Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 30 Desember 2020

Sudahlah… Demokrasi Dan HAM Memang Bukan Untuk Kita!


demokrasi omong kosong

Kembali pengusung demokrasi dan HAM menampakkan standar ganda yang nyata terhadap umat Islam. Pertama, perbedaan sikap Barat terhadap bom Ankara, Lahore dan Brussel. Termasuk sikap menyakitkan Barat yang mendukung penuh zionis Israel yang secara sistematis hampir setiap hari membunuh umat Islam. Kita pun jangan lupa, bagaimana Barat melakukan pembiaran terhadap Bashar Assad yang bertindak brutal dalam konflik Suriah yang telah menelan 400 ribu jiwa manusia. Barat pun secara terbuka mendukung rezim kudeta Jenderal Sisi di Mesir yang nyata-nyata telah bersikap represif terhadap lawan politiknya.

Kedua, sikap standar ganda pendukung demokrasi yang peraih nobel perdamaian, Aung San Suu Kyi. Sosok pejuang demokrasi yang dikenal penyabar, berjuang dengan damai ini, kehilangan kesabarannya usai diwawancara presenter BBC Today, Mishal Husain. Sambil menggerutu, dia mengeluh tidak diberitahu akan diwawancara seorang Muslim.

Sikap diamnya selama ini terhadap nasib menyedihkan umat Islam minoritas Rohingya pun dipertanyakan berbagai pihak. Padahal di depan matanya, sangat jelas, lebih dari 140 ribu Muslim Rohingya hidup sengsara di kamp-kamp pengungsi. Belum lagi yang dibunuh, rumahnya dibakar, dan yang tenggelam di lautan ganas dalam pelarian menjadi pengungsi.

Sudah berulang-ulang kita mengingatkan tentang standar ganda ini. Dan tidak ada perubahan yang nyata. Ini artinya apa, standar ganda, sikap hipokrit adalah bagian yang integral dalam sistem demokrasi.

Menjadikan kekuasaan dan uang (modal) sebagai panglima, inilah yang membuat sistem demokrasi dalam praktiknya penuh dengan standar ganda. Sebab, dalam pandangan politik kapitalisme Barat, yang terpenting adalah berkuasa untuk mempertahankan dan memperluas pemilikan modal. Karena itu, sudahlah! Jangan berharap pada sistem demokrasi. Sistem ini memang dirancang untuk keuntungan para perancang, yaitu negara-negara imperialis seperti Amerika, Inggris, dan sekutu-sekutunya. Sistem ini tidak bisa diharapkan akan melindungi umat Islam secara menyeluruh. Kalaupun ada manfaatnya sangatlah sedikit dibanding dengan bahaya utamanya, yaitu menjadikan kedaulatan di tangan manusia bukan di tangan Allah SWT.

Sudahlah, berhenti berharap (bahwa) lewat sistem demokrasi, umat Islam akan berkuasa untuk menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh. Kalau sekadar parsial (sebagian) atau kulit-kulitnya, memang memungkinkan. Tapi kalau lewat demokrasi kita berharap bisa menegakkan khilafah, ini utopis dan omong kosong. Pasalnya sistem demokrasi tidak akan membiarkan unsur apapun yang bisa menghancurkan sistemnya sendiri.

Tidakkah kita bisa mengambil pelajaran dari Aljazair, Mesir, Turki, maupun Tunisia? Di Tunisia, lewat sistem demokrasi pula aspirasi umat Islam dikebiri, [jadi] sebatas tidak bertentangan dengan nilai-nilai sekuler. Di Mesir, meskipun sudah menunjukkan kesediaan menerima jalan demokrasi, tapi Barat tetap saja tidak percaya dan meragukan kelompok-kelompok Islam yang menang secara demokratis. Mereka lebih percaya militer akan menjadi pengawal setia terhadap sistem sekuler di Mesir yang bisa mencegah tegaknya syariah Islam. Sementara Turki, hanya menjadi pemain regional yang dikontrol oleh Barat untuk kepentingan-kepentingan politik Barat di kawasan Timur Tengah dan dunia Islam.

Kita harus dengan tegas bersikap: campakkan sistem demokrasi dan kembalilah ke jalan sejati, yakni Islam. Jangan serukan lagi umat untuk menerima sistem kufur demokrasi dengan alasan 'daripada' yang nyatanya hanya omong kosong. Ajaklah umat dengan tegas ke arah sistem Islam yang jelas: syariah Islam dan khilafah. Umat harus kita sadarkan untuk menolak sekeras-kerasnya dan melemparkan sejauh-jauhnya sistem demokrasi busuk ke tong sampah peradaban. Jangan pernah didaur ulang!

Mari kita berjuang seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Perjuangan yang dengan tegas menjadikan Islam sebagai dasar dan tujuan. Perjuangan yang bertumpu pada dua hal penting yang menjadi kunci perubahan. Pertama, terdapatnya kesadaran dari umat IsIam untuk menuntut penerapan Islam secara totalitas. Kedua, terdapatnya dukungan dari ahlul quwwah, mereka yang memiliki kekuasaan yang riil, yang dengan dasar keimanan dan keikhlasan mereka semata-semata demi Islam, memberikan kekuasan mereka untuk menerapkan syariah Islam secara totalitas. Dua perkara inilah yang harus secara serius kita kerjakan yang bisa mengantarkan kita kepada kembalinya khilafah.

Kesadaran umat yang akan membangun opini umum, akan menggerakkan umat untuk menuntut perubahan yaitu tegaknya khilafah. Mereka bukan hanya menuntut tapi juga siap berkorban apapun untuk kemuliaan Islam. Ini diperkuat dengan dukungan ahlul quwwah seperti militer. Kalau ini tercapai siapa yang bisa menolak perubahan menuju khilafah. Umat yang sadar sudah menuntut dan ahlul quwwah yang ikhlas sudah mendukung.

Walhasil, hanya dengan khilafah, Islam rahmatan lil 'aIamin bisa kita wujudkan. Sebab Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia, bisa diwujudkan ketika syariah Islam secara totalitas (menyeluruh) diterapkan. Dan semua itu membutuhkan khilafah sebagai institusi politik. Dengan khilafah, kemuliaan agama bisa ditegakkan, nyawa umat manusia akan terjaga, kehormatan umat Islam akan dilindungi, harta dan keturunan umat manusia akan terlindungi. Allahu akbar! []farid wadjdi

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 171


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam