Islam VS. Paham Kufur Sekularisme Sesat – Sekularisme Paham Kafir
Kesesatan Paham Sekularisme
Dengan nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang
Annas I. Wibowo : Berikut ini buku mengenai kesesatan paham sekularisme ↓
Islam And Secularism
Islam Dan Sekularisme
Oleh Sheikh Salman b. Fahd al-Oadah
terjemah dari versi Bahasa Inggris oleh Annas I. Wibowo
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah; kami memuji-Nya, mencari ampunan-Nya, dan menghadap kepada-Nya dalam sujud. Kami memohon perlindungan-Nya dari kejahatan jiwa kita dan kejahatan perbuatan kita. Barangsiapa dibimbing oleh Allah, tak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang dijadikan berpaling, tak ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah saja tanpa sekutu, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Tulisan pendek ini awalnya untuk sebuah pengajian yang saya berikan beberapa tahun yang lalu di Masjid Besar Abu Bakar di Madinah. Kutbah saya itu padat dan cukup umum, meskipun topik itu sendiri luas dan memiliki banyak aspek. Saya tetap membuat tulisan ini padat untuk pembaca yang membutuhkan sebuah pengantar yang bersifat umum mengenai topik ini.
Bagi para pembaca yang ingin mempelajari masalah ini lebih jauh, ada banyak buku yang tersedia. Salah satu yang terbaik, menurut pendapat saya, adalah buku Secularism yang ditulis oleh rekan saya yang saya hormati, Sheikh Safar al-Hawâlî.
Saya menyusun tulisan ini menjadi beberapa bab berikut ini :
Bab Satu : Manifestasi Kontemporer Jahiliyah
Bab Dua : Tidak Ada Tempat Bagi Sekularisme di Dunia Muslim
Bab Tiga : Bagaimana Sekularisme Masuk ke Wilayah Islam
Bab Empat : Mendefinisikan Seorang Sekularis
Bab Lima : Kebutuhan Untuk Menyerang Sekularisme
Aku berdo'a kepada Allah untuk menjadikan usahaku ini murni untuk keridhoan-Nya dan agar diterima-Nya dariku. Aku berendah diri memohon kepada-Nya untuk memberi pahala atas usahaku ini dan memaafkan dosa-dosaku. Sungguh, Allah mampu melakukan apapun.
BAB SATU
Manifestasi Kontemporer Jahiliyah
Pertarungan antara Islam dan Sekularisme bukanlah sesuatu yang baru. Ini hanyalah pertarungan sepanjang masa antara Islam dan Jahiliyah di balik topeng yang baru. Jahiliyah, jalan hidup kebodohan, muncul dalam berbagai bentuk, punya banyak nama, dan mengadopsi berbagai simbol, tetapi selalu memiliki sifat umum yang sama – kemusyrikan. Konflik antara Islam dan sekularisme tidak lain adalah konflik antara Islam dan kemusyrikan. Ini adalah pertarungan melawan musuh-musuh para Rasul yang dimulai sejak dahulu kala ketika Allah mengutus Nabi pertama kepada manusia dan akan terus berlanjut hingga Allah mengakhiri Bumi dan segala yang di atasnya.
Semangat Jahiliyah
Ketika jahiliyah pergi berperang, ia didorong oleh nafsu buta. Ia tidak melakukannya untuk meninggikan kalimat Allah.
Allah berfirman :
“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin ....” [Qu'ran Surat 48 Al Fath : 26]
Orang-orang kafir menyeru kepada hawa nafsu dan kebodohan jaman sebelum Islam. Rasulullah Saw. menyatakan pelarangan kepada kita dari mendengarkan panggilan seperti ini, dengan bersabda : “Apakah kamu menyeru kepada kejahiliyahan padahal aku ada bersamamu. Tinggalkan seruan seperti itu, karena sungguh telah dilarang.” [Sahîh al-Bukhârî (4905) Sahîh Muslim (2584)]
Selain bendera Islam, setiap bendera yang dinaikkan adalah bendera jahiliyah. Sebagai contoh, bendera nasionalisme. Nasionalisme menyuruh kita untuk memberikan hidup kita demi tanah di mana kita berjalan di atasnya. Kita diberitahu untuk mati demi negara-negara kita. Ini bukanlah seruan Islam. Ini bukanlah apa yang dimaksud oleh Nabi Saw. ketika beliau bersabda : “Barangsiapa berperang supaya kalimat Allah menjadi tinggi adalah berperang di jalan Allah.” [Sahîh al-Bukhârî (123) Sahîh Muslim (1904)]
Sebenarnya, negara bagi banyak sekularis kontemporer telah menjadi sesembahan yang disembah. Salah seorang dari mereka bahkan mengatakan :
Negaraku! Jika mereka membuatkanku sesembahan,
aku akan mendekat ke sesembahan itu dan menciumnya.
Penyair nasionalis lainnya menulis :
Oh negaraku! Aku menemuimu setelah merasa putus asa
Seperti aku selalu bersamamu ketika masih muda.
Aku menghadapkan wajahku padamu sebelum aku menghadapkannya ke Rumah Suci (Ka'bah)
Ketika aku menyatakan keimananku dan menyasali dosa-dosaku.
Di antara bendera jahiliyah adalah bendera rasisme dan semangat etnis. Ada orang-orang yang menganggap Arabisme sebagai keyakinan satu-satunya dan khusus. Semua bendera itu telah digilas ke tanah sejak waktu Allah mengutus Nabi Muhammad dan membuatnya menjadi teladan bagi semua orang. Mereka yang menerima seruan ini adalah kulit hitam dan putih, Arab dan non-Arab, bangsawan dan orang biasa. Semuanya menyatakan “Tidak ada tuhan selain Allah.” Mereka menjadi persaudaraan yang khas yang tidak mengenal pembagian di antara mereka. Pada saat yang sama, mereka menyatakan permusuhannya terhadap orang-orang seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan anggota-anggota lain dari pejabat Quraish, meskipun orang-orang itu menempati status sosial dan keturunan tertinggi.
Hukum Jahiliyah
Ketika jahiliyah menggunakan kekuasaan, ia melakukannya berdasarkan jalan kebodohan.
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?” [Qur'an Surat (5) Al Maa'idah : 50]
Sekularis di tanah kita meyakini bahwa urusan orang-orang dan masyarakat tidak akan bisa jadi benar kecuali dengan mengimpor sistem hukum dari Timur atau Barat. Mereka hanya ahli dalam hal taklid buta. Mereka bahkan menghadirkan pada kita masalah-masalah yang paling hancur dari peradaban-peradaban itu, mengklaim bahwa inilah jalan kepada pembangunan dan peradaban.
Jika jahiliyah jaman dahulu disukai bagi praktek-praktek kemusyrikan suku-suku Arab, maka orang-orang sekular menginginkan kita mengambil konstitusi dan hukum negara-negara lain yang memiliki filosofi legalnya sendiri yang bertentangan dengan agama kita dan pandangan hidup kita, kejahatan, pengadilan, hukuman, dan bahkan konsep kita mengenai benar dan salah.
Keliaran Seksual Jahiliyah
Meskipun menyeru pada modernisasi dan kemajuan, jahiliyah masa kini sebenar-benarnya hanyalah menyerukan westernisasi / pembaratan dan penghancuran demi kebebasan pribadi dan pembebasan perempuan. Jika mereka bisa lebih adil dalam deskripsinya, mereka akan menyebutnya anarki seperti kenyataannya.
Jika mereka ingin menyebutnya “pembebasan” seperti namanya, mereka akan menyebutnya pertunjukan hawa nafsu jahiliyah jaman dahulu. Allah berfirman :
“dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” [Qur'an Surat (33) al-Ahzab : 33]
Perilaku demikian tidaklah diatur oleh pertimbangan etika dan diberi sanksi oleh agama.
Riba jahiliyah
Jika kita lihat pemikiran dan praktek ekonomi di masa kebodohan sebelum Islam, kita bisa ketahui bahwa itu dilandasi oleh bunga. Nabi Saw. menolaknya dengan seketika di saat khutbah yang beliau berikan pada haji perpisahaan beliau. Beliau bersabda : “Semua bunga terhutang sejak masa kebodohan diampuni. Bunga pertama yang kubatalkan adalah bunga yang kita hutang – khususnya bunga dihutang dari al-Abbas bin Abdul-Muttalib.”
Sekularisme, jahiliyah masa kini, menghidupkan kembali praktek yang telah lama mati ini dengan mengadopsi sistem ekonomi internasional “modern” yang memandang bunga sebagai kewajiban.
Prasangka Jahiliyah
Allah berfirman :
“... segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah ...” [Qur'an Surat (3) Ali Imran : 154]
Allah memberitahu kita lebih banyak lagi mengenai orang-orang seperti itu :
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana." Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Qur'an Surat (5) Al Maa'idah : 52]
Jahiliyah masa lalu menyangka bahwa Islam tidak punya kaki untuk berdiri dan bahwa kekuatannya akan hilang dengan cepat. Orang-orang kafir di waktu itu tidak bisa membayangkan bahwa pesan monotheisme / tauhid akan dinyatakan dari setiap podium dan menara. Allah membuktikan bahwa prasangka mereka salah. Berangsur Islam tumbuh kekuatannya hingga memeluk banyak orang. Ia telah menjangkau ke dalam hati Eropa dan Amerika. Panggilan sholat dikumandangkan di seluruh dunia lima kali sehari : “Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.”
Jahiliyah masa lalu mengira bahwa Islam tidak akan punya masa depan. Kita melihat bahwa jahiliyah masa kini ini mendiskusikan setiap kekuatan di dunia dan mengelukan setiap kemungkinan selain Islam yang sengaja mereka abaikan. Orang-orang sekular fokus pada orang minoritas dalam masyarakat yang telah berpaling dari jalan hidupnya, agamanya, dan etikanya. Orang-orang sekular berusaha menampilkan orang-orang itu sebagai garis depan masyarakat dan sebagai kemajuan budaya yang ideal. Mereka mengabaikan massa orang-orang yang menyatakan siang dan malam bahwa mereka tidak ridha dengan apapun selain Islam dan bahwa mereka ingin menjalani hidupnya sesuai Islam dan untuk Islam.
Dari sini seharusnya telah jelas bahwa pertarungan antara Islam dan sekularisme, di dalam semua dimensinya, tidak lain adalah pertarungan antara Islam dan jahiliyah.
Sekularisme adalah Kemusyrikan
Perbedaan antara Islam dan sekularisme sangatlah prinsip. Isu di tangan tidak lain adalah perbedaan antara tauhid dan polytheisme / kemusyrikan.
Frase “berikan pada kaisar apa yang milik kaisar dan berikan pada Allah apa yang milik Allah” adalah persis apa yang dikatakan kafir-kafir Mekah ketika Nabi Saw. diutus kepada mereka.
Allah menginformasikan kepada kita di dalam al-Qur'an bahwa mereka biasa mengatakan :
“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami." ... [Qur'an Surat (6) Al An'am : 136]
“Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. ... [Qur'an Surat (43) Az Zukhruf : 15]
“Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya).” [Qur'an Surat (16) Az Zukhruf : 62]
Jahiliyah hari ini ini sama persis dengan jahiliyah jaman dahulu. Mereka mengatakan bahwa masjid adalah untuk Allah dan selain itu adalah untuk “kaisar”. Sekolah adalah untuk kaisar. Media adalah untuk selain Allah. Mereka membatasi Islam pada masjid dan mushola. Apapun selain itu adalah untuk diatur tanpa menengok pada Hukum Islam. Ini jelas-jelas kemusyrikan.
Bagaimana mungkin kita bisa mengkompromikan posisi sekularisme dengan perintah Allah :
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." [Qur'an Surat (6) Al An'am : 162-163]
Bagaimana mungkin kita bisa menggandengkan sekularisme dengan arti dari mengucapkan kalimat iman “Tidak ada tuhan selain Allah” yang berarti bahwa tidak ada aspek penyembahan atau pengabdian yang diberikan kepada apapun atau siapapun selain Allah? Semua penyembahan yang diarahkan ke pihak lain adalah kemusyrikan, salah dan ditolak.
Oleh karena itu, sekularisme adalah kemusyrikan. Yang menyatakan bahwa masjid adalah untuk Allah dan apapun selain itu adalah untuk selain Allah, atau seperti perkataan orang kristen : “untuk kaisar”.
BAB DUA
Tidak Ada Tempat Bagi Sekularisme di Dunia Muslim
Kita telah menetapkan dalam bab sebelumnya bahwa sekularisme, sifat dasarnya, menyalahi prinsip tauhid. Sekarang kita mengarahkan perhatian pada pertanyaan tentang kemungkinan sekularisme eksis di dunia Muslim. Bisakah seorang Muslim yang sholat di masjid menerima sekularisme?
Masjid dalam Islam bukanlah tempat di mana orang melakukan ibadah sholat dan kemudian meninggalkan agamanya di pintu di jalan ke luar. Masjid bukan hanya tempat untuk menyembah bagi Muslim, tapi tempat mendapat petunjuk dan tempat untuk belajar. Ini harus memiliki efek yang melekat pada Muslim yang dia bawa ketika kembali ke rumah, pergi bekerja, atau belanja di pasar. Ketika hati seorang Muslim terikat dengan masjid, ibadahnya di dalam masjid mempengaruhi hidupnya, melindunginya dari dosa dan membimbingnya kepada yang terbaik. Seorang Muslim mendengarkan Hukum Allah ketika dia didudukkan di masjid, hukum yang mengatur semua aspek hidupnya, yang besar dan yang kecil. Masjid, oleh karenanya, harus menjadi titik awal seluruh aktivitas hidup.
Sekularisme tidak punya tempat di wilayah Islam karena dua alasan:
Yang pertama adalah bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah untuk menggantikan manifestasi iman yang sebelumnya dan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Seorang Muslim yang paling simpel dapat melihat bagaimana Islam menjelaskan semua hal secara detail. Adalah tidak mungkin bagi Muslim untuk merasa bahwa agama yang mengatur urusan pernikahannya, bisnisnya, kebiasaan makannya, cara tidurnya, dan bahkan bagaimana dia pergi ke kamar mandi bisa meninggalkan pengaturan urusan-urusan politik dan ekonomi masyarakat kepada selain Allah. Sebab Allah berfirman :
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, ... [Qur'an Surat (6) Al An'am : 38]
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu ... [Qur'an Surat (16) Al Nahl : 89]
Isu ini tidak terbuka untuk debat. Islam, sebagai agama terakhir, memiliki supremasi atas semua keyakinan dan atas setiap aspek kehidupan. Tidak ada tempat bagi sekularisme di wilayah Islam atau di antara Muslim-Muslim.
Alasan kedua adalah bahwa sepanjang sejarah Islam, tidak pernah dialami masalah-masalah yang dihadapi oleh Eropa mengenai kepercayaannya yang rusak. Di antara yang paling penting dari hal ini adalah kesenjangan mengerikan yang terjadi antara agama dan sains. Agama berkelahi melawan sains dengan sangat sengit hingga gereja membakar sejumlah ilmuwan hingga mati dengan dasar bahwa para ilmuwan itu melawan kata-kata Allah.
Sejarah Islam tidak mengandung apapun yang sejenis itu. Islam membuka pintu bagi penelitian saintifik dan mendorong aktivitas intelektual. Para ilmuwan adalah pengunjung setia gedung-gedung pemerintahan dan forum-forum berbagai khalifah dan mendapatkan bagian yang adil dari pemberian negara dan gaji. Dunia Muslim tidak pernah dalam sejarahnya yang panjang mengalami penyiksaan dan penghambatan para ilmuwannya. Tidak pernah ada penangkapan dzalim seperti yang terjadi di Eropa.
Islam tidak pernah mengalami kekejaman gereja yang mengambil dari rakyat sejumlah besar uang, membatasi kehidupan intelektual mereka, dan membakar para ilmuwan dan pemikir mereka, semua atas nama agama. Jauh bertolak-belakang, sejarah Muslim adalah satu persaudaraan antara sains dan agama yang wahyu pertamanya adalah “Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan.” Sains adalah satu dari buah ketaatan yang benar kepada Islam. Ini adalah hasil dari mematuhi perintah Allah untuk belajar, mengajar, membaca dan meneliti.
Mereka yang ingin membawa sekularisme ke dunia Muslim mengabaikan perbedaan besar ini antara sejarah keagamaan dunia Islam dan sejarah keagamaan eropa di mana sekularisme berkembang.
BAB TIGA
Bagaimana Sekularisme Masuk ke Wilayah Islam
Banyak dari wilayah Muslim telah jatuh ke tangan orang-orang kafir. Sebagai contoh, Andalusia, surganya dunia Muslim, jatuh kepada mereka. Sekarang Palestina juga telah jatuh. Terdapat negara-negara yang tadinya bagian dari Uni Soviet dan yang masih bagian dari Rusia. Meski demikian, negara-negara itu dan yang lainnya seperti itu terbatas jumlahnya dan apa yang terjadi pada mereka sangat terkenal.
Namun demikian, ketika kita bertanya berapa banyak tanah Muslim telah jatuh ke tangan orang-orang sekular munafik, kita temukan bahwa jumlahnya terlalu besar untuk dihitung. Alasan untuk ini adalah bahwa orang-orang munafik tahu bagaimana caranya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan secara rahasia. Mereka mencari posisi berpengaruh sehingga mereka bisa memiliki pengaruh pada wilayah Muslim untuk menyamarkan keunikannya. Kemampuan adaptasi orang-orang munafik terhadap semua situasi adalah apa yang membuat kemunafikan sangat berbahaya. Mereka tahu bagaimana memakai banyak topi dan berbicara dengan banyak suara. Mereka bisa memakai kepribadian yang berbeda ketika ada kebutuhan.
Seorang penyair pernah menulis :
Dia punya seribu wajah setelah dia kehilangan wajahnya sendiri,
Sehingga kamu tidak akan tahu wajah yang mana yang harus dipercaya.
Inilah yang terjadi dengan para sekularis di dunia Muslim. Mereka menampilkan banyak muka yang berbeda dan punya berbagai topeng. Hati mereka lincah. Maka, adalah sebuah kebutuhan untuk membongkar mereka.
Allah berfirman mengenai para munafik :
“Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? [Qur'an Surat (63) Al Munafiqun : 4]
? Turki : Sebuah Studi Kasus
Satu negara yang jatuh ke tangan para sekularis adalah Turki, yang suatu waktu adalah pusat kekuatan politik dunia Islam (pemerintahan khalifah). Ia jatuh sebagai akibat dari apa yang suka disebut beberapa orang kristen sebagai “Pertarungan antara salib dan bulan sabit”. Orang yang dulunya kepala misi-misi sekularisasi kristen mengatakan : “Buah dari pertarungan antara salib dan bulan sabit tidak akan terjadi di negara-negara terpencil, jauh atau di koloni-koloni kita di Asia dan Afrika. Itu akan terjadi di tengah-tengah di mana Islam membuat kekuatannya dan menyebar ke luar dari situ, ke Asia atau ke Afrika. Karena orang-orang Islam yang kita lawan mematuhi Istanbul, usaha kita tidak akan punya konsekuensi jika mereka tidak membawa kita lebih dekat kepada menghancurkan bangunan Islam di tengah Khilafah dan ibukota dunia Muslim.”
Orang-orang kristen bekerjasama dengan orang-orang yahudi untuk menjatuhkan khilafah. Ini diinfiltrasi oleh orang seperti Medhat Pasha, orang yahudi yang sangat berpengaruh selama tahun-tahun akhir Kekhalifahan Ottoman. Di suatu waktu, dia bahkan punya kemampuan mengusir seorang Khalifah dan memasang yang lain. Dia punya peran untuk dimainkan dalam ratifikasi konstitusi negara dan memberikan kebebasan yang sebelumnya dia vokal menentang. Ini menjadi jelas setelahnya bahwa yang dia pentingkan hanyalah kebebasan dirinya sendiri dan teman-teman yahudinya dan bukan untuk seluruh populasi. Hal seperti ini adalah penyesalan Sultan (Khalifah) Abdul Hamid. Orang-orang yahudi bersiap dan menunggu dengan semangat kejatuhan Kekhalifahan Ottoman sehingga mereka bisa menjalankan rencana-rencananya melawan Palestina. Beberapa dari mereka, seperti orang-orang yahudi dari donma, bahkan berpura-pura jadi Muslim supaya mereka bisa lebih efektif mempengaruhi politik negara.
Barat mengelukan Medhat Pasha sebagai “bapak kebebasan” karena dia sangat terus-terang dalam memeluk kebebasan dan mendorong ratifikasi konstitusi yang menjamin hak-hak minoritas, termasuk hak orang yahudi untuk berlaku sesuka mereka di bawah lindungan Kekhalifahan Ottoman.
Salah satu strategi untuk sekularisasi adalah dengan menciptakan pahlawan. Satu contoh bagus strategi ini adalah penciptaan Kemal Attaturk. Mereka melibatkan dia dalam perang melawan Yunani di mana dia muncul penuh kemenangan. Dengan cara ini mereka memberinya kedudukan dan memperkuatnya untuk posisi yang mereka inginkan untuk dia mainkan dalam menjatuhkan bangunan Islam dan menetapkan sekularisme di Turki. Mereka berhasil bekerja melalui dia dalam memisahkan Turki dari dunia Islam.
Muslim-muslim sekeliling bumi menjadi surut memperhatikan apa yang terjadi di Turki. Sebelum waktu itu, ancaman apapun kepada Istanbul menggelisahkan hati-hati setiap Muslim di muka bumi karena mereka melihatnya sebagai masalah yang mengharuskan perhatian utama bagi dunia Muslim. Para Muslim memiliki keterkaitan emosi yang kuat dengan Khilafah Turkiyah, di samping semua kekurangannya. Ketika Khilafah Turkiyah jatuh, Muslim-Muslim sekeliling dunia kehilangan ketertarikan dengannya. Maka dari itu, urusan-urusan Turki tidak lagi menguasai pikiran dan hati Muslim-Muslim dunia.
Salah satu tugas paling penting yang dijalankan Kemal Attaturk ketika dia memperoleh kekuatan adalah penangkapan, pembuangan, dan pembantaian para ulama Muslim Turki. Selama masa ini, kepala ulama Turki Ottoman, Mustafa Sabri, meninggal sebagai pengungsi di Mesir setelah menyelamatkan diri dari negaranya. Attaturk juga menghancurkan semua institusi keagamaan. Dia bahkan melarang adzan dilakukan dalam bahasa Arab dan melarang menulis dalam huruf Arab, menggantikan tulisan itu dengan alphabet latin. Dia menimpakan pakaian Barat kepada masyarakat. Dia berusaha mengubah orang-orang Turki dan memberi mereka identitas nasional yang sama sekali berbeda.
Startegi lainnya adalah dengan memilih sekelompok orang untuk mewakili dan meneruskan kepentingan-kepentingan sekularisme di Turki Muslim. Musuh-musuh Islam dari orang yahudi dan kristen secara terang-terangan dan terbuka bergandengan dengan para sekularis di dunia Muslim. Mereka mensponsori pemuda-pemuda sekular terpilih untuk sekolah di negara-negara Barat dan mendapatkan pengetahuan saintifik Barat dan meningkatkan kemampuan pemerintahan. Ketika mereka kembali ke negara-negara mereka sendiri, mereka benar-benar kelas masyarakat yang berbeda, kadang disebut sebagai “berbudaya” dan “tercerahkan”. Mereka berada pada posisi ideal untuk menjalankan tugas-tugas yang untuk itu mereka dilatih. Barat telah memilih mereka dan mewarisi mereka dengan keahlian-keahlian berharga selagi menjaga masyarakat selain mereka “tidak tercerahkan”. Mereka kemudian menggunakan orang-orang terpilih itu untuk tujuan-tujuan mereka sendiri.
Tugas pertama yang diberikan kepada orang-orang itu adalah untuk mereka menjadi berkedudukan di pemerintah Ottoman. Mereka akan bekerja dari posisi-posisi itu di dalam pemerintahan melawan ulama-ulama dan para aktivis Islam.
Orang-orang itu menikmati kepercayaan pemerintah dan dapat menggunakan posisi mereka untuk menyebarkan ide-ide mereka di antara Kaum Muslimin di balik topeng organ pemerintah. Mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan dan menyebarkan ide-ide dan nilai-nilai dasar mereka tanpa takut respon-respon negatif apapun dari pemerintah.
Di saat yang sama, mereka sukses dalam menghitamkan reputasi pemerintah Turki dan dalam membalik rakyat menjadi melawannya. Itu adalah tugas mereka untuk menyiapkan masyarakat untuk penggantian pemerintah yang tiba-tiba. Rakyat menjadi tidak puas dengan pemerintah Ottoman. Masyarakat religius membenci pemerintah karena pengaruh-pengaruh sekularis yang sekarang bercokol. Penduduk selainnya membencinya hanya karena ia gagal memastikan kesejahteraan mereka. Ini menciptakan sejumlah kesempatan berbahaya bagi para sekularis untuk mengeksploitasinya.
Di saat yang sama, mereka bermaksud mencegah para ulama dari memanfaatkan yang manapun dari kesempatan-kesempatan itu. Mereka mengetahui bahwa masyarakat mengandung dua basis kekuatan. Yang pertama adalah basis kekuatan religius yang terdiri dari para ulama dan para aktivis religius lainnya. Yang lain adalah mereka para sekularis dan munafik.
Allah menerangkan kedua kelompok itu di dalam Al-Qur'an. Dia berfirman :
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, ... [Qur'an Surat (9) At Taubah : 71]
Menjelaskan faksi yang lain, Dia berfirman :
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. ... [Qur'an Surat (9) At Taubah : 67]
Dari posisi-posisi mereka di dalam pemerintah, mereka bekerja untuk mengasingkan pemerintah dari para ulama dan melemahkan pengaruh politik para ulama. Dengan cara ini, orang-orang sekular berharap mencegah para ulama dari menciptakan reformasi politik apapun ketika mereka meneruskan usahanya meningkatkan kerusakan dan ketidakstabilan dari dalam pemerintah yang mereka tampak merupakan bagian darinya.
Sekularisasi Turki menempuh beberapa fase berikut ini, yang berakhir menjadi Republik Attaturk :
Fase pertama : Para sekularis menerapkan keahlian barat mereka untuk memodernkan dan mereformasi pengaturan Kerajaan (Kekhalifahan) Ottoman. Dengan cara ini mereka menampilkan diri mereka sendiri menjadi berharga dan menjadi kebutuhan mutlak dalam hal pengetahuan dan pengalaman mereka.
Ini adalah fase pertama, yang paling halus dari sekularisasi yang kebanyakan orang cenderung tidak memperhatikan, karena peran yang dimainkan oleh orang-orang sekular pada saat itu adalah peran yang umumnya tidak bisa dilakukan oleh ulama-ulama dan siswa-siswa pengetahuan Islam. Pertama-tama, para ulama Islam terlibat dalam hal-hal lain. Terlebih lagi, orang-orang yang berorientasi Islam tidaklah diberi kesempatan-kesempatan yang dimiliki oleh orang-orang sekular itu untuk menguasai keahlian semacam itu. Ini membuat banyak Muslimin kurang menyadari tentang apa yang sedang terjadi pada tahap perkembangan ini.
Fase kedua : Setelah para sekularis bersarang dengan mantap di dalam pemerintah, mereka mulai menggunakan tekanan untuk mempercepat disintegrasi wilayah-wilayah. Mereka tidak puas dengan kerusakan gradual nilai-nilai keagamaan. Mereka ingin mempercepat westernisasi jauh lebih cepat daripada yang masyarakat umum bisa diharapkan siap menerima. Saat itu juga ada pembalikan peran antara para sekularis dan pemerintah. Selama fase pertama, para penguasa Ottoman memegang kendali dan para sekularis menumpang di pergelangan jubah mereka. Sekarang para sekularis memimpin dan mendikte para penguasa Ottoman yang telah terciutkan hatinya. Kondisi iklim seperti ini menjadi lebih parah selama fase kedua.
Fase Ketiga : Di titik ini, para sekularis memulai serangan langsung mereka pada hal-hal yang sangat sensitif, termasuk nilai-nilai politik negara dan nilai-nilai religius masyarakat. Mereka mulai membidik agama dan para ulama secara terang-terangan.
Mereka secara aktif memupuk ketegangan politik dan ketidakpuasan umum pada titik ini. Dalam ceramah-ceramah publik dan artikel-artikel yang beredar, mereka terang-terangan melawan ajaran-ajaran Islam. Dalam surat kabar di seluruh dunia Muslim, mereka memastikan untuk memiliki sesuatu yang dipublikasikan di dalam setiap edisi yang mengkritik suatu nilai Islam atau yang lain atau yang membidik ulama Muslim terpandang atau yang menimbulkan keraguan mengenai keimanan dan praktek agama. Mereka muncul dengan slogan-slogan seperti “Agama adalah untuk Allah, tapi negara adalah untuk semua orang.”
Apa yang membuat usaha-usaha mereka pada tahap ini sangat efektif berbahaya adalah bahwa mereka tidak menampilkan diri mereka sebagai satu kekuatan yang bisa membuat orang menjauh ketakutan atau memobilisasi suatu oposisi. Mereka sangatlah halus dalam aliansi antar mereka sendiri. Mereka tampak seperti individu-individu terpisah biasa dengan ide-ide aneh atau kelemahan dalam keimanannya. Mereka sangatlah sukses dalam menyembunyikan hubungan-hubungan yang mereka miliki satu sama lain.
Kadang-kadang, pemerintah bisa mendapatkan keuntungan dari orang-orang semacam itu untuk menciptakan beberapa bentuk kerusakan yang diinginkannya. Ia akan memanggil mereka untuk memperkenalkan suatu kemunkaran dan memberi mereka lampu hijau untuk melakukan sesuka mereka. Mereka bisa diizinkan mencoba sesuatu di area tertentu. Jika populasi menerimanya, mereka bisa menuju ke sesuatu yang lebih besar. Jika, bagimanapun juga, masyarakat menolak apa yang mereka hadirkan, sangatlah mudah untuk berbalik mundur, karena pemerintah tidak pernah terlibat secara resmi.
Orang-orang sekular pada saat seperti itu bekerja layaknya gambaran seorang pencuri dengan tongkat berkait yang akan menggunakan kaitnya untuk menggondol barang milik orang lain. Jika dia ketahuan, dia akan bilang bahwa dia tidak tahu kalau tongkatnya kebetulan menangkap barang itu. Jika dia tidak ketahuan, dia akan menyingkir dengan perolehannya.
Fase keempat : di hari terakhir kerajaan (Kekhalifahan) – sesaat sebelum, selama, dan sesaat setelah Sultan Abdul Hamid – terdapat ancaman-ancaman militer serius dan masalah-masalah politik dan ekonomi yang mengerikan. Para sekularis mengambil keuntungan dari krisis-krisis besar itu untuk meningkatkan sasarannya. Di waktu seperti ini, orang-orang sekular keluar ke keterbukaan dengan dedikasi mereka sebenarnya. Mereka mulai bekerja secara terbuka sebagai kekuatan oposisi dalam persiapan untuk kudeta mereka secara tiba-tiba. Mereka mendirikan organisasi-organisasi dan gerakan-gerakan politik. Mereka memproduksi publikasinya sendiri dan mengadakan konferensi-konferensi. Mereka menggandengkan diri mereka sendiri pada musuh-musuh luar negeri Negeri Ottoman, seperti yahudi dan kristen, sebagaimana bisa dilihat dengan jelas di dalam dokumentasi mereka dari waktu itu.
Dengan cara ini, mereka akhirnya meraih kekuasaan total di Turki.
Metode-Metode yang Digunakan untuk Menyebarkan Sekularisme Dalam Masyarakat
Terdapat beberapa pendekatan yang digunakan oleh orang-orang sekular untuk menyebarkan ide-ide mereka dan pengaruh mereka ke seantero masyarakat Turki. Di antara yang paling penting dari itu adalah berikut ini:
1. Menguliti masyarakat dari kehadiran, institusi, dan nilai-nilai Islam. Mereka memulainya dengan mengganti nilai-nilai dan moral Islam dengan milik mereka sendiri di dalam media, pendidikan, ekonomi, dan politik. Mereka tidak berhenti di situ, karena mereka tidak bisa dipuaskan dengan sesuatu yang kurang dari penghapusan total Islam dari masyarakat. Oleh karenanya, mereka bahkan membidik pakaian Islam, mengganti bahasanya, dan mengubah adzannya. Hal-hal itu dan banyak perubahan yang lain ditimpakan pada masyarakat secara paksa dalam aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Kemal Attaturk.
2. Menciptakan perubahan sosial dengan membidik wanita. Mereka tahu bahwa wanita memiliki pengaruh yang jelas dalam dinamika suatu masyarakat. Suatu masyarakat bisa dibawa ke kehancuran moral jika wanitanya secara moral rusak, terekspos, dan disemangati untuk menjadi liar secara seksual. Godaan-godaan wanita adalah sulit untuk ditolak. Masyarakat yang kondusif untuk mempromosikan godaan-godaan seperti itu akan melihat struktur dasar moralnya terancam. Inilah mengapa Nabi Saw. bersabda : “Takutlah pada cobaan dunia dan pada wanita, karena godaan pertama keturunan Israel adalah melalui para wanitanya.” [Sahîh Muslim (2742)]
Para sekularis juga menyadari bahwa dengan berfokus pada isu mengenai wanita, mereka bisa memecah masyarakat. Hal ini karena isu wanita tidak hanya masalah sensitif bagi masyarakat religius, tapi bagi semua orang yang punya rasa hormat dan malu. Memang, banyak orang nonreligius bisa dibuat mengamuk ketika mereka melihat istrinya, saudara perempuannya, atau anak perempuannya berlaku dalam posisi yang mengkhawatirkan dengan lelaki tak dikenal. Orang-orang sekular tahu bahwa ini adalah cara bagi mereka untuk merobek-robek kain masyarakat Ottoman dan membagi-bagi masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang berlainan dengan berbagai derajat sikap konservatif.
3. Mengeksploitasi minoritas etnis dan agama. Para sekularis menggunakan minoritas-minoritas itu untuk memberi tekanan pada Wilayah Ottoman dalam penerapan Hukum Islamnya. Mereka berargumen bahwa minoritas-minoritas itu adalah bagian dari masyarakat dan mereka tidak bisa diharapkan untuk mematuhi Hukum Islam. Sehingga mereka bisa mengeksploitasi mereka sebagai hambatan melawan penerapan Hukum Islam di Turki, orang-orang sekular itu mengabaikan abad-abad di mana minoritas-minoritas itu hidup di bawah aturan Islam dengan semua haknya dilindungi. Orang-orang sekular juga tahu bahwa minoritas-minoritas itu bisa lebih berkomitmen dengan tulus pada reformasi-reformasi sekular daripada kebanyakan orang Muslim yang mendukung sekularisme yang komitmennya pada sekularisme sering punya batasan dan yang sangat mungkin meninggalkannya pada akhirnya.
BAB EMPAT
Mendefinisikan Seorang Sekularis
Berkebalikan dari apa yang orang-orang pikir, seorang sekular tidak harus berarti seorang atheis. Beberapa sekularis cukup rutin di dalam sholatnya. Namun demikian, mereka percaya bahwa agama berada di masjid dan bahwa peran ulama harus dibatasi pada mengatur acara pernikahan dan penguburan. Tidak boleh ada saat, peran mereka diperluas lebih dari itu. Mereka melihat bahwa politik tidak ada urusannya dengan agama. Salah seorang keras kepala dari mereka, Ali Abdul Razzaq, menulis buku berjudul Islam and the Principles of Governance di mana dia menyangkal bahwa Islam punya hubungan apapun dengan politik dan mengklaim bahwa Khilafah adalah institusi yang tidak memiliki dasar di dalam Sumber Hukum Islam. Dia berargumen bahwa Khilafah adalah institusi berdasarkan budaya dan pendapat hukum pribadi dan bahwa itu dapat dengan mudah dihapus. Sebuah buku berjudul From Here We Begin, meyakini ide yang sama sekali sama, ditulis oleh Khalid Muhammad Khalid, yang setelah itu dia secara publik membatalkan keyakinannya yang salah dan kekafiran yang terkandung di dalam bukunya.
Beberapa sekularis memang adalah atheis, tapi ini tidak mencegah mereka dari memuaskan sentimen religius masyarakat. Inilah mengapa kita melihat bahwa beberapa orang sekular yang paling menjiwai yang pertamanya menunjukkan sikap paling bermusuhan terhadap Islam di kemudian hari mulai bicara mengenai konsep-konsep seperti “sosialisme Islam” dan “demokrasi Islam”. Salah seorang dari mereka berlaku sangat jauh hingga mengklaim bahwa tidak ada yang menghalangi eksistensi komunisme Islam. Semua ini jelas terbukti dari tulisan-tulisan mereka. Beberapa dari mereka bahkan membuat maksud mereka eksplisit, seperti seorang yang berkata : “Isu di tangan adalah mengendarai ombak sentimen populer. Hari ini masyarakat beralih ke Islam. Maka, tidak ada salahnya bagi kita menaikkan bendera Islam sehingga kita bisa menumpangi arus selama yang kita butuhkan. Setelahnya, kita akan bisa mewujudkan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan kita.”
Para sekularis pada dasarnya menyerukan pemisahan agama dari politik. Mereka mengklaim bahwa agama adalah terlalu tinggi, terlalu murni, terlalu bernilai untuk menjadi terlibat di dalam politik. Dengan kata lain, apa yang mereka katakan adalah bahwa agama harus surut mundur dan meninggalkan kehidupan kita untuk diatur oleh suatu hukum tak bertuhan. Allah berfirman:
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? [Qur'an Surat (5) Al Maa'idah : 50]
Orang-orang sekular menuduh mereka yang berbicara atas nama Islam memiliki motif-motif terselubung. Dalam buku berjudul The Crisis of the Arab Intellectual salah satu pemimpin para sekularis menggambarkan arus religius di masyarakat dengan cara sebagai berikut : “Umumnya, orang-orang di balik gerakan-gerakan religius semacam itu mencari kekuatan politik atau memiliki agenda-agenda pribadi atau termotivasi secara etnis. Mereka berusaha mewujudkan sasaran-sasarannya di bawah kepura-puraan agama sehingga mereka bisa memanfaatkan sentimen-sentimen masyarakat.”
Para sekularis menyeru agama untuk disingkirkan dari pendidikan. Salah seorang dari mereka berlaku begitu jauh dengan mengatakan: “Pendidikan di Amerika sangatlah tinggi standarnya karena mereka mengajari anak-anak kecil untuk mempertanyakan segala sesuatu sejak kuku jari mereka masih lembut. Si anak ditumbuhkan untuk tidak menerima apapun tanpa bukti. Sedangkan untuk negara-negara kita, kita mengajari anak-anak kita bagaimana membersihkan diri mereka sendiri setelah pergi ke kamar mandi. Kita membawakan semangkok air dan berkata: 'Dengan menyebut nama Allah'. Inilah yang mereka pelajari. Orang-orang Amerika memiliki standar pendidikan yang tinggi, karena mereka mengajari seorang bocah untuk meragukan apapun, termasuk agama.”
Apa yang aneh adalah bahwa beberapa tahun yang lalu, suatu buku diterbitkan berjudul America in Danger yang disusun oleh suatu komite delapan belas spesialis dari berbagai bidang selama satu tahun setengah. Satu rekomendasi yang paling penting yang diberikan di dalam buku itu untuk memperkuat negara dan melindunginya dari kehancuran adalah dengan meningkatkan pendidikan agama dan mengolah sentimen-sentimen kuat religius dalam siswa Amerika. Ini akan melindungi mereka dari kerusakan dan degradasi yang mencegah mereka dari membuat kontribusi yang mereka inginkan kepada masyarakat.
Ketika orang-orang Amerika dan lainnya – bahkan orang-orang Rusia – meminta untuk membawa Allah kembali ke dalam sekolah, para sekularis di tanah kita itu ingin menyingkirkan agama dari pendidikan anak-anak kita dan mengganti subjek seperti Al Qur'an dan Pelajaran-Pelajaran Islam dengan lebih banyak olahraga dan sains.
Orang-orang sekular juga ingin mengeluarkan agama dari media dan bahkan keluar dari seni. Singkatnya, mereka ingin menyingkirkan agama dari setiap aspek kehidupan kita.
BAB LIMA
Kebutuhan Untuk Menyerang Sekularisme
Adalah jelas bahwa sekularisme harus diserang. Ketika kita membicarakan tentangnya, kita tidak ingin melebih-lebihkan kekuatan dan kepentingannya. Agama kita mengajar kita bahwa kita adalah lebih kuat daripada mereka. Islam adalah sekokoh dan setetap gunung. Banyak gelombang-gelombang yang telah membentur batu Islam hanya untuk didepak. Namun demikian, ini hanya dicapai dengan usaha-usaha kita. Kita harus menyerang sekularisme dan menolaknya dengan setiap cara yang kita kuasai. Dua dari cara-cara yang paling penting adalah sebagai berikut:
1. Kita harus membeberkan dan mengklarifikasi apa yang dilakukan oleh para sekularis. Allah membeberkan modus operandi orang-orang munafik dan membahas mereka di dalam banyak bab di dalam Al Qur'an. Dalam satu bab Al Qur'an berjudul Surat At Taubah, Allah memberitahukan banyak tipe munafik. Untuk alasan ini, bab ini juga disebut “Penjelasan”, karena ia tidak meninggalkan orang munafik kecuali menjelaskannya.
Kita ingin para ulama kita, pekerja Islam, dan siswa-siswa pengetahuan Islam untuk menerapkan pendekatan bab Al Qur'an itu dalam membeberkan para sekularis. Kita membutuhkan orang-orang hari ini yang bisa mengidentifikasi mereka dan membeberkan seluruh trik dan strategi mereka. Ini terutama penting karena orang-orang sekular seringkali sangat cakap dalam ceramahnya. Allah menjelaskan para sekularis jaman dahulu dengan cara yang sama:
“... Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. ...“ [Qur'an Surat (63) Al Munafiqun : 4]
Allah berfirman :
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” [Qur'an Surat (63) Al Munafiqun : 1]
Para sekularis harus dibeberkan karena mereka menipu dan mengelabui banyak dari masyarakat umum. Mereka merias kata-kata dan ide-ide mereka dengan slogan-slogan Islami dan secara selektif mengutip dari Al Qur'an dan As Sunnah dan hasil kerja ulama jaman dahulu, dan bahkan mengutip prinsip-prinsip Hukum Islam untuk menyebarkan ide-idenya. Untuk alasan ini, banyak Muslimin yang mungkin mengikuti mereka.
Membeberkan mereka haruslah dicapai tanpa melakukan dosa, keberingasan dan kemarahan (yang haram). Ini harus dilakukan dalam gaya yang objektif dan faktual sehingga bahkan musuhmu tidak memiliki pilihan selain mengakui kebenaran dari apa yang kamu katakan.
2. Kita harus bekerja keras untuk agama kita. Allah tidak pernah menjadikan pekerjaan setiap laki-laki dan perempuan terbuang, tidak di dunia ini dan tidak di akhirat. Demikian pula, Allah tidak memperbaiki kerja mereka yang menyebarkan kerusakan dan kebusukan. Hasil-hasil kerja mereka sungguh terbuang dan pencapaian-pencapaian mereka terbang berhamburan. Sedangkan untuk Mukminin, mereka diyakinkan bahwa pekerjaan-pekerjaan mereka disimpan, baik di kehidupan ini maupun di kehidupan yang akan datang. Allah berfirman :
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. ...“ [Qur'an Surat (4) An Nisa' : 104]
Apa yang kami sebutkan mengenai sejarah tentang Turki telah terjadi dan terus terjadi lagi dan lagi di banyak tanah Muslim. Terkadang strategi-strateginya sama dan terkadang berbeda, tergantung dari situasi. Dalam hal ini, pertarungan antara Islam dan sekularisme terus terjadi di seantero dunia Muslim dan mempengaruhi penduduknya, seperti terjadi di Turki.
Kata-kata bijak Arab berbunyi: “Siapapun yang menggenggam sejarah di dalam hatinya telah menambahkan nyawa-nyawa orang lain untuk dirinya sendiri.” Kita harus memanfaatkan pengalaman orang-orang lain dan menyadari apa yang dilakukan oleh orang-orang sekular untuk mengambil alih dan meruntuhkan masyarakat kita dan membuat kita tidak lebih dari bagian kecil dari Barat yang telah menciptakannya. []
______WAJIB MEMPERGUNAKAN HUKUM ISLAM______
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. .... [Qur'an Surat (11) Hud : 112]
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. [Qur'an Surat (11) Hud : 113]
_____________________________________________________
Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. .... [Qur'an Surat (13) Ar Ra'd : 18]
_____________________________________________________
Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. .... [Qur'an Surat (21) Al Anbiya' : 18]
______WAJIB MEMPERGUNAKAN HUKUM ISLAM______
Semoga Yang Maha Kuasa melindungi agama kami. Aamiin.
Alhamdulillah.