Ketidakpahaman mengenai jihad -sebagai suatu kewajiban spiritual— mengakibatkan absennya dakwah Islam yang paling efektif dan berpengaruh, juga hilangnya misi dan tujuan hidup kaum Muslim. Absennya misi dan tujuan hidup mengakibatkan matinya rasa peduli atas urusan kaum Muslim maupun urusan umat manusia ujung-ujungnya adalah hilangnya pengaruh Islam atas negara-negara yang ada di dunia saat ini; sementara pada saat yang sama, persaingan antarnegara semakin menggila dan agresi pun terus berlangsung secara terang-terangan maupun terselubung.
Pemahaman yang jernih ini akan menarik perhatian manusia untuk menyadari arti penting sebuah negara, dan kemudian mendorong mereka untuk menginginkan kehadirannya. Karena tanpa sebuah institusi negara, tidak satupun cita-cita dan harapan mereka dapat diraih. ltulah negara Khilafah.
Kesenjangan antara keadaan saat ini di mana pemikiran kaum Muslim dilanda kekacauan, dengan pemikiran sahih berlandaskan syariat perlu dihilangkan dengan menyingkirkan berbagai rintangan yang menghalangi keterikatan kaum Muslim kepada hukum-hukum syara' yang qath'i (bersifat pasti). Rintangan-rintangan yang muncul sejak abad yang lalu ini meliputi:
1. Ketidakpahaman umat lslam bahwa akidah lslam mengatur segala urusan kehidupan manusia.
2. Ketidakpahaman umat lslam bahwa negara Khilafah merupakan satu-satunya metode (thariqah) untuk menerapkan solusi Islam dalam berbagai masalah kehidupan, dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia.
3. Kelalaian umat Islam dalam melaksanakan jihad sesuai aturan syariat yang merupakan metode mendakwahkan Islam kepada seluruh umat manusia.
Pokok pembahasan buku ini adalah jihad, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari akidah islam. Tanpa jihad, Islam laksana kapal tanpa nakhoda yang mengarahkan dan mengendalikan jalannya kapal di tengah lautan.
Saat ini, makna dan pengertian jihad yang sejati telah disalahpahami. Paling-paling, jihad dipahami sebagai suatu perlawanan defensif oleh orang-orang yang teraniaya. Dengan kata lain, jihad hanya dianggap sebagai peperangan yang dilakukan ketika kaum Muslim mendapatkan serangan. Ada lagi sementara kalangan yang menganggap dan mempropagandakan jihad sebagai suatu perjuangan melawan hawa nafsu, atau bahkan sebagai suatu konsep yang tidak sesuai dan tidak layak lagi dilakukan di zaman modern ini. Demikianlah, mereka mengingkari jalan menuju kemuliaan yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada kaum Muslim. Ada pula yang memahami jihad, namun pemahaman ini tidak dikaitkan dengan keberadaan suatu negara yang berkewajiban mengemban tugas tersebut. Jadi, mereka menunda pelaksanaannya atau melakukan aktivitas-aktivitas lain yang tidak efektif sebagai penggantinya. Selain itu ada kalangan Muslim yang ingin mengembalikan Islam pada posisi yang kuat sebagaimana pada masa lalu, namun tanpa disertai pemahaman dan pengertian yang jelas bagaimana caranya Di antara semua itu, ada pula kalangan yang berupaya keras agar umat ini kehilangan keperkasaan dan kekuatannya untuk selama-lamanya. Mereka mengharapkan hal ini, dan terus-menerus menyusun makar untuk mempertahankan situasi saat ini, dengan jalan merekayasa dan menyimpangkan makna jihad yang sesungguhnya, memelintir nash-nash syara' dengan tujuan menyingkirkan konsep jihad, serta melakukan berbagai upaya untuk menghalangi kembalinya kedigjayaan tentara umat Islam seperti pada masa yang lalu. Akibat dari kerumitan ini adalah bahwa kaum Muslim tidak menyadari bahwa tengah terjadi berbagai upaya untuk menghancurkan eksistensi mereka.
Jihad adalah mata rantai penghubung antara peran dan tujuan hidup yang telah ditetapkan bagi kaum Muslim dengan tercapainya posisi yang terhormat dan berpengaruh dalam kancah politik internasional dalam bentuk sebuah negara utama.
Setiap orang tahu perubahan yang dialami kaum Muslim pada masa lalu. Awalnya, mereka adalah suku-suku padang pasir yang terbiasa hidup nomaden, mengembara ke segala penjuru Jazirah Arab tanpa ambisi lain kecuali hanya untuk mendapatkan gelimang kemewahan hidup, merawat hewan kesayangannya, dan memuaskan kehidupannya yang sederhana. Tapi kemudian, masyarakat tersebut menguasai dunia laksana angin puyuh, menaklukkan hampir semua bagian dunia dalam waktu kurang dari seratus tahun setelah wafatnya Rasulullah Saw., Nabi terakhir yang diturunkan di tengah-tengah mereka. Semua orang tahu hal ini, namun berapa banyak yang mengetahui rahasia keberhasilan mereka?
Rahasianya adalah jihad. Jihad memberi mereka sebuah misi; jihad memberi mereka pandangan yang mendunia; jihad memberi mereka kemenangan dan penaklukan semata-mata karena Allah Swt.; jihad telah membuat dakwah Islam bisa disampaikan kepada seluruh umat manusia. Selama kekacauan dalam memahami makna jihad yang sejati ini masih melanda kaum Muslim, maka segala upaya yang dapat dilakukan kaum Muslim untuk melakukan refleksi atas sejarah masa lalu serta mengingat-ingat masa kejayaan Islam sebagaimana pengakuan para sejarawan dan penulis, tidak akan banyak berarti. Situasi tidak akan berubah. Penghinaan dan penistaan atas kaum Muslim masih akan terjadi di manapun dan kapanpun, tanpa kecuali.
Selama kekacauan itu masih melanda kaum Muslim, maka mereka tetap akan ditindas, dimangsa, dirampok, dan dimakan hidup-hidup, seperti yang terjadi pada saat ini, sementara musuh-musuh Islam sama sekali tidak memiliki rasa takut kepadanya.
Tetapi andaikata rahasia itu diketahui, maka pihak-pihak yang selama ini mempertahankan situasi kacau seperti saat sekarang -sebut saja Amerika, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya- akan menggigil ketakutan. Karena, umat Islam akan mempunyai sesuatu yang sangat vital sebagai mata rantai penghubung antara yang menciptakan mereka dengan diri mereka, tujuan hidup mereka, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan hidup tersebut.
Mata rantai tersebut menjadi rahasia umat Islam, rahasia keperkasaan, kehormatan, kejayaan, keamanan, dan kemuliaan umat Islam, serta yang memberi mereka kehidupan; itulah jihad.
Dan segala keperkasaan, segala kekuatan, segala kemuliaan adalah milik Allah Swt.
Zahid Ivan-Salam
4 Juli 2001 M
12 Rabi'ul Tsani 1422 H
dari buku Jihad Dan Kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah