Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Selasa, 16 Februari 2021

Imperialisme Harus Dilawan!



Banyak ahli ekonomi berpendapat bahwa sistem ekonomi liberal yang diterapkan mampu memberikan kemakmuran kepada rakyat. Untuk meyakinkan rakyat, para ahli itu sering sekali mengambil contoh kemajuan yang diraih oleh Amerika Serikat dan Eropa.

Padahal, di negeri Paman Sam tersebut, sistem ekonomi itu dipermasalahkan. Mengapa? Karena mereka merasakan betapa sistem ekonomi itu hanya menguntungkan segelintir orang dan menyengsarakan hampir seluruh rakyat. Negara yang diharapkan melindungi rakyat, justru berada di balik para pengusaha/pemilik modal. Maka di sana lahirlah gerakan 'Occupy Wall Street', sebuah gerakan yang menentang kapitalisme global. Semboyan mereka yahg cukup terkenal: ”We are 99%" (Kami 99 persen).

Sebagian orang belum ngeh, sebenarnya apa itu neoliberalisme. M Ismail Yusanto menjelaskan, neoliberalisme adalah paham yang menghendaki pengurangan peran negara dalam ekonomi. Dalam pandangan neoliberalisme, negara dianggap sebagai penghambat utama penguasaan ekonomi oleh individu/korporat. Pengurangan peran negara dilakukan dengan: privatisasi sektor publik seperti migas, listrik, jalan tol dan lainnya; pencabutan subsidi komoditas strategis seperti migas, listrik, pupuk dan lainnya; penghilangan hak-hak istimewa BUMN melalui berbagai ketentuan dan perundang-undangan yang menyetarakan BUMN dengan usaha swasta.

”Jadi, neoliberalisme sesungguhnya merupakan upaya pelumpuhan negara, selangkah menuju corporate state (korporatokrasi). Ketika itu, negara dikendalikan oleh persekutuan jahat antara politikus dan pengusaha. Akibatnya, keputusan-keputusan politik tidak dibuat untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk kepentingan korporat (perusahaan) baik domestik maupun asing,” jelasnya.

Liberalisasi ini menjadi jalan bagi masuknya imperialisme gaya baru atau orang sering menyebut sebagai neoimperialisme. Melalui neoimperialisme ini negara adidaya mencengkeram dan menjajah negara-negara lain tanpa harus menghadirkan tentaranya ke daerah jajahannya. Kekayaan alam negara terjajah mengalir secara otomatis karena sendi-sendinya telah dikuasai penjajah melalui tangan perusahaan-perusahaan dan antek-anteknya.

Prof Noam Chomsky dalam bukunya berjudul ”Neo-imperialisme Amerika Serikat” menjeIaskan bagaimana Amerika Serikat melakukan dominasi imperialistiknya ke berbagai belahan dunia. Langkah yang dilakukan negara adidaya itu mulai dari yang kasar sampai yang halus. Bentuk langkah itu antara lain operasi berdarah, manipulasi media, hingga melakukan hegemoni terhadap dunia intelektual-akademik.

Menurutnya, ketika suatu rezim tidak mendukung kepentingan korporasi bisnis Amerika, maka rezim tersebut harus dihalangi untuk membangun negara sesuai jalan yang tidak sejalan dengan kepentingan AS. Pemerintah di negara tersebut harus dihambat agar upayanya untuk menyenangkan rakyatnya gagal, agar citranya di hadapan rakyatnya menurun. Tujuan akhirnya adalah agar rezim tersebut kalah dalam bercaturan politik.

Amerika pun menggunakan CIA untuk mengobrak-abrik sebuah negara agar pemerintahannya tunduk pada kepentingan Amerika. Dunia mencatat, dari tahun 1945 sampai akhir abad ke-20, Amerika Serikat mencoba menggulingkan lebih dari 40 pemerintahan negara lain, dan menghancurkan lebih dari 30 gerakan populis nasionalis yang berjuang melawan rezim yang tak tertahankan. Dalam prosesnya, AS telah menyebabkan kematian beberapa juta orang, dan menghukum berjuta orang lagi dengan kehidupan yang penuh penderitaan dan keputusasaan.

Ia mengakui, memang ada sebagian kecil alasan operasi CIA lebih banyak didasari kepentingan bisnis orang-orang yang punya jalur dalam lembaga intelijen ini, namun kepentingan ekonomi sebagai penggerak proyek ‘imperialisme yang menyebarkan mata-mata’ (spying imperialism) tak dapat disangkal lagi.

Nah, salah satu yang digunakan Amerika dalam menganeksasi (mencaplok) sebuah negara adalah dengan mengobok-obok pemikiran rakyat melalui media massa. Chomsky menyebut sebagai upaya ‘merekayasa sejarah’ (historical engineering). Ternyata, di balik media massa itu ada CIA. Media dikendalikan untuk menyiarkan atau tidak sebuah kejadian demi kepentingan Amerika dan antek-anteknya. Menurutnya, kepentingan kekuasaan selalu lolos.

Dengan kekuatan yang dimiliknya, Amerika akhirnya menjadi tuan bagi para penguasa-penguasa antek di dunia. Mereka kemudian mengabdi kepada penjajah ini tanpa memperhatikan lagi nasib rakyatnya. Mereka lebih takut kepada Amerika daripada kepada rakyatnya sendiri. Inilah mengapa banyak kepala negara selalu minta restu kepada Amerika saat baru memerintah.

Dilawan

Imperialisme dengan kapitalismenya tak hanya dirasakan dampaknya oleh kaum Muslim tapi seluruh masyarakat dunia. Dunia menjadi seperti hutan rimba dalam kekuasaan negara adidaya yang rakus dan tak punya etika.

Tak heran jika ada perlawanan terhadap ideologi itu. Komunisme pernah mencoba melawannya berlandaskan pemikiran Karl Marx dan para filosof komunis sesudahnya. Ide ini telah melahirkan orang-orang yang meyakininya baik sebagai individu maupun kelompok. Akan tetapi hanya dengan kajian dan telaah sederhana, ide ini terbukti belum mampu melahirkan sebuah bangsa yang seluruhnya meyakini ide ini.

Lebih dari itu, metode mereka untuk merealisasikan ide ini melalui sebuah institusi, yakni sebuah negara komunis, adalah metode yang salah dan utopis. Metode itu salah karena menjadikan pembentukan negara sebagai metode untuk akhirnya mencapai penghapusan negara secara menyeluruh. Metode itu juga utopis karena menginginkan revolusi internasional yang dimulai dari negara-negara industri maju kemudian menyebar ke seluruh dunia. Karena utopis itulah, Lenin terpaksa menyimpang dari metode itu dengan dalih reinterpretasi terhadap metode komunisme.

Lenin mendirikan negara komunis di Rusia, padahal waktu itu sektor industri Rusia masih terbelakang dibandingkan Eropa. Lenin pun hanya mendirikan negara komunis di Rusia saja. Sepertiga abad kemudian, para pengganti Lenin bersekutu dengan negara imperialis terbesar, yakni AS. Dengan kata lain Rusia telah bersekutu dengan imperialisme. Hasil persekutuan ini adalah runtuhnya komunisme secara total, hancurnya negara komunis dari muka bumi, dan gagalnya komunisme mewujudkan target-targetnya.

Maka, Hizbut Tahrir dalam kitabnya Mafahim Siyasi menuliskan, harus ada solusi lain untuk melawan kapitalis medan menghancurkan imperialisme. ”Dan tidak ada yang memiliki kemampuan tersebut selain Islam. Bahkan Islam adalah satu-satunya solusi untuk menghapuskan imperialisme dan menghancurkan kapitalisme.”

Solusi Islam ini, tulis kitab tersebut, bertumpu pada upaya menawarkan pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup ke masyarakat dunia. Perdebatan dunia tentang pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup inilah yang akan mengubah berbagai konsep, menghilangkan konsep-konsep yang keliru, dan meluruskan konvensi internasional. "Sedang imperialisme adalah suatu konsep hidup tertentu. Imperialisme tidak akan bisa dihancurkan, kecuali dengan mengubah konsep hidupnya.”

Inilah satu-satunya solusi yang efektif terhadap imperialisme. Tetapi solusi ini tidak mungkin dapat diterapkan secara praktis kecuali dengan adanya Daulah Islam yang kuat di panggung internasional. Daulah Islam inilah yang akan menghapuskan imperialisme di muka bumi.

Maka jangan heran jika Amerika dan Barat berjuang sekuat tenaga mencegah tegaknya khilafah dengan segala cara. []emje

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 148, April 2015
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam