4. Konflik Militer
Kini kita membahas bentuk terakhir dari pertarungan antar
peradaban, yaitu konflik militer, yang disebut sebagian kalangan kaum Muslimin
dengan istilah jihad. Ini merupakan materi bahasan yang sangat luas.
Namun yang menjadi perhatian kita saat ini adalah membuktikan keniscayaan
konflik militer, khususnya dalam peradaban Islam. Karena, ada sementara
kalangan yang menyangkal adanya kewajiban perang ofensif (qital ath-thalab),
kemudian ada pula yang membantah pendapat bahwa Islam adalah diin toleransi dan
perdamaian. Lalu, apakah Islam adalah diin teror?
Kita mulai dengan aksi para penganut peradaban kafir terhadap
kaum Muslimin, karena
tindakan mereka lebih mudah dibaca daripada kata-katanya. Australia, yang belum
pernah kita perangi, menduduki Timor Timur; China menduduki seluruh wilayah
Asia Tengah bagian selatan; Rusia menduduki sejumlah wilayah Muslim, seperti Kaukasus,
Krimea, Khazan, dan sebagainya; India menduduki Delhi, Kashmir, dan seluruh
wilayah India Utara; Amerika menguasai seluruh kawasan Teluk dan memperluas
pengaruh politik dan militernya sepanjang Asia Tengah, dari Uzbekistan hingga
Teluk dan terus sampai ke Sinai. Selain itu mereka juga punya pangkalan militer
yang besar di Incirlik Turki. Mereka juga berebut pengaruh dengan Prancis
maupun Inggris di Afrika. Inggris masih mempunyai pengaruh di Asia
dan Afrika, serta pangkalan militer di Teluk dan Gibraltar.
Serbia,
Kroasia, Yunani, Rumania, dan Bulgaria juga
menguasai wilayah kaum Muslimin. Spanyol menguasai Andalusia,
Sabta, dan Malila. Italia menduduki Sisilia, negeri Al Aghaliba. Pulau-pulau di
Laut Tengah - yang seluruhnya adalah wilayah kaum Muslimin - juga dikuasai penjajah. Filipina
juga menduduki tanah kaum Muslimin, demikian juga Burma. Israel
menduduki tanah Palestina, yang merupakan bagian dari Bilad Asy-Syam.
Sungguh benar sabda Rasulullah SAW,
"Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh
bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang yang berebut melahap isi mangkok.'
Para sahabat bertanya, 'Apakah saat itu jumlah
kami sedikit, ya Rasulullah?' Rasulullah SAW menjawab, 'Tidak, bahkan saat
itu jumlah kalian banyak sekali tetapi seperti buih pada air bah. Allah akan mengambil
dari dada musuh-musuhmu rasa takut kepadamu, dan Allah akan menimpakan penyakit
al-wahn.' Mereka bertanya lagi, 'Apa itu penyakit al-wahn, ya Rasulullah?'
Beliau menjawab, 'Kecintaan yang berlebih terhadap dunia dan takut mati."
Meski terdapat setumpuk fakta yang mengungkap penderitaan
kaum Muslimin, sekaligus menjadi bukti terjadinya serangan fisik dari para
penganut peradaban kufur, namun hal itu tidak menghalangi mereka - para
politisi dan pemikir kufur - menjelaskan pentingnya memerangi peradaban Islam
hingga sampai ke akar-akarnya.
Nixon mengatakan dalam bukunya "Victory without
War", "Kejayaan yang sesungguhnya tidak diperoleh dengan
menghindari konflik, tetapi dengan peperangan yang hebat demi prinsip, kepentingan,
dan sahabat kita ... Kita harus membuang angan-angan mengenai bagaimana
seharusnya dunia ini berjalan. Bangsa Amerika cenderung mempunyai keyakinan
bahwa konflik adalah sesuatu yang tidak wajar, demikian pula pandangan
bangsa-bangsa yang lain; sedangkan perbedaan hanya disebabkan karena adanya
kesalahpahaman. Mereka juga menganggap bahwa perdamaian yang abadi dan
menyeluruh merupakan suatu tujuan yang bisa dicapai. Namun demikian, sejarah
membuktikan bahwa pandangan itu keliru, karena masing-masing negara berbeda
satu dengan yang lain dalam aspek-aspek yang fundamental, konvensi politik,
pengalaman sejarah, dan motivasi ideologisnya; aspek-aspek yang biasa melahirkan
konflik. Adanya kepentingan yang saling berbenturan dan fakta yang kita pahami
bersama memicu perselisihan dan, pada akhirnya, peperangan ...Perdamaian yang
menyeluruh, yakni terciptanya dunia yang tanpa konflik hanya merupakan
angan-angan. Perdamaian seperti ini tidak pernah dan tidak akan pernah tercipta."
Nixon juga mengatakan dalam "The Favorable
Opportunity", "Kepentingan vital adalah kepentingan yang apabila
hilang akan mengancam keamanan Amerika Serikat. Jadi, kemerdekaan negara-negara
Eropa Barat, Jepang, Kanada, Meksiko, dan negara-negara Teluk merupakan masalah
vital bagi keamanan negara kita. Demikian pula, kita mempunyai kepentingan
vital untuk mencegah negara-negara berkembang mempunyai senjata nuklir. AS
tidak punya pilihan lain kecuali menggunakan kekuatan bersenjata untuk mencegah
setiap hal yang mengancam kepentingannya ... Untuk melindungi pemerintahan
demokratis yang terancam, seperti Israel dan Korea Selatan,
kita siap untuk menggunakan kekuatan militer bila diperlukan."
Sementara itu, pada tanggal 23/1/1980, Jimmy Carter
mengirimkan nota berjudul "State of the Union" kepada Kongres
Amerika, dan di antara pernyatannya adalah, "Posisi kita sangat jelas.
Setiap upaya dari kekuatan luar yang menguasai kawasan Teluk akan dianggap
sebagai serangan terhadap kepentingan Amerika. Agresi seperti itu akan
disingkirkan dengan segala cara, termasuk cara-cara militer."
Pada tanggal 2/11/1990, mantan Menlu AS Henry Kissinger
menulis suatu artikel di koran Yediot Ahrunot dengan judul "Soon, America, You will
Lose Deterrent Force" (Segera, Amerika, Engkau akan Kehilangan
Kekuatan Penangkis), di mana dia menulis, "Cara-cara militer - tak
diragukan lagi - merupakan pilihan yang sulit dan menyakitkan. Hal itu dapat
memicu terjadinya demonstrasi di berbagai negara Muslim dan menyebabkan
timbulnya gelombang baru terorisme. Namun demikian, kesulitan itu harus
dibandingkan dengan bahaya yang timbul akibat konflik yang lebih sulit di masa
yang akan datang, bila tanda-tanda kelemahan Amerika akan menyebabkan ambruknya
pemerintahan moderat di kawasan itu, meningkatkan ketegangan politik, dan
meruntuhkan segala sistem yang ada."
Sedangkan pada tanggal 18/9/2001, ada tulisan di sebuah
harian Amerika tentang wawancara antara wartawan surat kabar Prancis Le Figaro
dengan James Schlesinger - penasihat Nixon dan mantan Menteri Pertahanan AS
yang sekarang bekerja pada Centre for Strategic and International Studies -
yang mengatakan, "Untuk menumbangkan jaringan kegiatan ('terorisme')
ini perlu waktu bertahun-tahun, karena mereka memiliki tekad yang sangat kuat,
yang dihasilkan dari keyakinan yang kuat tentang posisi mereka."
Sementara itu, dalam acara "Perang Pertama di Abad
ini" di stasiun TV Al Jazeera, presenter acara ini mengutip pernyataan
Henry Kissinger di Washington Post yang berjudul "Revenge is not
Sufficient Response" sebagai berikut, "Perlu kiranya untuk
menghadapi segala sesuatu yang terjadi dengan sebuah serangan terhadap sistem
yang menghasilkan ancaman ini."
Mantan Sekretaris Jenderal NATO, Claus, secara resmi menyatakan
bahwa Sekutu telah memposisikan Islam di bekas tempat Uni Soviet, yakni sebagai
sasaran permusuhan. BBCOnline.net mengutip pernyataan Presiden Bush pada
tanggal 17/9/2001 sebagai berikut, "Perang Salib ini, yaitu perang
melawan teror akan berlangsung dalam waktu yang lama."
Samuel Huntington menulis dalam artikelnya pada majalah
Amerika "Foreign Affairs" sebagai berikut, "Kecil
kemungkinannya konfrontasi militer antara Barat dan Islam, yang berlangsung
sejak berabad-abad lalu, ini akan berkurang. Bahkan sebaliknya, mungkin sekali
konflik ini akan semakin kejam dan keras ..."
Sedangkan Shimon Peres menulis dalam bukunya, "The New
Middle East", "Kita adalah orang-orang yang bertekad kuat, dan
tidak ada satupun kekuatan di muka bumi yang dapat memaksa kita untuk
meninggalkan tanah ini, setelah lima puluh generasi kita hidup dalam diaspora
... lima puluh generasi dalam penindasan, kesengsaraan, dan pembantaian. Kita
tidak akan pernah menyingkir dari tempat satu-satunya ini, tempat di mana kita
dapat memperbaharui kemerdekaan kita, menjamin keselamatan kita, dan hidup secara
terhormat dan bermartabat ..."
Steve Dunleavy menulis dalam jurnal New York Post pasca
insiden Selasa 11 September, "Bunuh para bajingan itu. Latihlah para
pembunuh, buatlah kontrak dengan para serdadu bayaran, dan berilah hadiah
jutaan dollar untuk memburu kepala mereka. Bawalah mereka, hidup atau mati,
tapi lebih baik dalam keadaan mati. Terhadap kota-kota yang menjadi tempat
tinggal mereka, bomlah dengan bom-bom ke taman bermain mereka."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar