Islam adalah agama
yang dipeluk oleh mayoritas penduduk negeri ini. Keberadaannya di Indonesia
jauh lebih lama dibandingkan adanya negara ini. Berkat para ulama dan pejuang
Islamlah, negeri ini bisa dibebaskan dari penjajah asing. Bahkan cikal bakal
Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah laskar-laskar pejuang Islam. Kiprah
kaum Muslim sangat besar dalam memerdekakan dan menjaga negeri ini.
Sayangnya, kini Islam
sering dituding sebagai ancaman negeri ini. Lebih aneh lagi, yang menuding itu
mengaku juga beragama Islam. Jika yang menuduh itu adalah orang kafir, mungkin
itu masih wajar. Bagaimana mungkin mereka menuding agama yang dianutnya sendiri?
M. Ismail Yusanto menegaskan, sesungguhnya Islam adalah potensi
besar bagi bangsa ini, dan juga bangsa lain. ”Lihatlah, berkat Islam lahir para
pahlawan yang dengan semangat jihad berani berjuang melawan penjajah Belanda.
Tanpa semangat jihad, mungkin kita masih terus dijajah, karena mana ada yang
berani berhadapan dengan Belanda?” jelasnya.
Oleh karena itu,
menurutnya, Islam harus dianggap sebagai modal dasar yang penting, bahkan
paling penting, dalam membangun bangsa ini. "Tidak boleh dianggap sebagai
ancaman,” tandasnya.
Ia menjelaskan, Islam
adalah agama yang diturunkan oleh Yang Maha Baik dan Maha Benar yakni Allah
SWT. Dalam praktiknya selama lebih dari 13 abad, Islam mampu mengayomi dan
menyejahterakan rakyatnya, baik itu Muslim maupun non-Muslim. Bahkan para
orientalis Barat sendiri mengakui bagaimana keberhasilan Islam membangun
peradaban manusia dengan berbagai kemajuan yang hasilnya bisa dinikmati hingga
sekarang.
”Para Khalifah telah
memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi
kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu pun telah menyediakan
berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan
selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi
fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka
menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah
dan seni mengalami kejayaan luar biasa… (Will Durant, The Story of Civilization).
Berkat Islam pula,
bangsa Arab yang sebelumnya tidak diperhitungkan sama sekali dalam kancah
politik internasional saat itu berubah menjadi bangsa besar dan titik sentral
peradaban dunia. Dengan karakter Islam yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam
menyebar ke berbagai kawasan di seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat.
Bisa dibayangkan,
andai saja tidak ada Islam, bagaimana kondisi manusia sekarang? Saat Islam
sampai di Andalusia, Spanyol, Barat dalam masa kegelapan. Peradabannya
terbelakang. Mereka hidup liar. Agama mereka, Nasrani, tak mampu mengarahkan
peradaban mereka.
Pengaruh peradaban
Islam kemudian mengubah mereka. Mereka mulai belajar ke negeri-negeri Islam.
Anak-anak raja dikirim untuk belajar ke wilayah khilafah. Mereka pun belajar
peradaban Islam dan kemudian mempraktikkannya.
Itu sebabnya, WE
Hocking berkomentar, ”Oleh karena itu, saya merasa benar dalam penegasan saya,
bahwa Qur’an mengandung banyak prinsip yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya
sendiri. Sesunguhnya dapat dikatakan, bahwa hingga pertengahan abad ketiga
belas, Islam lah pembawa segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh
dunia Barat.” (The Spirit of World Politics,
1932, hlm.461)
Ismail mempertanyakan,
apakah kebaikan Islam ini perlu ditakuti? Siapa yang tidak mau negeri yang
mayoritas Muslim ini akan memiliki peradaban tinggi? Siapa yang tidak ingin
negeri ini rakyatnya sejahtera dan mendapat ridha Allah SWT? Siapa yang tidak
suka negeri ini menjadi barometer peradaban dunia? Siapa yang tidak suka negeri
ini bebas dari tindak kriminal dan pergaulan yang rusak? Siapa yang mau negeri
ini bebas dari penjajahan dan intervensi asing?
”Tentu saja Islam
adalah ancaman buat para perampok kekayaan alam negara ini, koruptor, para
komprador negara kapitalis dan imperialis, juga menjadi ancaman bagi mereka
yang suka melakukan kemaksiatan dan sebagainya. Karena semua itu bakal dihapus
oleh Islam," tegasnya.
Kerugian
Ia menjelaskan, rugi
besar baqi bangsa ini jika menjadikan Islam sebagai ancaman. Sebab, Islam
adalah agama mayoritas rakyat. ”ltu seperti menjadikan diri kita sendiri
sebagai ancaman,” kata Ismail.
Rezim yang menjadikan
rakyatnya sebagai musuh maka akan gagal membawa perubahaan. Bagaimana mungkin
memperbaiki kondisi negara sementara mereka tidak mendapatkan dukungan dari
rakyatnya? Menjadikan Islam sebagai ancaman, berarti rezim itu tidak berkiblat
kepada Islam. Kalau tidak berkiblat kepada Islam, dapat dipastikan berkiblat
kepada kekufuran. Itulah yang kini sedang menguasai dunia dalam wujud nyata.
Maka jangan bermimpi menjadi negara yang besar jika masih menjadikan negara
lain [baca: Barat] sebagai kiblat. Negeri ini akan tetap menjadi jajahan
negara-negara kafir.
Lebih dari itu,
menjadikan Islam sebagai ancaman, berarti menentang kewajiban Allah SWT untuk
menerapkan Islam secara kaffah di muka bumi ini. Dapat dipastikan, keberkahan
tidak akan turun dari langit dan bumi. Karena keberkahan Allah terhadap
penduduk sebuah negeri sangat ditentukan oleh keimanan dan ketaatannya terhadap
seluruh aturan Allah.
Musuh
Nyata
Beliau menegaskan, musuh sejati bangsa ini ada dua. Yang pertama adalah neoliberalisme
dan neoimperialisme. Kedua adalah siapa saja yang mendukung neoliberalisme dan
neoimperialisme itu sendiri.
Musuh ini, menurutnya,
nyata dan sedang berkuasa di negeri ini. Para pendukung neoliberalisme dan
neoimperialisme sedang mempraktikkan sistem kapitalisme liberal di segala
bidang kehidupan.
Walhasil, puluhan juta
rakyat miskin, tingginya angka pengangguran, meluasnya kemaksiatan, perampokan
atas nama privatisasi BUMN, investasi, dan pasar bebas, termasuk maraknya
korupsi dan manipulasi. Negara disetir oleh asing melalui intervensi terhadap penyusunan
undang-undang. Agama disingkirkan atas nama sekulerisme. []emje
Syariah
Dan Khilafah Wujudkan Islam Rahmatan lil Alamin
Allah SWT mengutus
Rasulullah Muhammad SAW membawa risalah Islam. Risalah itu dimaksudkan tidak
lain kecuali membawa rahmat bagi seluruh alam. Itulah Islam rahmatan lil alamin (lihat: QS al-Anbiya'
[21:] 107).
Kerahmatan Islam bagi
seluruh alam semesta ini hanya akan tampak manakala seluruh syariahnya
diterapkan secara sempurna. Dan itu tidak mungkin diterapkan oleh sistem kufur
demokrasi, federasi kerajaan, kekaisaran atau lainnya. Aturan Islam yang mulia
ini pun hanya bisa diterapkan oleh sistem yang sesuai yakni khilafah -sistem
yang diwajibkan Islam.
Dan begitulah dulu
Rasulullah mencontohkan Rasulullah membangun Daulah Islam yang pertama di
Madinah, sebuah miniatur pemerintahan yang khas, yang tidak ada sebelumnya,
dengan menerapkan seluruh aturan Islam bagi warga negaranya -Muslim maupun
non-Muslim. Penerapan Islam secara kaffah ini kemudian diikuti oleh para
khalifah berikutnya secara terus menerus hingga akhirnya -pada saat pejabat dan
kaum muslimin telah teracuni paham-paham kufur- sistem khilafah diruntuhkan
tahun 1924 oleh Mustafa Kemal Attaturk –Yahudi terlaknat, antek sekutu Barat.
Islam yang dulunya
menjadi mercusuar peradaban dunia akhirnya tenggelam. Negeri-negeri Muslim yang
dulunya bersatu dan kuat serta ditakuti, terpecah-belah tak berdaya serta
menjadi jajahan kaum kafir Barat yang rakus. Walhasil, penerapan syariah kaffah
daiam naungan khilafah akan mengembalikan kemuliaan umat. Tentu bukan khilafah
ala ISIS, tapi Khilafah ala Minhaj an-Nubuwwah.
Di sanalah Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin
akan terwujud nyata.
Bacaan: Tabloid Media
Umat edisi 170
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar