Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 06 Januari 2021

Islam, Ideologi Rahmatan Lil ‘Alamin



Salah satu tuduhan yang kerap dilontarkan penganut ideologi sekular terhadap Islam adalah tudingan Islam sebagai ideologi yang bersifat dogmatis, tidak ada dialog, ditopang kekuasaan otoriter dan totaliter. Islam pun dianggap sebagai ideologi teror yang berbahaya bagi masyarakat dengan sifatnya yang intoleran dan mengancam kebhinnekaan. Tudingan seperti ini seharusnya tidak muncul dari seorang Muslim. Bagaimana mungkin seorang Muslim, menyerang agamanya sendiri dan menganggapnya sebagai ancaman? Islam, bukanlah agama tanpa nalar. Betapa banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang mengajak manusia untuk berpikir dengan beragam redaksi seperti afala tatafakkarun, afala ta'qilun. Akidah Islam justru muncul dari proses berpikir mendalam untuk membuktikan keberadaan Allah SWT, kebenaran Al-Qur’an dan Rasulullah SAW sebagai utusan Allah. Semuanya melalui nalar yang kuat, sehingga ketika seseorang beriman kepada Allah, benar-benar kuat dan kokoh.

Ketika Islam memerintahkan manusia untuk tunduk total kepada aturan-aturan Allah SWT, inipun bukanlah tanpa nalar. Bukankah Allah SWT paling mengetahui apa yang paling baik untuk kita? Bukankah Allah SWT Maha Sempurna, sementara kita serba terbatas dan penuh dengan kekurangan? Adalah wajar dan sudah seharusnya kita merujuk kepada aturan-aturan Allah SWT yang Maha Sempurna. Semua sekaligus merupakan penerimaan terhadap fitrah manusia dan cerminan keimanan seorang Muslim. Bagaimana mungkin kita mengklaim sebagai hamba Allah, tapi kita tidak mau tunduk kepada Allah SWT, tentu termasuk kepada aturan-aturannya?

Bagaimana mungkin pula, penerapan syariah Islam dianggap ancaman bagi negara ini? Adalah tidak masuk akal, Allah SWT yang memiliki sifat Ar-Rahman ar-Rahim (Maha Pengasih dan Penyayang), membuat hukum untuk mencelakakan manusia. Justru Islam hadir sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin, yang memberikan kebaikan kepada setiap manusia, bukan hanya Muslim tapijuga orang-orang kafir (non-Muslim).

Berbagai masalah yang terjadi di negeri ini, seperti kemiskinan yang parah, kebodohan yang menyebar, angka kriminalitas yang tinggi, perampokan terhadap kekayaan alam negeri ini, bukanlah disebabkan oleh Islam, tapi akibat ideologi kapitalisme sekuler yang diterapkan di negeri ini. Dan Allah sesungguhnya sudah banyak mengingatkan hal ini kepada kita, bagaimana kerusakan di daratan dan di lautan akibat dosa-dosa dan kemaksiatan yang dilakukan manusia. Allah juga menimpakan kehidupan yang sempit, resah, gelisah, kepada siapapun yang berpaling dari Al-Qur’an, berpaling dari ayat-ayat Allah SWT.

Tudingan kekuasaan Islam sebagai otoriter, jelas keliru besar. Memang Islam menempatkan kedaulatan itu sepenuhnya di tangan Allah SWT (as-siyadah lil syar'i). Artinya sumber hukum satu-satunya adalah Al-Qur’an dan as Sunnah (dan yang ditunjuk oleh keduanya). Seorang kepala negara atau khalifah, juga diperintahkan untuk menerapkan syariah Islam. Namun tentu saja, sebagai manusia biasa, dia mungkin saja keliru, salah, atau terjerumus kepada syahwat kekuasaan. Karena itu khalifah mungkin keliru dan sah untuk dikritik.

Dalam Islam, mengkritik penguasa (muhasabah lil hukkam) bukan saja hak tapi juga wajib. Rasulullah SAW menyebut sebagai sebaik-baik jihad (afdhalul jihad) adalah melontarkan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. Bahkan siapapun yang terbunuh karena menjalankan kewajiban ini disebut Rasulullah SAW sebagai penghulu para syuhada. Karenanya, keberadaan kelompok-kelompok politik atau partai politik dalam rangka melakukan amar ma'ruf nahi munkar adalah sah dan tidak boleh dilarang.

Tidak hanya itu rakyat pun boleh mengadukan pejabat-pejabat yang menyimpang kepada khalifah. Termasuk mengadukan kebijakan khalifah yang dianggap keliru atau merugikan masyarakat kepada mahkamah mazalim, yang mengadili pengaduan masyarakat terkait kebijakan khalifah atau negara. Mahkamah ini pula yang berhak memberhentikan khalifah. Bahkan dalam kondisi khalifah melakukan bentuk kekufuran yang nyata (kufran bawahan), rakyat boleh angkat senjata untuk menjatuhkan khalifah.

Intoleran adalah tudingan palsu yang penuh dengan kebencian terhadap Islam. Islam membolehkan perbedaan pendapat dalam perkara-perkara ikhtilaf yang memang dibolehkan hukum syara'. Namun tentu Islam tidak pernah toleran terhadap kekufuran dan kemaksiatan. Jangan tanyakan kebhinnekaan dalam Islam dalam pengertian pluralitas (keberagaman). Sistem khilafah adalah negara yang menanungi beragam ras, bangsa, warna kulit, bahkan agama hidup tentram dan damai di dalamnya.

Namun bukan dalam pengertian pluralisme yang intinya menganggap semua agama benar dan menolak syariah Islam dengan tudingan berasal dari satu kelompok masyarakat (tanpa lagi mempertimbangkan apakah sistem Islam itu baik atau buruk).

Cukuplah kita mengutip dari sejarawan Will Durant dalam The Story of Civilization, untuk menggambarkan bagaimana ideologi Islam hadir memberikan kebaikan kepada setiap umat manusia. Durant menulis: "Para khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para khalifah telah mempersiapkan berbagai kesempatan bagi siapapun yang memerlukannya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatatkan lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.” Allahu Akbar! []farid wadjdi

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 189


1 komentar:

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam