Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 19 Januari 2021

Kafir Imperialis Musuh Utama Kaum Muslimin



Dengan demikian, musuh kaum Muslim saat ini adalah negara-negara kafir imperialis seperti AS, Inggris, Perancis, Rusia, Cina, dan sekutu-sekutu mereka…”

Buku yang berjudul Foreign Relation of the United States: 1964-1968, volume XXVI- yang membeberkan hubungan AS dengan berbagai intrik politik di kawasan Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina- akhirnya ditarik kembali dari peredaran oleh Deplu AS terhitung mulai tanggal 27 juli 2001. Alasannya, belum ada izin dari Deplu AS. Padahal, buku terbitan Office of the Historian Departement of State Publication ini, dalam kata pengantarnya, sang editor menyebutkan, bahwa penerbitannya telah seizin Deplu AS. Lagipula, menurut UU kebebasan informasi AS, arsip-arsip yang bergolong rahasia dan sensitif –yang memenuhi buku tersebut- sudah lewat dari 25 tahun, sehingga diperbolehkan untuk dibuka kepada publik. Dari sini, para pengamat menilai bahwa CIA telah menekan Deplu AS agar menarik kembali buku tersebut dari peredaran. CIA khawatir isi buku tersebut akan membuka aib-aib AS di masa lalu.

Namun demikian, bagi orang yang mengamati perilaku AS, penarikan buku tersebut berkaitan dengan kekhawatiran, beredarnya buku tersebut akan merusak hubungan dan kepenttingan AS di Indonesia pada era pemerintahan Megawati.

Yang menarik dari buku tersebut adalah keterlibatan AS dalam mengganyang kekuatan komunis pada masa rezim Soeharto; upaya AS menggusur kekuasaan Soekarno; dan dukungan AS terhadap munculnya Soeharto. Keterlibatan AS dalam penggulingan kekuasaan Soekarno, yang diikuti dengan naiknya Soeharto ke tampuk kekuasaan, diakui sendiri oleh pemerintah AS. Dalam sebuah dokumen yang diedarkan untuk para wartawan, pemerintah AS mengaku hanya memberikan ‘bantuan kecil’ kepada para jenderal di Indonesia dalam peristiwa pembantaian pengikut komunis tahun 1965-1966. Bantuan itu berupa pembayaran secara rahasia sebesar Rp50 juta, yang diberikan sebulan setelah upaya kudeta tanggal 30 september 1965 dan langsung ditandatangani oleh Dubes AS waktu itu, Marshall Green, kepada Menlu Adam Malik. Akan tetapi, buku tersebut mengungkap lebih jauh dan lebih banyak lagi peranan AS dalam mendorong perubahan politik di Indonesia saat itu.

Untuk mencapai tujuannya, AS tidak segan-segan menggunakan segala cara, termasuk operasi rahasia. Di dalam operasi rahasia ini tercakup propaganda hitam untuk menjatuhkan seseorang atau pihak yang dianggap menghalang-halangi kepentingan AS, perang urat syaraf, pembentukan milisi-milisi, upaya mengirim persenjataan dan alat komunikasi, merusak perekonomian dengan mencetak dan menyebarkan uang palsu, memanipulasi informasi dan data, memalsukan dokumen, pesekongkolan, pembunuhan, dll. Itulah yang dilakukan CIA di berbagai negara, dengan skala yang berbeda-beda; termasuk memorandum CIA yang disampaikan kepada Menlu S. Rusk (tgl 18 Sept 1964), yang mengusulkan digelarnya operasi rahasia untuk menggulung kekuatan komunis di Indonesia.

Suhu perang dingin pada tahun 60-an antara kekuatan Barat yang kapitalis serta Uni Sovyet dan Cina yang komunis menghangat. Soekarno yang didukung oleh kekuatan komunis, serta persahabatannya yang erat dengan Uni Sovyet dan Cina, menjadi simbol hegemoni komunis di Indonesia. Dengan semangat dan propagandanya yang anti AS, Soekarno dan partai komunis dijadikan alasan oleh AS untuk melibatkan diri dalam pertarungan tingkat tinggi.
AS yang saat itu tengah gencar-gencarnya menggempur kekuatan Vietcong di daratan Vietnam dan Kamboja, meski akhirnya gagal, tidak menginginkan poros Jakarta-Hanoi-Beijing terwujud. Jika itu terjadi, dominasi Barat yang kapitalis dari kawasan Asia Tenggara dan Timur Jauh yang kaya akan runtuh.

Oleh karena itu, Inggris, yang menjadi sekutu AS -meskipun berbeda kepentingan dalam perkara ini- mendorong Malaysia yang berada di bawah pengaruhnya untuk menghadang gerak maju Soekarno. Meletuslah konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia, yang sebenarnya menggambarkan pertarungan negara-negara besar, yakni blok kapitalis dengan blok komunis.

Kaum muslim dan TNI telah juga dimanfaatkan AS untuk menghantam dan menghancurkan komunis. Jadilah komunis bahaya laten bagi kaum muslim di negeri ini. Sayangnya, hal ini tidak diikuti pula dengan “membahayalatenkan” ideologi kapitalis. Sejak naiknya Soeharto ke puncak keuasaan, AS berhasil memenangkan pertarungan politiknya dengan komunis di Indonesia. Hingga kini, AS leluasa memainkan bidak-bidak caturnya di negeri ini; semata-mata untuk menjaga eksistensi serta kepentingan negara dan bangsa mereka sendiri, tanpa mempedulikan keadaan bangsa-bangsa jajahan.

Buku tersebut mengingatkan kepada kita, kaum Muslim, betapa AS berada di belakang berbagai krisis politik yang melanda negeri-negeri Islam, bahkan yang melanda belahan dunia lainnya. Posisinya sebagai negara adidaya amat memungkinkan untuk mengontrol peta politik, ekonomi, sosial, dan militer di seluruh dunia.

AS telah menggunakan segala cara dan sarana yang ada -termasuk lewat lembaga-lembaga keuangan internasional, PBB, dewan keamanan, dan industri yang bernaung di bawah PBB- untuk menguasai dan mengeksploitasi kaum muslim dan negeri-negeri Islam.
AS menyadari bahwa setelah ideologi dan kekuatan komunisme runtuh, Islamlah yang menjadi halangan utama mereka. AS juga sangat khwatir dengan munculnya politik Islam ideologis, apalagi jika kaum Muslim menginginkan dibangunnya kembali negara Khilafah Islamiah yang mencakup seluruh negeri-negeri Muslim; yang akan menerapkan seluruh peraturan Allah SWT dan Rasul-Nya; yang akan membebaskan negeri-negeri Muslim dari hegemoni AS dan sekutunya; dan yang akan berhasil berhadapan secara militer, ekonomi, dan politik dg kekuatan AS. Oleh karena itu, sasaran utama politik luar negeri kaum kafir imperialis saat ini dan masa datang adalah Islam dan kaum Muslim. Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, yang kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan.” (TQS. Al-Anfal 8: 36)

Dengan demikian, musuh kaum Muslim saat ini adalah negara-negara kafir imperialis seperti AS, Inggris, Perancis, Rusia, China, dan sekutu-sekutu mereka. Kaum musim harus menjadikan mereka musuh, bukan sahabat; apalagi teman untuk meminta pertolongan dan bantuan dalam upaya menangani berbagai krisis yang melanda negeri-negeri Islam, sesungguhnya aneka krisis di negeri-negeri Muslim adalah karena konspirasi para imperialis itu.

Kaum Muslim harus mewaspadai seluruh muslihat dan mulut manis mereka dan antek-anteknya yang mengaku Muslim. Pasalnya, sejarah dan kenyataan saat ini membuktikan, bahwa merekalah hakikatnya yang berada di balik seluruh krisis yang sengaja diciptakan di negeri-negeri Islam.
Apakah kita lupa terhadap sejarah dan kenyataan yang ada di depan mata kita? Allah SWT berfirman:
“Oleh karena itu, perhatikanlah bagaimana akibat makar mereka itu.” (TQS. an-Naml: 51)

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (TQS. Al-Mu’min: 51)

Bacaan: Jurnal Politik Dan Dakwah al-Wa’ie edisi 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam