Futuhat untuk
Menyebarkan Islam
Futuhat
Islamiah (Pembebasan oleh Islam)
Seseorang bisa saja berkata bahwasanya umat Islam
berperang dan melakukan penaklukan/pembebasan terhadap banyak negara.
Apa yang dilakukan umat Islam setelah berhasil menguasai negara Persia dan
Romawi, misalnya? Bahwasanya
umat Islam mengetahui keagungan Islam dan wajib menerapkan
syariah Islam sebagai rahmat.
Inilah agama yang membuat hidup begitu bahagia dan menjadikan manusia saling
mengasihi hingga di Akhirat. Oleh karena itu, umat Islam menyebarkan segala
kebaikan dan keagungan ini kepada seluruh umat manusia.
Waktu itu akidah, akhlak, dan hukum begitu rendah dan hina. Maka umat Islam
datang untuk menghapus semua itu sehingga tersebarlah rasa saling menghormati,
keadilan dan peradaban.
Futuhat Islam tidak dimaksudkan
untuk membunuh atau mencelakakan manusia, tetapi untuk menegakkan keadilan dan
kebaikan.
Bagi yang cermat membaca sejarah futuhat Islam bisa menemukan
berbagai karakter berikut ini;
● Futuhat Islamiah dimaksudkan untuk
menyebarkan keadilan syariah Islam dan dakwah.
Seorang muslim tidak pernah mengganggu
siapapun. Perbuatan zalim ditolak mentah-mentah dalam Islam. Tidak ada
kezaliman antar sesama umat Islam. Begitu juga, mereka tidak pernah menzalimi
orang kafir. Militer penghalang dakwah disingkirkan, penduduk diselamatkan dan
dimuliakan dengan rahmat syariah Islam. Itu
karena perbuatan dzalim dibenci jiwa dan dilarang syariat
Allah Swt. Sementara keadilan
adalah suatu yang disenangi.
Seorang orientalis asal Inggris, Steven
Ransman, menulis, ”Umat Islam menyebut peperangan-peperangan baru yang mereka
lakukan atas dasar keadilan. Hal ini sangat jelas ketika ternyata, penduduk
yang wilayahnya berhasil dikuasai tentara Islam tidak berusaha mengusir
orang-orang pendatang ini. Sebabnya sederhana, yaitu para penduduk menemukan
bahwasanya kepemimpinan umat Islam lebih baik dibanding para penguasa
sebelum mereka. Umat
Islam pendatang ini menyebarkan toleransi beragama, menghilangkan perbedaan
kelas-kelas sosial dan menghapuskan hak-hak istimewa.” [Dairat al maarif
al amrikiyyah, terjemah
Prof. Dr Muhammad Ali Muhammad. Juga lihat, Syaikh Abdullah al Ghawabi, as
Shura’ ar Rahiib Haulal Bait al Atiq, hal. 154]
Gustaf Lopon berkata, “Kecerdikan
khalifah-khalifah pertama Islam dalam berpolitik tak jauh berbeda dengan
kelihaian mereka dalam strategi berperang sehingga secara singkat telah bisa
memenangkan perang. Hal itu karena sejak pertama, pihak penguasa Islam telah
melakukan kontak dengan penduduk-penduduk asli yang tersingkir dan yang selalu
diburu para penguasa Persia dan Romawi sejak berabad-abad lamanya. Para
penduduk ini selalu siap menanti dengan tangan terbuka dan penuh bahagia bagi
yang mau meringankan beban kehidupan yang mereka alami. Jalan yang harus
ditempuh para khalifah sangat jelas. Mereka tahu bahwasanya memaksa seseorang
untuk meninggalkan agamanya dengan kekerasan sangat sulit. Mereka juga tahu
bahwa tidak harus menggunakan tangan besi dalam menghadapi orang-orang yang tak
mau masuk Islam. Malah para khalifah ini selalu memberitahukan bahwasanya
mereka sangat menghormati keyakinan setiap masyarakat…. Mereka hanya mengambil
semacam pajak (jizyah) yang sangat kecil nilainya sebagai ganti atas perlindungan
mereka terhadap para penduduk tersebut. Jumlah pajak ini jauh lebih sedikit
dibanding pajak-pajak yang harus mereka bayar pada para penguasa sebelum
mereka. [Hadlarat al Arab
hal. 134]
● Kebijaksanaan Dan Kelemahlembutan
Para Pemimpin Islam Sangat Tinggi
Gustaf Lopon menyebut beberapa kebesaran para
pemimpin Islam. Ia berkata, “Pada tahun 18 H/639 M, panglima Amru bin ‘Ash,
seorang pembantu khalifah Umar bin Khatab, membuka wilayah Mesir. Kami telah
menyebut kelihaian panglima Amr bin Ash dalam menghadapi penduduk Mesir. Ia
tidak menggangu keyakinan penduduk.... Ia hanya meminta pajak (jizyah) yang harus dibayar
penduduk dalam setiap tahunnya. Pajak yang harus dibayar itu sejumlah lima
belas frank, sebagai ganti atas keselamatan mereka. Tentu saja penduduk Mesir
setuju dan sangat berterimakasih. Tak ada penduduk yang membangkang. Hanya para
bangsawan Romawi saja, yaitu para tentara, pegawai negara dan pemuka agama yang
membangkang dan tak mau tunduk di bawah kekuasaan Islam. Orang-orang ini lalu mengambil
markas di Iskandariah yang segera dikepung tentara Islam. Pengepungan ini
berlangsung sampai empat belas bulan dan mengorbankan dua puluh tiga ribu
tentara Arab.
Meskipun kerugian besar yang ia derita dalam
pengepungan ini, Amr bin ‘Ash tetap saja bersikap ramah terhadap penduduk
Iskandariah. Ia sama sekali tidak melakukan tindak anarkisme kepada penduduk…. [Hadlarat al Arab. Hal 215]
Menurut Gustaf, panglima ‘Amr bin ‘Ash ketika
mengatur Mesir meniru cara yang dilakukan khalifah Umar bin Khattab ketika
mengatur Palestina. Keberagamaan orang Nasrani dilindungi. Para kaum Koptik
diperbolehkan meneruskan cara pemilihan Patrik mereka seperti kebiasaan yang
ada. Ia mengijinkan orang
Nasrani membangun Gereja di kota Islam yang ia dirikan, yaitu Kairo.
Ketika semakin banyak penduduk Mesir yang
masuk Islam sementara Masjid-Masjid tak kuat menampung jamaah shalat lagi,
panglima ‘Amr bin ‘Ash mendirikan Masjid indah meniru gaya Masjidil Haram di
Makah. Masjid yang sangat terkenal ini sampai sekarang masih kokoh berdiri
sementara pemerintahan Mesir terkesan kurang begitu memperhatikan kerusakan
yang terjadi. [Hadlarat al Arab, Hal
216. Sampai sekarang, Masjid Amr bin Ash penuh sesak dengan para jamaah. Juga
telah mendapat perhatian cukup dari pemerintahan Mesir diwakili oleh pihak
kementerian wakaf]
Begitulah perkataan ilmuwan Perancis, Gustaf
Lopon. Ini menjelaskan bahwa futuhat Islamiah bertujuan untuk menyebar keadilan
dan kebaikan.
Umat Islam tidak memaksa penduduk setempat
untuk masuk Islam. Kenyatannya, kaum Yahudi dan Nasrani tidak hanya diberi
kebebasan beragama saja. Selain itu, jika punya kecakapan, mereka pun bisa
diangkat untuk menjadi pegawai dalam departemen negara.
Seperti itulah keadilan dan penghormatan yang
diberikan para khalifah
Islam terhadap para penduduk. Bagi orang-orang Barat yang jujur, mereka sangat
kagum melihat apa yang ada dalam agama Islam. Mereka menganggap bahwasanya
futuhat Islamiah adalah dalam rangka mengkampanyekan risalah dari Yang Maha Tinggi.
Edwin Kalgarly berkata, “Ketika melakukan futuhat, Islam tidak pernah
memaksa seorang Masehi atau Yahudi untuk masuk Islam. Umat Islam membiarkan
para ahlu kitab menjalankan ritual keagamaan mereka asal patuh membayar pajak (jizyah). Yang diinginkan umat
Islam hanyalah agar mereka mau mengakui kedaulatan sipil-politis daulah
Islamiah.” [Anggota missionaris arab di Gereja Amerika Serikat tahun 1909-1930.
Pengajar di sekolah Kennedy For Missionaris. Lihat buku Madza Qalu Anil
Islam, hal 216]
Ia juga mengatakan bahwasanya pihak negara
Islam menjaga hak dan keistimewaan-keistimewaan kaum minoritas.
Menurutnya lagi, dalam Al Quran ada satu ayat
yang penuh dengan kebijaksanaan. Ayat ini juga harus diketahui oleh orang-orang
non muslim. Yaitu ayat;
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)…” (QS. Al Baqarah [2]:256). [Dari buku Madza
Qalu Anil Islam, hal 301. Diambil dari As Syarqil Adna Mujtamauhu Wa
Tsaqafatuhu, hal 163, 164]
Mitz, Seorang sejarawan asal Jerman berkata,
“Islam sangat toleran terhadap agama-agama lain. Tidak hanya terhadap agama
Yahudi maupun Masehi, tetapi juga terhadap agama Majusi. [Shira’ Haulal
Baitil Atiq, hal 154,
terjemahan dari Dairatul Maarif Al Amrikiyyah]
Dari sini jelas bahwasanya futuhat Islamiah adalah demi tegaknya keadilan rahmat Islam. Tak
ada seorang pun yang dipaksa untuk masuk Islam. Futuhat Islamiah adalah pembebasan
yang mulia. Pekerjaan agung, untuk memperkembangkan umat manusia
yang telah terbebas.
Futuhat Islam sudah tampak
hasilnya terhadap wilayah negeri-negeri
yang didatangi. Tak ada lagi kesewenang-wenangan tuan terhadap hambanya. Islam memuliakan manusia. Bertindak
elegan. Menghapus
segala perbedaan kelas sosial. Menghormati semua manusia dan menyayangi segala
makhluk.
● Futuhat Islamiah Menyebarkan Ilmu
Pengetahuan Dan Peradaban Islam
Futuhat Islamiah tidak demagogig ataupun
barbarian. Bukan juga mendegradasi atau membodohkan orang. Bahkan sebaliknya, futuhat
Islam menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan peradaban. Meninggikan negeri-negeri
yang didatangi. Dengan ini, manusia kenal akan kebebasan dan kemuliaannya.
Mengenal cara-cara hidup terhormat, dan sikap yang beradab.
Morris Bokay berkata, “Kita harus mengingat
masa kejayaan Islam, yaitu masa antara abad ke delapan dan abad ke dua belas
masehi. Ketika aktivitas keilmuan di negara-negara kita yang Kristen masih
begitu terbatas, saat itu universitas-universitas Islam telah menghasilkan
banyak riset dan penemuan. Pada masa itu, seorang peneliti di
universitas-universitas keislaman sudah mendapatkan berbagai fasilitas
kebudayaan yang tinggi. Di Kordova, misalnya, perpustakaan khalifah menampung
empat ratus ribu jilid buku.
Banyak orang dari berbagai negara Eropa mengunjungi perpustakaan tersebut untuk
melakukan studi…. Betapa kita berhutang banyak pada kebudayaan Arab mengenai
ilmu matematika. Al Jabar berasal dari Arab. Begitu juga ilmu astronomi,
fisika, geologi, botani, kedokteran, dan lain sebagainya. Universalitas ilmu
pertama kalinya terdapat di universitas-universitas Islam abad pertengahan.
Pada masa itu, orang-orang lebih besar terpengaruh dengan semangat religius
dibanding sekarang. Toh demikian tidak mencegah mereka untuk menjadi seorang
ulama sekaligus ilmuwan. Waktu itu ilmu merupakan saudara kembar agama. Betapa
ilmu memang harus selalu seperti itu.” [Al Quran Al Karim wat Taurat wal Injil Wal
Ilm. Hal 140, 141]
Begitulah adanya futuhat Islamiah. Persis
seperti yang dikatakan Dr.
Morris Bokay, seorang ilmuwan beragama Kristen. Futuhat Islamiah menyebarkan
ilmu dan kebudayaan Islam.
Diperuntukkan demi kemaslahatan penduduk setiap negeri yang didatangi. Ilmu-ilmu memenuhi negri yang sudah dibebaskan.
Sungguh sangat banyak ilmu dan peradaban Islam yang disebarkan negara khilafah
Islamiyah.
Ilmu dalam Islam adalah saudara kandung agama.
Keduanya Tidak saling bertentangan. Islam mewajibkan dan mendorong umat untuk memperoleh ilmu sebanyak mungkin dan
memanfaatkan ilmu tersebut pada jalan kebenaran, demi kemaslahatan manusia.
D. Putter berkata, “Sebenarnya bukan Roger B. atau orang-orang Eropa
sesudahnya yang menemukan metode empiris. Roger B. hanyalah murid dari mereka yang mengambil
ilmu-ilmu keislaman dan yang menganut metodologi keilmuan Islam. Setelah itu
ditransfer ke Eropa-Kristen. Ia sendiri selalu menyatakan bahwa jalan
satu-satunya bagi yang ingin mendapatkan pengetahuan orisinil adalah
mempelajari bahasa dan ilmu-ilmu Arab.” [Madza Qalu Anil Islam, hal.347]
Horten juga berkata, “Arab pada abad
pertengahan sampai tahun 1500 M adalah ibarat tuan bagi dunia Eropa. Asumsi
yang mengatakan bahwasanya Islam tidak mungkin bisa sejalan dengan peradaban
modern sebenarnya berasal dari mereka yang buta tentang akidah Islam. Kami menemukan bahwasanya
dalam Islam, Agama dan ilmu saling berdampingan. Islam adalah satu-satunya
agama yang berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan.” [Terjemah dari Dairat
al Maarif. ShiraHaulal Baitil Atiq, hal.156]
Gostaf Lopon juga berkata, “pembebasan oleh
Arab memiliki corak khusus yang tak dimiliki para liberator yang datang
setelahnya. Buktinya, Barbar yang mampu menguasai Romawi, Turki dan lain
sebagainya meskipun mampu mendirikan negara yang maha besar, tidak bisa
membangun sebuah peradaban. Paling-paling yang mereka lakukan hanyalah
mengambil begitu saja budaya penduduk setempat. Kenyataan ini sangat bertolak
belakang dengan Arab. Dengan cepat mereka mampu membuat peradaban yang jauh
berbeda dengan peradaban-peradaban sebelumnya. Hal inilah yang berhasil menarik
simpati masyarakat lain terhadap agama dan bahasa pembebasan oleh
Arab. Lebih-lebih terhadap peradaban yang masih baru ini. Penduduk-penduduk
yang berbudaya kuno, seperti Mesir dan India, melakukan kontak dengan Arab.
Akhirnya kedua masyarakat ini menganut keyakinan, adat kebiasaan, watak, dan
seni bangunan dunia Arab. Setelah itu, Arab mengambil alih peran peradaban
negara-negara yang ditaklukkan. Maka wibawa dan kekuatan arab selalu eksis.
Wibawa dan kekuatan ini tertanam untuk selama-lamanya pada seluruh benua Asia
dan Afrika yang pernah ditaklukkan. Memanjang sampai ke India. Hanya Spanyol yang mampu
melepaskan diri dari peradaban Arab. Tapi hal itu malah menyebabkannya
mengalami kemunduran yang rumit.” [Hadlaratul Arab, hal.135, 136]
Demikianlah futuhat Islamiah menurut kacamata orang lain. Yaitu futuhat dilakukan oleh orang-orang
berperadaban tinggi, bekewajiban
untuk menyebar keadilan, kemajuan serta peradaban Islam kapan dan di mana saja.
Futuhat untuk Menyebarkan Islam