Membersihkan Hati Memperjuangkan Islam
“Sesungguhnya
di dalam jasad ada gumpalan daging.
Apabila ia baik, maka menjadi baik seluruh amalnya. Apabila jelek, maka
seluruh amalnya menjadi buruk.
Ketahuilah ia adalah hati”
Hadist
di atas memberi informasi kepada kita betapa sentralnya peranan hati,
sampai-sampai seluruh amal manusia berupa kejahatan maupun kebaikan ditentukan
oleh jenis hatinya. Jika hati kotor,
maka hasilnyapun pasti amalan kotor.
Jika hati bersih tentu akan menghasilkan suatu karya yang bersih. Ibaratnya sebuah gelas yang dapat menampung
air susu, maka jika isinya dituang keluarlah air susu, di lain pihak, jika
gelas itu diisi air selokan, apabila dituang gelas itu maka keluarlah air
selokan.
Tak jarang kita jumpai seseorang yang
pada mulanya sangat getol dalam memperjuangkan Islam, akan tetapi karena
hatinya masih belum bersih betul, justru akhirnya berbalik haluan. Bukan Islam
yang diperjuangkan sehingga Islam berkuasa dan terap, tetapi Islam dipakainya
sebagai alat untuk memperjuangkan nasibnya sendiri. Bukan berjuang untuk Islam, tapi memperalat
Islam untuk mengangkat dirinya sendiri.
Astaghfirulloh hal ‘adhim.
Itulah sebabnya Allah SWT tidak
menerima amal seseorang yang niatnya keliru. Niat itupun sudah bisa
menghasilkan pahala. Perbuatan amal baik atau ketakwaan yang terlaksana juga
mendapatkan balasan pahalanya. Niat berkait langsung dengan ketaqwaan
seseorang. “Daging-daging unta dan darahnya itu sakali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan daripada kamulah yang dapat
mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang
yang berbuat baik”.(Qs. Al Hajj : 37).
Betapa mulianya niat, apabila kita
telah berniat untuk melakukan suatu kebaikan, maka Allah SWT akan segera
mencatatnya sebagai amal kebaikan. Apalagi bila niat itu diaplikasikan ke dalam
suatu amalan, maka akan berlipat ganda pahalanya. Namun tidak demikian halnya
bila kita berniat untuk berbuat keburukan, Allah tidak langsung mencatatnya
sebagai amal buruk. Tapi Allah SWT menangguhkannya selama hal buruk tersebut
tidak dikerjakan.
Namun hal ini bukan berarti seorang
hanya mencukupkan diri pada niatnya saja. Sebab itu berarti dia berniat untuk
tidak perlu melaksanakan amalan nyata. Sekedar ingat tanpa sholat juga tidak
bisa. Islam tetap sebagai keutuhan lahir batin, sehingga tidak cukup di batin
saja. Islam juga tidak cukup di lahir saja karena niat adalah amalan hati yang
menjadi landasan perbuatan.
Memang ada hubungan antara ibadah dan
keadaan hati, seseorang yang hatinya bersih akan mudah menjalankan ibadah.
Sebaliknya orang yang banyak melakukan maksiat, maka ibadahnya minim dan bahkan
mungkin ditinggalkan sama sekali.
Kita memang diharuskan sibuk dalam
beramal, berkarya dan berjuang. Kita
harus selalu sibuk memikirkan bagaimana memajukan Islam, sesuai dengan metode
Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam. Sebagaimana saat ini keadaannya
Islam tidak diterapkan dalam kehidupan seperti periode Mekah sebelum Hijrah,
maka kita sekarangpun harus memperjuangkan terapnya Islam sesuai tuntunan Nabi
menegakkan Islam. Tidak hanya sibuk mengetahui tapi bagaimana kita juga
berbuat, dan apabila mampu terlibat dalam semua amal nyata. Yaitu, memahami
bagaimana Islam ditegakkan oleh Rasulullah dan beramal mengikuti tuntunan Rasul
SAW. tersebut yaitu dakwah politik tanpa kekerasan hingga bisa terwujud
terapnya Islam dalam semua aspek kehidupan dan di semua tingkatan baik
individu, masyarakat maupun negara yang kesemuanya Islam. Dan sistem pemerintahan demokrasi
harus dilenyapkan detik ini juga karena demokrasi adalah sistem kufur
mempertuhankan hawa nafsu membuat-buat syariat, memposisikan manusia dalam posisi
Yang Maha Kuasa sehingga manusia sendiri berhak memilih dan membuat hukum
apapun. Haram mengamalkan demokrasi apapun niatnya. Haram pula meramalkan nasib
apapun niatnya. Haram pula mengikuti upacara keagamaan kufur apapun niatnya.
Haram pula mengikuti ritual musyrik, apapun alasan dan dalihnya. Semua amalan
sampah busuk itu jika diyakini boleh maka menjatuhkan pelakunya ke dalam
kemusyrikan atau kekufuran.
Kepribadian Islam akan bisa dicapai
dengan terus menuntut ilmu mempelajari Islam yang kaaffah sempurna keseluruhan
dan terus berusaha mengamalkan Islam yang masih kita bisa dalam kondisi belum
tegaknya Islam dengan Khilafah. Yaitu, amalan tingkat individu dan kelompok
dalam semua aspek. Sehingga kita dan umat terhindar dari berpola pikir sekular
dan terhindar dari berpola sikap sekular. Umat menjadi baik dengan mengambil
Islam sebagai undang-undang pribadi serta kelompok dan berjuang hingga Islam
diamalkan sempurna dalam naungan Khilafah Islamiyah ala minhajin nubuwah.
Negara Islam yang berakidah Islam dan berkepribadian Islam.
Satu hal lagi yang tak boleh
ditinggalkan, yaitu kesibukan untuk beribadah kepada Allah. Karena akibat dari
penyia-nyiaan masalah ini sangat besar, sebab hak-hak Allah dilalaikan. Jika
seseorang sudah melalaikan Allah, maka Allah pun akan melalaikannya dalam
segala urusan. Kalau begini lalu apa yang kita perjuangkan ?
Untuk itu, masalah ibadah yang erat
kaitannya dengan benteng pertahanan hati harus menjadi perhatian yang serius. Jika
ini diabaikan, hanya kerugian yang didapatkan. Terlanjur berbuat namum hasilnya
nol besar, atau bahkan negatif.
Mari kita kembalikan hati hanya
kepada Allah SWT. Hanya Dia yang layak dituju, sebagaimana kita baca setiap
hari dalam surat Al Fatihah.
Semoga sikap istiqomah kita dalam
beribadah dan berkepribadian Islam mendorong kita menuju ke arah sana, masuk ke dalam kelompok hamba-hamba
yang berserah diri kepadaNya dalam semua hal termasuk dalam menerima dan
memperjuangkan sistem Islam. Insya Allah.
Membersihkan Hati
Memperjuangkan Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar