimpinan umat yang bertumpu pada pribadi secara tidak sistem Islam kaffah tidak akan dapat menghadapi kenyataan racun 'aqidah yang terus menggebu. Karenanya, kepemimpinan yang harus dibangun adalah kepemimpinan pemikiran dan ideologis (qiyâdah fikriyyah). Sehingga umat akan dapat mengikuti mana yang benar sebagai benar dan yang salah sebagai salah.
- Persoalan pemalsuan al-Qur'an seakan hanya merupakan masalah 'agama'. Padahal, itu merupakan persoalan politik untuk menghancurkan Islam. Untuk itu, umat perlu semakin memahami politik (siyâsah). Tentu saja, politik Islam.
Wahai Para Ulama yang bertaqwa,
Anda
adalah pewaris Nabi Saw., janganlah berdiam diri terhadap kemungkaran.
Apalagi, terhadap kemungkaran yang hendak mematikan Islam dan umatnya.
Wahai Kaum Muslimin,
Begitulah
realitas musuh-musuh Islam. Karenanya, berpeganglah kepada tali agama
Allah (al-Qur'an, Islam), janganlah terpecah-belah, dan jangan biarkan generasi
Islam dijauhkan dari aqidah dan syariat Islam yang mereka anut.
"Mereka
ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, namun Allah tetap
menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci." (TQS ash-Shaff [61]: 8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar