Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 05 Januari 2021

Indonesia Negara Sekuler Sejak Awal



Bukan hanya menerapkan sekularisme, secara tegas Presiden Jokowi juga mengajak semua pihak untuk memisahkan betul antara agama dengan politik. Hal itu diungkapnya saat meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Jumat (24/3/2017). Tentu saja pernyataan itu sangat berbahaya dan mengonfirmasi kebijakannya selama ini. Namun apakah dia satu-satunya kepala negara yang sekuler di negeri ini? Lantas, mengapa negara ini bisa sekuler? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, wartawan Media Umat Joko Prasetyo mewawancarai Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto. Berikut petikannya.

Bagaimana tanggapan Anda dengan pernyataan Jokowi bahwa agama harus dipisah betul dengan politik?

Pilihan kita dalam memosisikan agama terhadap politik itu memang cuma ada dua. Pertama, mengaitkan agama dengan politik, bahkan menjadikan agama sebagai dasar politik. Atau, memisahkan antara keduanya. Sebenarnya ada lagi yang ketiga, yaitu mengaitkan, tapi keterkaitannya di sini hanya menempatkan agama sebagai sumber etika. Dengan definisi manapun, memisahkan agama dari politik itu namanya sekuler. Dan rezim ini memang sekuler. Jadi sebenarnya pernyataan Jokowi itu tidaklah aneh. Yang aneh adalah mengapa seorang presiden kok ya mengungkapkan pikiran sekuler itu sebegitu terang ke hadapan publik. Yang sudah-sudah biasanya akan mengungkapkan secara lebih halus, setidaknya supaya tampak menghargai peran agama. Dengan kata lain, mengikuti pola ketiga.

Apa saja indikasinya rezim Jokowi ini sekuler?

Kalau tidak sekuler, pasti seluruh kebijakan pemerintahannya akan mendasarkan pada agama Islam dan pernyataan seperti itu tidak akan keluar dari mulut dia. Juga penista agama tidak akan dilindungi.

Bagaimana dengan rezim-rezim sebelumnya, apakah sekuler juga atau tidak?

Sama juga.

Rezim Soekarno juga?

Ya.

Berarti negara ini sudah sekuler sejak awal?

Ya.

Kenapa begitu?

Memang itu pilihan (voting) sejak awal. Hanya saja, orang tidak pernah mau mengakui negara ini sebagai sekuler. Selalu dibilang, negara ini bukan negara agama, tapi juga bukan negara sekuler.

Berarti, masalahnya bukan hanya pada rezim tetapi juga sistem?

Ya. Tapi sekulernya Indonesia itu memang tidak sepenuhnya alias sekuler setengah hati. Hal ini dipengaruhi oleh kuatnya peranan Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka. Pergerakan kemerdekaan banyak diinisiasi oleh organisasi Islam seperti Syarikat Islam. Sebelumnya ada tokoh-tokoh pejuang Islam seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Cut Nyak Dien dan lainnya yang semua bergerak oleh karena dorongan agama. Dalam tahap persiapan kemerdekaan, tuntutan agar Indonesia yang hendak didirikan adalah negara yang berdasar Islam sangatlah gencar. Kalimat ”Atas berkat Rahmat Allah” dalam pembukaan UUD 45 menunjukkan kuatnya kesadaran keaqamaan dalam prases proses politik di negeri ini. Andai tidak ada pengkhianatan, mungkin Indonesia yang berdasar Islam akan sudah terwujud.

Setelah merdeka pun peran Islam tak surut. Hari Pahlawan itu terjadi karena peristiwa Hotel Oranye yang digerakkan oleh para pemuda dengan semangat jihad yang dipicu oleh adanya Resolusi Jihad. Resolusi Jihad itu sendiri jelas muncul dari kesadaran para ulama tentang kewajiban dalam melawan penjajah. Oleh karena itu, usaha untuk memisahkan agama dari politik tidak pernah sungguh-sungguh berhasil. Bahkan meski di masa Orde Baru diberlakukan secara paksa asas tunggal, tapi setelah itu, dalam Era Reformasi, asas Islam dalam ormas dan orpol kembali mengemuka. Bahkan sekarang ada kecenderungan kesadaran Islam di tengah masyarakat justru semakin kuat, meski yang sekuler juga makin mengental.

Memang masalah pokok dari sistem yang diberlakukan itu apa sehingga semua rezim kok jadi sekuler?

Sejak dari awal, pada tahap penyusunan landasan negara menjelang Indonesia merdeka, sudah terjadi debat sengit antara Indonesia yang berdasar Islam atau bukan. Dan kita tahu, setelah melalui proses yang berliku-liku, pilihan (voting) jatuh pada yang kedua. Semenjak itu, Indonesia sesungguhnya adalah negara sekuler, dalam arti tidak menjadikan Islam sebagai dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Selanjutnya, Islam, sebagaimana agama dalam pengertian Barat, hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan tuhannya saja.

Sementara dalam urusan sosial kemasyarakatan, Islam ditinggalkan. Maka, di tengah-tengah sistem sekuleristik tadi lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik machiavellistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik serta sistem pendidikan yang materialistik.

Kegiatan politik tidak didedikasikan untuk tegaknya nilai-nilai Islam melainkan sekadar demi kekuasaan dan kepentingan sempit lainnya. Makanya, perjuangan Islam justru dihambat, dan tokohnya dikriminalisasi.

Sikap beragama sinkretistik menyebabkan sebagian umat Islam telah memandang rendah, bahkan tidak suka, menjauhi dan memusuhi aturan agamanya sendiri. Lihatlah, siapa yang paling giat menolak pemberlakukan syariah? Siapa juga yang mendukung pemimpin kafir? Ya umat Islam yang tersekulerkan tadi.

Apa bahayanya sekulerisme?

Di Akhirat pasti akan menjadi orang yang merugi, karena telah mengingkari perintah Allah dan meninggalkan prinsip ibadah dalam menjalani kehidupan ini. Sementara dalam kehidupan dunia, sebagaimana disebut dalam surah al-Baqarah ayat 85, sebagai akibat mengimani Islam sebagian dan mengingkari sebagian yang lain, umat Islam akan menjadi orang yang terhina. Umat Islam yang semestinya mulia, karena hidup dalam sistem sekuler menjadi hilang kemuliaannya, seperti yang terlihat dewasa ini.

Lantas sistem apa sebagai gantinya?

Kembali kepada Islam, karena sistem Islamlah yang benar dan karenanya akan memberikan rahmat atau kebaikan kepada semua (rahmatan lil alamin).

Bagaimana agar sistem tersebut dapat ditegakkan?

Pertama, umat Islam harus paham bahwa sekulerisme telah menjauhkan mereka dari Islam, dan membuat Islam tidak bisa memberikan kerahmatan karena tidak diterapkan secara kaffah.

Kedua, setelah paham, umat Islam harus bergerak untuk melakukan perubahan. Didukung oleh ahlul quwwah dan ahlul sultah, umat yang sadar akan menjadi kekuatan perubahan yang dahsyat, yang tak akan bisa dibendung oleh siapapun. Insya Allah. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 194
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam