Yaman sekarang
menghadapi wabah kolera terburuk di dunia, menurut otoritas kesehatan
internasional. "Hanya dalam dua bulan, kolera telah menyebar ke hampir
semua wilayah di negara yang dilanda perang ini," kata Direktur Jenderal
Organisasi Kesehatan Dunia Margaret Chan dan Direktur Eksekutif UNICEF Anthony
Lake dalam sebuah pernyataan bersama.
Badan Kesehatan Dunia
atau WHO menyatakan wabah kolera yang melanda wilayah konflik Yaman telah
menewaskan 1.500 penduduk. "Sejak April, ada sekitar 1.500 orang tewas dan
246 ribu penduduk sakit," kata Nevio Zagaria, perwakilan WHO di Yaman, seperti
dikutip dari Al Jazeera, Ahad (2/7/2017).
Nevio menyatakan wabah
epidemi itu telah menyerang 21 provinsi dari 22 provinsi di Yaman. Wabah ini
meluas dengan cepat. Diperkirakan wabah ini telah meluas menjangkiti 200 ribu
warga Yaman.
Dia mencurigai jumlah
kasus kolera makin banyak sejak dua bulan terakhir. Penyakit kolera adalah
infeksi saluran usus yang bersifat akut. Penyebabnya yakni bakteri Vibrio
Cholerae. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman
yang telah terkontaminasi sebelumnya.
Perwakilan UNICEF di
Yaman, Sherin Varkey menambahkan bahwa seperempat korban jiwa adalah anak-anak.
Wabah itu menjangkit dengan cepat, khususnya terhadap anak-anak. Sebelumnya,
dua pekan lalu, WHO telah mengumumkan kolera telah mewabah dan bertambah dengan
cepat.
Dari catatan UNICEF,
wabah kolera di Yaman menjangkiti 5.000 orang per hari. PBB juga sebelumnya
telah memperingatkan Yaman agar lebih mempedulikan kesehatan warganya.
”Buatan” Saudi dan Amerika
Kolapsnya lebih dari
80 persen fasilitas infrastruktur Yaman selama dua tahun dihantam konflik
adalah pemicu utama merebaknya kolera di seantero negeri itu. WHO mengatakan,
konflik yang dipicu oleh egoisme pihak-pihak yang berseteru di Yaman telah
membikin krisis kemanusiaan terburuk dibanding Suriah. WHO membuat istilah
"perfect storm for cholera” atau
”badai terburuk untuk kolera” menyebut kondisi Yaman hari ini.
Akibat perang,
infrastruktur yang runtuh menyebabkan sekitar 14,5 juta orang -atau sekitar
setengah dari penduduk negara tersebut- kesulitan untuk mendapatkan akses
reguler air bersih. Hal ini meningkatkan kemungkinan penyebaran penyakit ini.
”Krisis itu adalah
akibat perbuatan manusia,” kata Stephen O'Brien, Sekretaris Jenderal PBB yang
membawahi sekretaris untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat.
”Epidemi kolera
sebagian disebabkan oleh pemboman terhadap pasokan air di Sana'a,” Senator
Chris Murphy, D-Conn mengatakan.
Masalah di Yaman lebih
buruk lagi mengingat isu kerawanan pangan dan gizi buruk yang semakin melebar,
di mana 2,2 juta anak menderita kekurangan gizi akut.
Arab Saudi dan
sekutunya sejak 2014 melancarkan serangan ke Yaman. Perang saudara itu membunuh
lebih dari 10 ribu orang, selain kolera. Akibatnya ekonomi
Yaman tak terkendali, kesehatan masyarakat tak terurus, dan banyak penduduk
yang tewas karena sakit. Saat ini ada 11 persen dari total penduduk telah
mengungsi.
Selama dua tahun
terakhir, Yaman telah terlibat dalam perang sipil antara pemberontak Houthi
dari utara negara tersebut dengan koalisi negara-negara Arab, yang dipimpin
oleh Arab Saudi dan didukung oleh Amerika Serikat.
Perang yang dipimpin
Saudi dan didorong oleh ambisi Amerika Serikat itu, telah membuat jutaan orang
menjadi korban penyakit mematikan seperti kolera.
Pasukan koalisi Saudi
telah menargetkan pertanian, fasilitas makanan, infrastruktur air, dan pasar.
Pelabuhan Hudaidah, yang menjadi pintu masuk sebagian besar bantuan kemanusiaan
pun tak luput jadi sasaran. Pemboman upacara pemakaman pada bulan Oktober 2016
yang menewaskan 150 orang tewas, menambah bukti kejahatan Saudi.
Keterlibatan Amerika
sebagai penasihat di pusat kendali operasi udara koalisi pimpinan Saudi semakin
memperparah keadaan yang ada. Dalam perjalanannya ke Saudi bulan Mei lalu,
Trump meraih kesepakatan senilai $110 milyar yang akan digunakan untuk mengebom
dan membunuh lebih banyak orang di Yaman.
Keluarga Saud berjanji
pada Trump bahwa militer mereka akan menjalani pelatihan dari AS yang ketat
untuk mengurangi jatuhnya korban sipil, dengan menandatangani program pelatihan
senilai $750 juta. Sama seperti keluarga Saud yang mematuhi Inggris di masa
lalu.
Hanya ada satu solusi
untuk Yaman dan itu adalah untuk menentang agenda kolonial Barat di negeri itu
melalui pendirian kembali khilafah rasyidah ala
minhajin nubuwah. Sistem agung ini akan menggantikan penguasa-panguasa
negeri Islam yang tak peduli dengan rakyatnya sendiri. []abu fatih
Kepentingan
Amerika Di Yaman
Republik Yaman adalah
sebuah negara di Jazirah Arab di Asia Barat Daya, bagian dari Timur Tengah.
Yaman berbatasan dengan Laut Arab di sebelah selatan, Teluk Aden, dan Laut
Merah di sebelah barat, Oman di sebelah timur dan Arab Saudi di sebelah utara.
Orang-orang keturunan Arab di Indonesia sebagian besarnya berasal dari negara
ini. Penduduk Yaman diperkirakan berjumlah sekitar 23 juta jiwa. Luas negara
ini sekitar 530.000 km2 dan wilayahnya meliputi lebih dari 200 pulau. Pulau
terbesarnya, Sokotra, terletak sekitar 415 kilometer dari selatan Yaman, di
lepas pantai Somalia. Yaman adalah satu-satunya negara republik di Jazirah
Arab.
Bagi Amerika dan bagi
siapapun, Laut Merah dan Teluk Aden akan selalu merupakan sebuah kawasan
terusan yang strategis. Lebih dari 30 persen semua minyak mentah dan lebih dari
10 persen perdagangan global melewati daerah ini. Amerika juga telah gagal untuk
mendapatkan kemenangan di Somalia yang berada di seberang Negara Yaman dan
memiliki garis pantai dengan Teluk Aden dan sebagai akibatnya memfokuskan
penguasaan wilayah itu melalui laut.
Terlihat tampak
kehadiran kapal-kapal perang asing di Teluk Aden dan di sepanjang garis pantai
Somalia. Ada kapal-kapal perang dari Armada Kelima Angkatan Laut AS di kawasan
itu. Komando Sentral Amerika Serikat mendirikan Wilayah Patroli Keamanan Laut
(MSPA), suatu wilayah zona patroli tertentu di Teluk Aden pada bulan Agustus
2008. Walaupun perbatasan-perbatasannya adalah wilayah yang sempit, yang
berbentuk persegi panjang antara Somalia dan Yaman, dan berada di dalam kawasan
utara Teluk.
Dari hal ini tampaknya
Amerika sedang membangun sebuah pangkalan militer permanen di Teluk Aden untuk
melindungi kepentingannya di Afrika dan menggunakan ketidakmampuan rezim Yaman
untuk menangani isu-isu dalam negeri untuk membenarkan kehadirannya di jalur
terusan yang sangat penting itu. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 200
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar